Featured

March 16, 2015

Kisah Nabi Saleh

Nabi Saleh AS, menurut silsilah, beliau adalah putra dari 'Ubaidahbin Tsamud bin 'Amir bin Iram bin Sam bin Nuh AS. Ia diutus ke tengah-tengah bangsa Tsamud yang hidup di bekas reruntuhan kaum Aad. Bangsa Tsamud ternyata lebih pandai daripada kaum Aad. Setelah kaum Aad binasa, negeri mereka menjadi tandus dan kering. 

Kemudian negeri ini dibangun kembali olehkaum Tsamud, sehingga bagai disulap menjadi negeri yang hijau dan makmur. Akan tetapi seperti kaum pendahulunya, kaum Tsamud pun menjadi sombong dan lupa diri. Hukum rimba berlaku lagi, mereka yang kuat menekan mereka yang lemah. Mereka pun tidak mau mendengarkan dakwah Nabi Saleh AS. Mukjizat Nabi Saleh AS Kaum Tsamud menantang Nabi Saleh AS menunjukkan mukjizat yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Menghadapi tuntutan yang demikian, tak adajalan lain bagi Nabi Saleh kecuali memohon kepada Allah SWT agar memberikan mukjizat kepadanya. Allah mengabulkan doanya.
Nabi Saleh AS kemudian mengajak kaumnya pergi ke kaki gunung. Orang-orang itu mengikuti ajakan Nabi Saleh, tapisebenarnya bukan karena mereka mempercayai Nabi Saleh,melainkan karena mereka berharap agar Nabi Saleh tak dapat mengeluarkan mukjizat, dengan demikian mereka dapat mengolok-olok dan menghina Nabi Saleh. Tetapi betapa terkejutnya orang-orang kafir itu.

Tak lama setelah mereka berkumpul di kaki gunung, muncullah seekor unta betina dari perut sebuah batu karang besar. Unta itu besar dan gemuk, belum pernah mereka melihat unta sebagus itu.

"Inilah unta mukjizat dari Tuhanku. Unta ini boleh kalian peras susunya setiap hari. Susunya tidak akan habis-habis. Tetapi perhatikan pesanku, unta ini harus dibiarkan berkeliaran bebas, tak seorang pun boleh mengganggunya. Unta ini berhak meminum air di sumur, bergantian dengan penduduk. Jika hari ini unta ini minum, maka tak seorang pun dari penduduk boleh mengambil air sumur. Sebaliknya esok harinya, para penduduk boleh mengambilair sumur dan unta ini tidak minum air itu sedikit pun juga."

Kedurhakaan kaum Tsamud Tetapi rupanya keberadaan untayang membawa berkah air susu ini membuat orang-orang kafir menjadi iri kepada Nabi Saleh. Mereka lalu mengadakan sayembara, siapa yang berani membunuh unta Nabi Saleh akanmendapatkan hadiah berupa gadis cantik.
Tersebutlah dua orang pemuda yang nekad mengikuti sayembara ini. Mereka sudah sepakat akan menikmati hadiah gadis cantik itu bersama-sama. Sungguh mesum niat kedua pemuda ini. Demikianlah ketika unta itu baru saja minum di salah satu sumur penduduk, salah seorang dari pemuda itu melepaskan anak panah, tepat mengenai kaki unta. Unta itu berlari kesakitan, namun pemuda yang seorang lagi yang sudah siap dengan golok di tangan segera menghabisi unta itu. Mereka berhasil membunuh unta itu, dan memperoleh hadiah yang sudah dijanjikan.

Setelah unta itu mati, orang-orang kafir merasa lega. Mereka dengan berani menantang Nabi Saleh, "Hai Saleh, unta yang kau banggakan itu sekarang sudah kami bunuh. Kenapa tidak ada balasan siksa bagi kami? Kalau kau memang utusan Allah, tentunya kau dapat mendatangkan siksa yang kau ancamkan kepada kami!" Berkata Nabi Saleh, "Kalian benar-benar telah berbuat dosa. Sekarang kalian boleh bersenang-senang selama 3 hari. Sesudah lewat 3 hari, maka datanglah ancaman yang dijanjikan Allah kepadamu."

Waktu 3 hari itu sebenarnya adalah kesempatan bagi bangsa Tsamud untuk bertobat, tetapi mereka malah mengejek Nabi Saleh dan menganggapnya hanya membual. Belum sampai 3 hari mereka datang lagi kepada Nabi Saleh dan berkata, "Hai Saleh, kenapa tidak kau percepat datangnya kesombongan Kaum Tsamud. Diam-diam orang-orang kafir itu merasa takut. Bukankah ucapan Nabi Saleh selalu terbukti kebenarannya? Bagaimana kalau siksa itu benar-benar datang kepada mereka? Maka untuk mencegah datangnya siksa itu, sehari sebelum waktu yang dijanjikan, mereka mengadakan rapat gelap. Mereka bermaksud membunuh Nabi Saleh agar siksaitu tak jadi diturunkan.
Sungguh bodoh akal mereka dan sungguh keji tindakan mereka. Apakah mereka mengira siksaan Allah dapat dibatalkan hanya karena mereka membunuh utusan-Nya? Maha Suci Allah yang Maha Pengasih, Dia melindungi hamba-Nya, Nabi Saleh AS. Beliau selamat dari rencana pembunuhan yang keji itu.


Sedang untuk kaum Tsamud sendiri, akibat kedurhakaan mereka, Allah SWT menurunkan azab yang sangat mengerikan. Bangsa Tsamud disambar petir yang meledak dan menggelegar membelah angkasa. Bumi juga ikut murka atas kesombongan bangsa yang ingkar itu. Gempa yang dahsyat telah menghancurkan dan memporak-porandakan tempat tinggal mereka yang megah dan besar. Sebelum azab diturunkan, atas kuasa Allah Nabi Saleh AS dan keluarnya mengungsi ke Ramlah,sebuah tempat di Palestina

March 09, 2015

Kisah Nabi Musa

Nabi Musa a.s. adalah anak laki-laki Imran dan bersaudara dengan Nabi Harun a.s. Nabi Musa a.s. dilahirkan sewaktu Raja Fir'aun lah yang memegang kekuasaan pemerintahan di negri Mesir pada waktu itu. Dimasa itu Raja Fir'aun mengeluarkan undang-undangnya setiap bayi laki-laki lahir dari Bani Israil harus segera dibunuh. Pemerintahan Fir'aun sangat zhalim, dan dia mengaku dirinya adalah Tuhan. Kalau tidak mau menuruti perintahnya maka akan dihukum mati.

Pada suatu hari Fir'aun bermimpi bahwa negri Mesir terbakar habis, rakyatnya banyak yang mati, kecuali orang-orang Bani Israil yang tinggal saja. Setelah itu Fir'aun memerintahkan ahli-ahli nujumnya untuk menta'wilkan mimpinya itu. Dan setelah mendengar arti mimpinya itu bahwa negri Mesir akan dijatuhkan kekuasaanya dengan seorang laki-laki dari Bani Israil. Kemudian Raja Fir'aun memerintahkan petugas-petugasnya untuk memeriksa setiap rumah dan mengeluarkan undang-undangnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki Bani Israil.

Pada masa itulah Nabi Musa a.s. dilahirkan, Allah s.w.t. menurunkan ilham kepada ibu Nabi Musa agar menghayutkan anaknya yang masih bayi itu kesungai Nil dengan sebuah peti. Dengan kodrat Allah s.w.t. peti itu ditemukan oleh istri Fir'aun yang sedang mandi ditepian sungai itu.

Siti Asiah istri Fir'aun sangat gembira dan menunjukan Musa yang masih bayi itu kepada suaminya. Fir'aun yang curiga bahwa bayi itu yang akan meruntuhkan kerajaannya bermaksud akan membunuhnya, akan tetapi dicegah oleh istrinya sendiri.

Setelah Musa menjadi dewasa, Allah s.w.t. menganugrahkan kepadanya pangkat kenabian, kecerdasan dan pengetahuan yang banyak. Suatu hari ketika Nabi Musa a.s. sedang berada  didalam kota dimana penduduknya tidak mengenal akan dirinya, bertemulah beliau dengan dua orang yang sedang berkelahi, yaitu seorang Bani Israil dan seorang Qubti. Nabi Musa a.s. berusaha mendamaikan namun si Qubti tidak mau, dan Nabi Musa memukul si Qubti itu, langsung mati hanya dengan sekali pukul.

Dalam pada itu datanglah seorang lelaki dengan tergesa-gesa dan memberitahukan Musa bahwa para pembesar Mesir telah bersepakat untuk membunuh Musa, karena rahasianya membunuh orang telah diketahui. Maka Musa dengan penuh kekhawatiran keluarlah dari negri Mesir. 

Singkat cerita bertemulah Nabi Musa dengan Nabi Syu'aib, dan Pada suatu hari Nabi Syu'aib a.s. berkata "Aku bermaksud akan menikahkan kau dengan salah seorang anakku. Yang menjadi maskawinmu adalah pekerjaan mu selama delapan tahun, tetapi terserah jika kau akan mencukupkannya menjadi sepuluh tahun, aku tidak akan memaksa dan memberatkanmu" Musa menyetujui perjanjian itu, maka menikahlah beliau dengan seorang anak dari Nabi Syu'aib a.s.

Suatu ketika, pada saat Nabi Musa a.s. sedang melakukan perjalanan malam beserta istrinya menuju Mesir, dari kejauhan Nabi Musa a.s. melihat api. Dan setelah Nabi Musa a.s. mendekati api tersebut, beliau sangat heran karena api tersebut melekat pada sebuah pohon, sedangkan pohon tersebut tidak terbakar dan api pun tidak padam.

Ketika itu Nabi Musa a.s. mendengar suara yang merupakan wahyu Illahi "Takala Musa sampai ketempat api itu, lalu dia diseru dari tepi lembah sebelah kanan ditempat yang diberkahi dari sebatang pohon kayu yaitu "Hai Musa! sesungguhnya Aku adalah Allah Tuhan semesta alam" ( s. Al-Qashash ayat 30 )

Peristiwa tersebut terjadi dibukit Thursina, dibukit itu pulalah Nabi Musa a.s. menerima mukjizat dari Allah s.w.t. yaitu tongkat yang bisa berubah menjadi ular bila dilemparkan dan tanganya yang bisa bercahaya putih. Kedua mukjizat itulah nantinya yang akan dipergunakan melawan Fir'aun. Dan Allah pun mengangkat Harun saudara dari Nabi Musa a.s. menjadi Nabi pula untuk membantu Musa dalam menegakan kebenaran Allah s.w.t.

Bilamana Nabi Musa a.s. melemparkan tongkatnya, maka berubahlah menjadi ular besar yang menelan habis ular-ular ciptaan para ahli sihir Fir'aun. 

Menyaksikan kejadian itu, maka bersujudlah para ahli sihir itu kepada Musa dan menyatakan bahwa mereka beriman kepada Allah s.w.t. Dan diantara mereka yang beriman itu termasuk juga Siti Asiah yang merupakan istri Fir'aun itu sendiri. Bukan main murkanya Fir'aun, orang-orang yang beriman itu disiksanya sampai menemui ajal.

Nabi Musa a.s. bersama pengikutnya lari meninggalkan mesir dikejar oleh balatentara Fir'aun. Ketika sampai dilaut merah, Nabi Musa a.s. memukulkan tongkatnya sehingga laut terbelah dua. 

Nabi Musa a.s. dan pengikutnya berhasil menyebrangi Laut Merah melalui jalan yang tersibak itu sehingga menjadi jalan darat. Sementara itu Fir'aun dan balatentaranya terus mengejar, namun sampai dipertengahan laut, air lautpun bertemu kembali. Maka binasalah Fir'aun dan balatentaranya.

Walaupun Fir'aun telah binasa, namun banyak jiwa rakyatnya yang masih kafir. Pada waktu Nabi Musa a.s. pergi ke bukit Thursina untuk menerima wahyu Allah selama 40 malam, maka dipercayakan para pengikutnya kepada Nabi Harun a.s. Dan diantara mereka ada seorang yang bernama Samiri yang membuat patung sapi dari emas. Kedalam mulut patung sapi itu dimasukannya tanah bekas tapak kaki kuda Malaikat Jibril sehingga patung sapi tersebut dapat berbicara. Lalu Samiri berkata kepada kaumnya "Hai kaumku! inilah Tuhan kita yang patut kita sembah!" lalu merekapun tersesat karena menyembah patung sapi tersebut.

Lalu Nabi Musa a.s. kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih "Aku sudah melarang mereka berkali-kali" sahut Nabi Harun a.s. Kemarahan Nabi Musa a.s. pun hilang, lalu beliau mengusir Samiri dan membakar patung anak Sapi itu.

Mereka baru akan percaya bila mereka telah melihat dengan jelas, lalu Nabi Musa a.s. memilih tujuh puluh orang laki-laki untuk mengikuti-nya kebukit Thursina untuk menerima wahyu Allah. Namun disana petir menyambar mereka, sehingga mereka semua mati. Lalu Allah s.w.t. menghidupkan mereka kembali.

Suatu ketika, umat Nabi Musa a.s. merasa kehausan dipadang pasir. Setelah mencari kesana kemari tidak juga didapatkan, merekapun meminta tolong kepada Nabi Musa a.s. agar memintakan air kepada Tuhan. Lalu Nabi Musa a.s. memukulkan tongkatnya keatas batu, maka terpancarlah 12 mata air untuk 12 kaum.

Nabi Musa a.s. meninggal dunia di padang Tih pada usia 120 tahun, setelah sebelumnya telah meninggal dunia terlebih dahulu Nabi Harun a.s.
Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates