Teknik Pengambilan Keputusan
- HAKIKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Merupakan kegiatan sentral dari manajemen (Perrone, 1968), merupakan kunci
kepemimpinan (Gore, 1959), atau inti kepemimpinan (Siagian, 1988), sebagai
suatu karakteristik yang fundamental (Moore, 1966), sebagai jantung kegiatan
administrative (Robbin, 1978). Hinggins (1979) melanjutkan bahwa pengambilan
keputusan adalah kegiatan yang paling penting dari semua kegitan. Hoy dan Miskel (1978)
mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan pertanggungjawaban utama dari
semua administrator melalui suatu proses tempat keputusan-keputusan dibuat dan
dilakdanakan.
- PENTINGNYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
·
Mintzberg (1979): dilihat dari segi kekuasaan untuk membuat keputusan,
yaitu apakah mengikuti pola sentralisasi atau desentralisasi.
·
Herbest Simon (1982): kewajiban “memutuskan” menyudupi keseluruhan
organisasi administrative sama jauhnya seperti yang dilakukan oelh kewajiban
“bertindak”.
C.
4 JENIS KEPUTUSAN
Menurut Sutherland, keputusan dapat digolongkan menjadi emapt jenis,
yaitu:
1) Tujuan, cita-cita yang
dibuat penanggung jawab organisasi yang kompleks dan berhubungan dengan tujuan
yang diinginkan sebenarnya.
2) keputusan stratejik yang
yang mempersoalkan apa yang dapat dibuat untuk mencapai tujuan.
3) keputusan taktis, yang
mengarah pada bagaimana melakdanakan keputusan stratejik dan lebih pendek
jangka waktunya, namun memiliki implikasi jangka panjang, sehingga jika ini
terlewati mengakibatkan efek ke depannya.
4) keputusan operasional
kategori keputusan
Dapat diambil kesimpulan keputusan umumnya dibagi ke dalam dua kategori;
terprogram dan tidak terprogram. Pendapat itu dikemukakan oleh Herbert A.
Simon.
- keputusan terprogram (Programmed
Decision)
keputusan ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada problem yang
diketahui secara baik (well-structural problem) atau masalahnya
diketahui secara jelas. Informasi juga tersedia secara mencukupi utuk digunakan
dalam mengambil keputusan.
- keputusan tidak
terprogram (Nonprogrammed Decision)
keputusan ini adalah keputusan yang diambil atau dibuat berdasarkan
masalah yang tidak diketahui secara jelas (ill-structured problem) atau
data dan informasinya kurang tersedia sebagaimana mestinya.
D.
KATEGORI KEPUTUSAN
1. keputusan dalam keadaan
kepastian (certainly).
keputusan dalam keadaan
lengkap apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan
lengkap.
2. keputusan dalam keadaan
resiko (risk).
Resiko terjadi bila hasil
pengambilan keputusan walupun tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi dapat
diketahui nilai kemungkinannya (probabilitas).
3. keputusan dalam keadaan
ketidakpastian (uncertainly). Adalah suatu keadaan dimana kita tidak dapat menentukan keputusan karena
belum pernah terjadi sebelumnya (pertama kali).
4. keputusan dalam keadaan
konflik (conflict).
Banyak permasalahan yang
perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Situasi konflik dapat
terjadi bila kepentingan dua pengambil keputusan atau lebih saling bertentangan
(ada konflik).
Ditinjau dari perolehan informasi dan cara memproses informasi dapat
dibsgi ke dlm 4 kategori, yaitu:
1. keputusan representasi;
dalam pengambilannya ada informasi yang cukup banyak dan tahu dengan tepat bagaimana
memanipulasi informasi tersebut.
2. keputusan empiris; suatu
keputusan yang memiliki sedikit informasi tetapi meiliki cara yang jelas utuk
memperoleh informasi pada saat informasi itu diperoleh.
3. keputusan informasi;
keputuan yang muncul saat ada informasi yang diliputi kontroversi tentang
bagaimana memproses situasi ini.
4. keputusan eksplorasi;
keputusan yang muncul saat jumlah informasi dangat sedikit dan juga tidak ada
kata sepakat tentang cara yang akan digunakan untuk mencari informasi.
Klasifikasi ini menurut Nutt dapat pula mewakili tingkatan-tingkatan
keputusan.
a. Pengambilan keputusan tidak
menghadapi masalah yang serius sasaran jelas dan pencapaian tidak mengalami
kesulitan.
b. Konteks situasi dari
keputusan empirical mulai muncul ke permukaan, sasaran harus jelas dan
dissesuaikan dengan situasi lingkungan.
c. Konteks situasi semakin
serius, preferensi tidak dapat diperkirakan dan dapat berubah-ubah
sewaktu-waktu.
d. Situasi serba tidak menentu,
pengambil keputusan yang memiliki kepentingan berbeda-beda sulit dikendalikan.
E.
PENGERTIAN KEPUTUSAN
·
Drucker, 1990 : Keputusan (decision) berat pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau
lebih kemungkinan. Namun, ia hamper tidak merupakan pilihan antara yang benar
dan yang salah, tetapi yang justru sering terjadi ialah pilihan antara yang
“hamper benar” dan yang “mungkin salah”
·
Mc. Kenzie melihat bahwa keputusan adalah “pilihan nyata” Karena pilihan diartikan sesbagi
pilihan tentang tujuan termasuk plihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu,
apakah pada tingakt perorangan atau pada tingkat kolektif.
·
Mc Graw dan Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu
dengan bahwa suatu keputusan ialah keadaan akhir daari suatu proses yang lebih
dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan.
MENURUT SUDUT PANDANG DAN LATAR BELAKANGNYA
·
James A. F. Stoner: Keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternative. Definis ini
mengandung tiga pengertian, yaitu Ada pilihan atas dasar logika atau
pertimbangan, Ada beberapa alternative yang harus dipilih salah satu yang terbaik, dan Ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada
tujuan tersebut.
·
Prajudi Atmosudirjo: Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada
prosses pemikiran tenang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu
alternative.
·
Chester I. Barnard: Keputusan adalah perilaku
organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran proses keputusan
ini secara relative dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku organisasi
lebih penting daripada kepentingan perorangan”.
- PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN menurut PARA
AHLI
·
George R. Terry: Pemilihan alternative
perilaku dari dua alternative atau lebih (tindakan pimpinan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam organisasi yang didampinginya dengan melalui
pemilihan satu di antara alternative-alternative yang dimungkinkan).
·
Sondang P. Siagian: Suatu pendekatan terhadap
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang
dari alternative yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.
·
Claude S. George, Jr.: Proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh
kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk
pertimbangan, penilaian, dan pemilihan di antara sejumlah alternative.
·
Horold dan Cyril O’donnell: Pemilihan di antara alternative
mengenai suatu cara bertindak, yaitu inti dari perencanaan. Suatu rencana tidak
dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat
dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
G.
FUNGSI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
· Pangkal permulaan dari semua
aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secara
kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional (M. Iqbal:
2004).
· Sesuatu yang bersifat
futuristic, artinya berdangkut-paut dengan hari depan, masa yang akan datang,
dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
H.
TUJUAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
· Tujuan yang bersifat tunggal : Tujuan pengambilan keputusan
yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya
menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya
dengan masalah lain.
· Tujuan yang bersifat ganda: Tujuan pengambilan keputusan
yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih
dari satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua
(atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang tidak bersifat kontradiktif.
I.
UNSUR PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
· Tujuan dari pengambilan
keputusan;
· Identifikasi alternative
keputusan yang memecahkan masalah;
· Perhitungan tentang
factor-factor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan
manusia;
· Sarana dan perlengkapan
untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari
pengambilan suatu keputusan
J.
DASAR-DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.
Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan factor kejiwaan lain. Sifat subjektif daari
keputusan intuitiff ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu:
· pengambilan keputusan oleh
satu pihak sehinga mudah untuk memutuskan.
· keputusan intuitif lebih
tepat untuk masalah-masalah yan bersifat kemanusiaan.
· kemampuan untuk mengambil
keputusan dari pengambilan keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu
dimanfaatkan dengan baik.
Sedangkan kelemahannya yaitu:
· Pengambilan keputusan yan
berdasarkan intuisi membutuhkan waktu
yang singkat. Untuk masalah-masalah yang dampknya terbatas, pada umumnya
pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan.
· Pengambilan keputusan ini
sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata
lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu
pihak saja.
· Dasar-dasar lain dalam
pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
2. Pengalaman
Seringkali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan
mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Dalam hal
tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan
masalah. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki banyak manfaat bagi
penetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka
dapat diperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya dan
baik buruknya keputusan.
3. Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (Authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Kelebihannya :
· Kebanyakan penerimanya
adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tersebut secara sukarela ataukah
secara terpaksa.
· keputusannya dapat bertahan
dalam jangka waktu yang cukup lama.
· Memiliki otantisitas
(otentik).
· Didasari wewenang yang resmi
maka akan lebih permanen sikapnya.
Kelemahannya:
· menimbulkan sifat rutinitas
· Dapat menimbulkan rutinitas
· Mengasosiasikan dengan
praktik dictatorial
· Sering melewati permasalahan
yang seharusnya dipecahkan.
4.
Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan kepututdan didukung oleh
sejumlah fakta yagn memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan
istilah datadan informasi.kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara
sistematis dinamakan data, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan darai
data.
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan
keputusan yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan
terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi.
5. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang
dihasilkan bersifat objektif, logis, leih transparan, dan konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam
keadaan yan ideal. Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa
hal sebagai berikut:
§ Kejelasan masalah: tidak ada
keraguan dan kekaburan masalah.
§ Orientasi tujuan: kesatuan
pengertian tujuan yang ingin dicapai.
§ Pengetahuan alternative:
seluruh alternative diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
§ Preferensi yang jelas:
alternative bisa diurutkan sesuai kriteria.
§ Hasil maksimal: pemilihan
alternative terbaik berdasarkan hasil ekonomis yang maksimal.
Keterbatasan pengambilan keputusan secara rasional yang dimiliki individu
dangat bervariasi atau berbeda antara yan satu dengan yang lain menurut(Ikhdan.
2006).
§ Lingkup pengetahuan yang
tersedia dalam kaitannya dengan seluruh alternative yang mungkin dan
konsekuensinya.
§ Gaya kognitif tiap individu,
misalnya seperti kemampuan untuk berpikir secara krits dana analitis,
ketergantungan dengan orang lain, dan sebagainya.
§ Struktur nilai ndividu yang
berubah.
§ Tendensi individu yang lebih
cenderung untuk “memuaskan” daripada untuk melakukan optimalisasi.
K.
FAKTOR DLM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ( G.TERRY )
1. hal-hal yang berwujud maupun
yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan
dalam pengambilan keputusan.
2. Setiap keputusan harus dapat
dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Setiap keputusan jangan
berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan
kepentingan organisasi.
4. Jarang sekali pilihan yang
memuaskan, oleh Karena itu buatlah alternative-alternative tandingan.
5. Pengambilan keputusan
merupakan tindakan mental dan tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.
6. Pengambilan keputusan yang
efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
7. Diperlukan pengambilan
keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
8. Setiap keputusan hendaknya
dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
9. Setiap keputusan merupakan
tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya.
L.
PROSES
PENCAPAIAN KEPUTUSAN
Ada dua pandangan dalam proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinklow, et al., 1977) yaitu:
1. Optimasi. Seeorang eksekutif yang penuh
keyakinan berusaha menysusn alternative-alternative, memperhitngkan untung rugi
dari setiap alternative itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu ia
memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian di kemudian hari,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap
altrnatif-alternatifyang telah ditumuskan, dan kemudian menyusun
urutan-urutannya secara sistematis sesuai prioritas dan kadang-kadang juga selera.
Barulah ia membuat keputusan . keputusan yang dibuatnya itu dianggap optimal
karena setidaknya ia telah memperhitungkan semua factor yang
berkaitan dengan keutudan itu.
2. Satisficing. Seorang eksekutif cukup
menempuh suatu penyelesaian yang asal memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian
yang ter baik. Ia tidak akan dapat mengidentifikasi semua alternative sebagai
akibat dari kelalaian atau kurangnya sumber informasi daarai hasil penelitian.
Ia hanya mengetahui ssedikit menegnai kerugian atau keuntungan yang melekat
pada laternatif apapun yang dipilih. Ia juga memiliki kekurangsempurnaan
pemahaman mengenai peristiwa-peristiwa yang mungkin timbul dan kaitannya dengan
pilihan yang ia lakukan. Oleh Karena itu, ia dapat memiliki dasar yang akurat
untuk memilih alternative-alternative itu, maka ia akan memilih alteernatif
yang dianggap paling memuaskan.
M. TEKNIK PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
1. Operation riset; dengan menggunakan
metode-metode scientific (yang meliputi teknik-teknik matematis) dalam analisis
dan pemecahan suatu masalah tertentu.
2. Linear programming; dengan menggunakan
rumus-rumus matematik yang disebut juga factor factor analisis.
3. Gaming war games; dengan teori yang biadanya
digunakan untuk menentukan strategi.
4. Probability; dengan teori kemungkinan
yang dapat diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal yang tidak normal,
mengenai sebuah keputusan yang dipertimbangkan dan diperhitungkan.
5. Ranking and Statistical
Weighting; dengan cara:
· Melokalisasi berbagai factor
yang akan mempengaruhi keputusan terakhir.
· Menimbang factor-factor yang
dapat dibandingkan dan yang tercakup di dalam setiap alternative.
6. Scientific Management; dengan pemeriksaan yang
logis, yang mengarah kepada keputusan yang efektif.
N.
PROSEDUR PENGAMBILAN
KEPUTUSAN SCIENTIFIC MANAGEMENT
Drs. H. Malayu S. P. Hasibuan :
1. Maker (manager) harus
mengetahui secara jelas masalah (problem) yang akan diputuskan dengan
merumuskan dan menganailidanya dengan cermat.
2. Mengumpulkan data,
informasi, dan faktaa yang ada relevansinya dengan masalah yang akan
diputuskan.
3. Mengevaluasi dan
menganalisis data, informasi, dan fakta yang telah dikumpulkan.
4. Menetapkan ssejumlah
alternative keputusan yang akan diambil.
5. Mengembangkan dan
mengimplementasikan alternative pilihan yang ada.
6. Memilih keputusan terbaik
dari alternative-alternative itu.
7. Menetapkan suatu keputusan,
menjadi tindakan yang paling efektif dan efisien.
8. keputusan harus
diinformasikan untuk ditaati dan dilakdanakan menjadi tindakan nyata dan
mengikat bagoi semua karyawan.
George R. Terry :
1. Merumuskan problem yang
bersangkutan.
2. Menganalisis problem
tersebut.
3. Menetapkan sejumlah
alternative.
4. Mengevaluasi masing-masing
alternative.
5. Memilih alternative yang
akan menjadi keputusan dan gakan dilaksanakan.
Menurut Peter F. Drucker, yaitu:
1. Menetapkan masalah.
2. Menganalisis masalah.
3. Mengembangkan
alternative-alternative pilihan.
4. Mengambil keputusan yang
tepat.
5. Mengambil keputusan menjasi
tindakan efektif.
O.
ASPEK-ASPEK
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pribadi dan kepribadian decision
maker
2. Sifat masalah yang dihadapi.
3. Pandangan dan kecakapan
factual desicion maker terhadap masala yang dihadapi.
4. Kondisi institusional
(lembaga) berdangkutan.
5. Situasi umum yang menjadi
lingkungan sekitar.
Teknik pengambilan keputusan yang diperkenalkan di dalam literature cukup
bervariasi tetapi pada umumnya dapat dikelompokkkan ke dalam dua jenis, yaitu
teknik tradisonal dan teknik modern.
- keputusan terprogram
Tradisional
- Kebiasaan
- Pekerjaan rutin
sehari-hari
- Struktur organisasi,
ada harapan brsama, melalui perumudan sub-sub tujuan, dengan menggunakan
saluran informasi yang terumus dengan jelas.
Modern
1) Riset operasional
2) Analisis matematik
3) Model-model
4) Simulasi komputer
2. keputusan tidak terprogram
Tradisional
- heuristic, yaitu
mendorong seseorang untuk mencari dan menemukan sendiri intuisi,
kreativitas.
- Rule of thumbs, yaitu
suatu prosedur praktis yang tidak menjamin penyelesaian optimal.
- Dengan seleksi latihan
bagi para eksekutif.
Modern
- Menyelenggarakan
pelatihan bagi para pengambil
keputusan.
- Dengan menciptakan
program-program komputer
Teknik-teknik pengambilan keputusan juga sering dibagi ke dalam teknik
pengambilan keputusan matematik atau kuantitatif, dan teknik pengambilan non
matematik atau kualitatif.
Teknik pengambilan keputusan matematik diberi nama multivariate (analisis
variable ganda atau analisis berdimensi ganda). Teknik non matematik, sering
digunakan untuk keputusan srategik.
•
Teknik-teknik pengambilan keputusan yang paling digunakan antara lain
sebagai berikut (Siagian, 1988):
- Brainstorming: teknik
ini sudah lama digunakan sejak waktu yang lama, mungkin merupakan teknik
yang paling tua. Teknik ini cukup alternative dalam membentuk persepsi
tentang masalah yang dihadapi. Untuk permasalahan yang sederhana, yang
tidak terlalu memrlukan penelaahan mendalam, eknik ini banyak disukai.
- Teknik Delphy: teknik
delphy biadanya dilakukan dengan tidak melibaatkan orang dalam organisasi
sebagai pengambil keputusan, melainkan pihak luar (misalnya sekelompok
ahli.
- Teknik kelompok
nominal,: teknik ini mirip dengan teknik Delphy hanya bedanya para ahli
yang terlibat dalam pengambilan keputusan bertemu secara tatap muka.
- Teknik Synetics: teknik
ini merupakan modifikasi brainstorming, melibatkan seorang ahli dalam
pengambilan keputusan, baik dari organisasi sendiri atau orang luar yan
bertindak sebagai narasumber.
P.
TINGKAT-TINGKAT
KEPUTUSAN
Brinkloe (1977) menawarkan bahwa sebenarnya ada empat tingkat keputusan,
yaitu:
1) Automatic Decision atau
keputusan otomatis. keputusan ini dibuat dengan dangat sederhana. Meski ia
sederhana informasi tetap diperlukan
2) keputusan berdasarkan
informasi yang mengharapkan. Tingkat informasi di sini mulai sedikit kompleks,
artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan.
Akan tetapi keputusan belum segera dibuat, Karena informasi itu masih perlu
dipelajari.
3) keputusan berdasarkan
berbagai pertimbangan. keputusan ini lebih kompleks lagi. Lebih banyak
informasi yang diperlukan. Informasi-informasi itu harus dikumpulkan dan
dianalisis. Antar informasi yang satu dengan yang lain dibandingkan, kemudian
dicari yang paling banyak memberi keuntungan dan kesenangan.
4) keputusan berdasarkan
ketidakpastian ganda. keputusan tingkat empat ini adalah keputusan yang paling
kompleks. Jumlah informasi yang dibutuhkan semakin bertambah kompleks. Selain
itu dalam setiap informasi yang sudah ada atau informasi yang masih akan
diharapkan terhadap ketidakpastian. Itulah sebabnya dikatakan dual
uncertanty, ketidakpastian ganda. Semakin luas ruang lingkup dan semakin
jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang dibutuhkan dan
semakin tinggi ketidakpastian itu.
Q.
KLASIFIKASI
KEPUTUSAN
a.
Struktur
Ditinjau dari segi structural, ruang lingkup dan tingkat pembuatan
keputusan maka keputusan dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis besar,
yaitu:
1) keputusan umum (Generic
decisions) yang timbul dari berbagai kebijakan peraturan dan prinsip yang sudah
ditetapkan.
2) keputusan unik (Unique
decision), yaitu keputusan kreatif yang memerlukan ketentuan tersendiri di luar
batas aturan atau prinsip yang telah ditetapkan.
Kedua keputusan di atas oleh Simon disebut sebagai keputusan terprogram
dan keputusan nonprogram
Chamberlian mengklasifikasikan keputusan menjadi dua jenis;
- keputusan
administrative, adalah kegiatan operasional yaitu keputusan yang berbau
administrasi operasional sehari-hari. keputusan ini umumnya berjangka
pendek, lebih banyak berkaitan dengan berbagai factor internal yang dapat
dikontrol.
- keputusan-keputusan
strategic, yaitu lebih banyak berkaitan dengan factor–factor eksternal
yang berjangka panjang sebagai pegangan dalam keputusan administrative dan
tidak dapat terkontrol.
Berdasarkan kemunculannya, Henry Minzberg membagi keputusan ke dalam dua
jenis, yaitu:
1) keputusan yang muncul
pertama disebut keputusan tak berstruktur (Unstructured decisions).
2) Sedangkan keputusan yang
lain, yang ada setelah keputusan pertama, dinamakan keputusan berstruktur
(Structured decisions).
Menurut Brickloe, keputusan berstruktur ialah keputusan yang dibuat
melalui urutan sklus tertentu, keputusan pertama biadanya berpengaruh pada
keputusan berikutnya, keputusan ini biadanya diikuti atau digunakan oleh para
eksekutif. Sedangkan para manajer lebih sering menggunakan keputusan tidak
terstruktur mengingat banyaknya informasi dan ketidakpastian.
b.
Pembuat keputusan
Pembuatan keputusan ditinjau dari segi keputusan, Hitt et al., menegaskan
bahwa keputusan terprogram biadanya dibuat oleh mereka yang menduduki posisi
manajemen yang tidak terlalu tinggi. Dan sebaliknya keputusan besar sebaiknya
dibuat oleh manajemen tingkat tinggi. Semakin tinggi kedudukan para pengambil
keputusan, semakin luas ruang lingkup keputusan yang dibuatnya, yang juga
semakin luas dampaknya terhadap organisasi dan masyarakat.
c.
Waktu dan
keterampilan
Pada keputusan pertama biadanya lebih mudah, lebih cepat. Maka pada
pengambilan keputusan tipe kedua adalah sebaliknya karena kemampuan membuatnya
akan membedakan antara manajer yang efektif dan yang tidak. Kehadiran keputusan
tetap (Standing decisions) menurut Robbin adalah mengarahkan para administrator
dan karyawan non-administrative ke dalam keputusan rutin yang dangat
repetitive.
Sedangkan kpeutudan khusus (special-purpose decision) ini membutuhkan
kreativitas serta pertimbangan yang lebih banyak. Ia hadir sebagai respon
terhadap keadaan yang tidak pasti. keputusan ini meliputi bidang strategi,
program, dan anggaran.
R.
PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Para manajer yang menghadapi pilihan etika yang menghadapi pilihan etika
yang sulit ini seringkali mengambil manfaat dari pendekatan normative yang
didasarkan pada norma dan nilai untuk menuntun pengambilan keputusan yang
mereka lakukan. Etika normative menggunakan
beberapa pendekatan untuk menjelaskan nilai-nilai untuk memandu pengambilan
keputusan yang beretika. Keempat pendekatan yang relevan bagi manajer adalah:
1. Pendekatan utilitarian
2. Pendekatan individualism
3. Pendekatan hak moral
4. Pendekatan keadilan
5. Pendekatan Utilitarian
(utilitarian approach); Perilaku moral menghasilkan kebaikan paling utama
dengan jumlah sebesar mungkin (Jeremy dan John Stuart Mill, abad XIX)
2. Pendekatan individualism
(individualism approach); tindakan dianggap bermoral bila mempromosikan
kepentingan jangka panjang terbaik sesorang.
Ada pula yang berpendapat bahwa ada tiga pendekatan dalam pembuatan
keputusan, yaitu:
1. Pendekatan konvensional;
pembuat keputusan dalam membuat keputusan terhadap suatu persoalan mendasarkan
diri kepada tindakan-tindakan masa lampau, jadi selalu mendasarkan dirinya atas
tradisi.
2. Pendekatan sistematis;
pembuat keputusan dalam membuat keputusan terhadap permasalahan mendasarkan
diri pada pengalamannya dan pada orang lain yang menghadapi masalah serupa.
3. Pendekatan ilmiah (ilmu
pengetahuan); pembuat keputusan tidak hanya menerima suatu cara di masa lampau,
tetapi juga dengan menetapkan dengan seksama persoalan-persoalan yang dihadapi,
membuat suatu patokan, mengumpulkan bahan-bahan pemecahan sementara, memeriksa
kembali pemecahan tersebut.
S.
LANGKAH-LANGKAH
MEMBUAT KEPUTUSAN DENGAN PENDEKATAN
ILMIAH
1. Get the facts (cari fakta)
2. Analize the facts (analisis
fakta)
3. Consider the objectives in
the light of the availability (tentukan tujuan berdasarkan fakta yang tersedia)
4. Decide (buat keputusan)
T.
MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pendekatan yang digunakan manajer untuk mengambil keputusan dibagi ke
dalam tiga jenis model jenis, tergantung apakah apakah keputusan ini deprogram
atau tidak, dan tingkatan dimana keputusan dikarakterisikkan oleh risiko,
ketidakpastian, atau ambiguitas
Tiga model pengambilan keputusan itu adalah:
1) Model Klasik
Sebuah pengambilan keputusan yang didasarkan pada asumsi bahwa manajer
seharusnya membuat keputusan yang logis yan sesuai dengan ekonomi terbaik
organisasi. Asumsi yan mendasari model ini adalah sebaga berikut:
- Pengambilan keputusan
bertindak untuk encapai tujuan yang diketahui dan disepakati.
- Pengambil keputusan
mengusahakan kondisi kepastian dengan mengumpulkan informasi.
- Kriteria untuk
mengevaluasi alternative diketahui.
- Pengambilan keputusan
adalah orang yang rasional dan menggunakan logika dalam menentukan nilai,
kekusakaan (preference), dan menggunakan keuputudan yang akan memaksimalkan
pencapaian tujuan organisasi.
2) Model Administratif
Adalah model pengambilan keputusan yang menggambarakan bagaimana manajer
sesungguhnya membuat keputusan di situasi yang sulit, seperti yan
dikarakteristikkan oleh keputuan tidak terprogram, ketidakpastian, dan
ambiguitas.
Model pengambilan keputusan didasarkan teori Haerbert A. Simon. Simon
mengusulkan dua konsep yang instrumental dalam pembentukan model
administrative: rasional terbatas dan pemenuhan.
Model adminstratif tergantung pada asumsi yang berbeda. Model ini lebih
realitas dibandingkan dengan model klasik untuk keputusan yang kompleks dan
tidak terprogram. Menurut model administrative:
- Tujuan keputusan
seringkali bersifat samar, berlawanan, dan kurang kesepakatan di antara
manajer.
- Prosedur rasional tidak
selalu digunakan dan jika ya, hal ini dibatasi oleh pandangan paling
sederhana atas permasalahan yang ttidak menangkap komplesitas peristiwa
organisasi yang sesungguhnya.
- Pencarian manajer atas
alternative terbatas karena masalah manusia, informasi, dan sumber daya.
- Banyak manajer memilih
pemenuhan daripada solusi maksimalisasi.
3) Model Politis
Model ketiga dari pengambilan keputusan berguna dalam pebuatan keputusan
tidak terprogram ketika kondisi tidak
pasti, informasi terbatas, dan trdapat ketidaksepakatan antara manajer
tentang tujuan mana yang harus dicapai atau arah tindakan apa yang harus
diambil.
Koalisi (coalition) merupakan pembentukan aliansi informal diantara
manajer yang mendukung tujuan tertentu.
Pembentukan koalisi adlah proses pembentukan aliansi antara manajer.
Model politis secara dekat menggambarkan lingkungan sebenarnya dimana
manajer dan pengambil keputusan sesungguhnya beroperasi.
Ada 4 (empat) asumsi dasar dari model politis, yaitu:
- Organisasi dibentuk
oleh kelompok yang berbeda kepentingan, tujuan dan nilai.
- Informasi bermakna
ganda dan tidak lengkap.
- Manajer tidak memiliki
kapasitas waktu, sumber daya, atau mental untuk mengidentifikasi seluruh
dimensi masalah dan memproses selurh informasi yang relevan.
- Manajer terlibat dalam
debat “ saling dorong dan tarik” untuk memutuskan tujuan dan mendiskusikan
alternative.
Model pengambilan keputusandipengaruhi atau tergantung dari informasi
yang ada, yang pada adasarnya dapat digolongkan menjadi dua;
- Informasi sempurna
(perfect information)
- Informasi tidak
sempurna (imperfect information)
Model pengambilan keputusan diakitkan informasi yang dimiliki ada 3
(tiga) model pengambilan keputusan;
- Model pengambilan
keputusan dalam keadaankepastian (certainly), mengagambarkan bahwa setiap
rangkaian keputusan (kegiatan) hanya mempunyai satu hasil (pay off
tunggal)
- Model pengambilan
keputusan dalam kondisi beresiko (risk), menggambarkan bahwa setiap
rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan
masing-masing kemungkinan hasil probabilitasnya dapat diperhitungkan atau
dapat diketahui.
- Model pengambilan
keputusan dengan ketidakpastian (uncertainly), menggambarkan bahwa setipa
rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan
masing-masing kemungkinan hasil probabilitasnya tidak dapat
diketahui/ditentukan.
U.
METODE PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Metode pengambilan keputusan dengan system peluang:
1. Suit local . teknik penyelesaian masalah
antara dua belah pihak dengan cara mengadu tebakan jari dimana seeorang atau
salah satu pihak dapat menang, kalah, maupun seri. Jari jempol (gajah)
mengalahkan telunjuk (orang), telunjuk (orang) mengalahkan kelingking (semut),
dan kelingking (semut) mengalahkan jempol (gajah).
2. Suit jepang/Amerika. teknik penyelesaian masalah
dengan cara mengadu jari, dimana pada system ini jari dibentuk menyerupai
kertas, gunting, dan batu. Kertas mengalahkan batu, batu mengalahkan gunting,
dan gunting mengalahkan kertas.
3. Metode gambreng. metode yang mirip dengan
suit tetapi dapat dilakukan oleh tiga orang atau lebih. Gambreng hanya ada dua
pilihan, yaitu memilih memilih tebakan telapak tangan menghadpa ke bawah atau
ke atas. Pemenang bisa yang pihak yang lebih sedikit atau pihak yang lebh
banyak.
4. Metode lidi. metode penyelesaian masalah
yang menggunakan lidi dimana salah satu dari lidi-lidi tersebut berbeda
panjangnya atau warna pada bagian bawahnya daripada yang lain. Lidi dibagikan
kepada masing-masing pihak dngan bagian atas yang sama, tetapi dengan bagian
bawha yang berbeda. Pihak yang mendapat lidi berbeda itulah pemenangnya.
5. Cara kartu. Kartu yang biasa digunakan
adalah kartu remi dengan masing-masing pihak memilih kartu yang menghadap ke
belakang dan telah dikocok atau terkocok dengan baik. Orang yang mendapat kartu
yang tertiggi keluar sebagai pemenangnya.
6. Cara dadu 6 (enam) sisi. Mirip dengan teknik kartu,
teknik ini menggunakan dadu dimana yang menjadi pemenang adalah yang mendapat
angka dadu tertinggi. Setiap pihak melempar dadu secara bergiliran. Jika
terdapat nilai yang sama di antara kedua belah pihak atau lebih, dilakukan
tanding ulang.
7. Teknik voting. Voting adalah memilih
pemenang dari kandidat-kandidat yang ada oleh orang-orang yang memiliki hak
ikut serta dalam voting. Yang memilih hak suara voting memilih kandidat yang
dijagokan, dan hasilnya dihitung. Kandidat yang mendapat suara voting tertinggi
dialah yang layak menjadi pemenangnya.
8. Cara undian .Seperti yang kita tahu,
undian mirip engan aridan ibu-ibu dengan mengocok nama-nama kandidat dan nama
yang dikeluarkan setelah dikocok adalah pemenangnya.
EMPAT METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG DIANGGAP LAZIM DIPERGUNAKAN DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ORGANISASIONAL
- Metode rasional. Metode klasik ini
secara implisit mecakup model birokratik dari pengambilan keputusan.
Metode ini cukup banyak memperoleh kritik karena dianggap kurang
realistis, tetepi akhir-akhir ini mulai diakitkan dengan analisis
kebijakdanaan sehingga mulai menjadi penting.
- Metode tawar-menawar
inkremintal.
Metode ini dipandang paling
mendasar dalam aktivitas politik, yaitu negosiasi. Karakteristik
inkremintalisme adalah bahwa keputusan tentang suatu kebijakan terjadi
dalam bentuk langkah-langkah keila dan karenanya tidak terlalu jauh dari
status quo.
- Metode Agregatif
Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods)
mencakup antara lainteknik Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang
berkaitan. Seringkali metode ini memnafaatkan kolsultan dna tim-tim staf yang
bekerja keras dalam merumuskan kebijakdanaan-kebijakdanaan politik.
- Metode Keranjang Sampah
Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau nondecision-making
model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). model ini lebih tertarik
pada karakter yang ditampilkan dalam pengambilan keputusan pada isu yang
bermacam-macam dari peserta pengambil keputusan, dan masalah-masalah yang
timbul pada saat itu.
V.
TEORI-TEORI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
·
Aliran birokratik (bureaucratic school) : Teori ini memberi tekanan yang cukup besar
pada arus dan jalannya pekerjaan dalam struktur organisasi. Tugas dari eselon
bawah ialah melaporkan masalah, memberi informasi, menyiapkan fakta dan
keterangan-keterangan lain kepada atadannya. Dengan segala pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuannya, atadan tadi membuat keputusan setelah
mempelajari semua informasi tadi.
·
Aliran manajemen saintifik (scientific management school) :Teori ini menekankan pada
pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke dalam elemen-elemen logis,
yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara, manajemen sendiri memilik
kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan suatu masalah.
·
Aliran hubungan kemanusiaan (human relationship school): Teori ini menganggap bahwa
organisasi dapat berbuat lebih baik apabila lebih banyak perhatian diberikan
kepada manusai dalam organisasi itu, seperti yang menimbulkan kepuadan kerja,
peran serta dalam pengambilan keputusan, memberlakukan organisasi sebagai suatu
kelompok social yang mempunyai tujuan. Selain itu, kebutuhan dan keinginan
anggota selalu dipertimbangkan dalam membuat keputusan bertindak.
·
Aliran rasionalitas ekonomi (economic rationality school) : Teori ini mengakui bahwa
organisasi adalah suatu unit ekonomi yang mengkonversi masukan (input) menjadi
luaran (output), dan harus dilakukan dengan cara efisien. Menurut teori ini,
suatu langkah kebijakdanaan akan terus berlangsung sepanjang itu mempunyai
nilai yang lebih tinggi dari biayanya.
·
Aliran satisficing (satisficing school) : Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan
yang sempurna. Aliran ini yakin bahwa para manajer yang selalu dipenuhi
berbagai masalah mampu membuat keputusan yang cukup rasional. Para manajer
sesungguhnya bermaksud membuat keputusan yang rasional, tetapi karena
keterbatadan kognitif, ketidakpastian, dan keterbatadan waktu, memaksa mereka
mengambil keputusan dalam kondisi bounded rationality (rasionalitas terbatas).
·
Aliran analisis system : Alian ini percaya bahwa tiap
masalah berada dalam suatu system yang terdiri dari berbagai subsistem yang
keseluruhannya merupakan satu kesatuan seperti terlihat pada kata-kata dalam
kotak teka-teki, dimana setiap kata mempunyai ikatan dan satu terhadap yang
lain.
Cornell (1980) telah membahas secara khusus pengambilan keputusan itu
dari pendekatan analisis system. Analisis system adalah suatu siklus dari
sederetan aktivitas sebagai berikut:
- Merumuskan
sasaran-sasaran (masalah dan peluang);
- Merekayasa
system-system alternative untuk mencapai sasaran tersebut;
- Mengevaluasi
alternative-alternative dengan mempertimbangkan efektivitas dan biaya;
- Mempertanyakan semua
sasaran dengan asumsi-asumsinya;
- Membuka
alternative-alternative baru;
- Menetapkan
sasaran-sasaran baru;
- Mengulangi
langkah-langkah di atas sampai penyelasaian yang memuaskan tercapai.
W.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
- KEWENANGAN TANPA
DISKUSI
Biadanya metode ini sering dilakukan oleh para pemimpin ynag terkedan
militer. mempunyai beberapa keuntungan jika seorang pemimpin menggunakan metode
ini dalam pengambilan keputusan, yaitu cepat, maksudnya seorang pemimpin
mempunyai keputusan ketika berorganisasi tidak mempunyai waktu yang cukup
untuk menentukan atau memutuskan
kebijakan apa yagn harus diambil. Tetapi apabila metode ini sering dipakai oleh pemimpin akan memicu rasa
kekurangpercayaan para anggota organisasi tersebut terhadap kebijakan yang
telah diambil oleh pemimpin tanpa melibatkan para anggota yang lainnya dalam
perumudan pengambilan keputusan.
- PENDAPAT AHLI
Kemampuan setiap orang berbeda-beda, ada yang berkemampuan di bidang
politik, pangan, teknologi, dan lain-lain, dangt beruntung jika daalam sebuah
organisasi terdapat orang ahli yang kebetulan hal tersebut sedang dalam proses
untuk diambil keputusan, pendapat seorang ahli yang berkompeten dalam bidangnya
tersebut jugas dangat membantu untuk pengambilan keputusan dalam organisasi.
- KEWENANGAN SETELAH DISKUSI
Metode ini hamper sama dengan metode yang pertama, tapi perbedaannya
terletak pada lebih bijaknya pemimpiyang menggunakan metode ini dibandingkan
dengan metode yang pertama, maksudnya dang pemimpin selalu mempertimbangkan
pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan
keputusan. Terdapat kelemahan di dalam metode ini, yaitu setiap anggota akan
bersaing untuk mempengaruhi pemimpin bahwa pendapatnya yang lebih perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan yang ditakutkan pendapat anggota tersebut
hanya memberikan nilai positif untuk dirinya dan merugikan anggota organisasi
yang lain.
- KESEPAKATAN
Dalam metode ini, sebuah keputusan akan diambil atau disetujui jika
didalam proses pengambilan keputusan telah disepakati oleh semua anggota
orgainisasi, secara transparan atau tujuan, keuntungan bagi setiap anggota
sehingga semua naggota setuju dengan keputusan terssebut. Negara yang demkratis
biadanya akan menggunakan metode ini. Tetapi metode seperti ini tidak dapat
berguna di dalam keadaan situasi dan kondisi yang mendesak atau darurat di saat
sebuah organisasi dituntut cepat dalam memberikan sebuah keputusan.
Herbert A. Simon mengajukan model yang bermanfaat sebagai dasar dalam
proses pengambilan keputusan (Davis, 1974);
1) penelitian, yaitu
mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan.
2) Desain, mendaftar,
mengmbangkan, dan menganailisis arah tindakan yan mungkin.
3) Pemilihan, yaitu menetapkan
arah tindakan tertentu dari keseluruhan yang ada.
James l. Gibson, dkk. (1984) mengemukakan proses pengambilan keputusan
yang seluruhnya terdiri dari tujuh tahapan.Proses tersebut yaitu:
- Penetapan tujuan
spesifik serta pengukuran hasilnya.
- Identifikasi
permasalahan.
- Pengembangan alernatif.
- Evaluasi alternative
- Seleksi alternative
- Implementasi
alternative
- Evaluasi dan umpan
balik
X.
PENYELESAIAN MASALAH
DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam praktik dan keputusan yang
harus diambil, dapat digolongkan menjadi dua tipe permasalahan, yaitu:
1) Permasalahan yang bersifat
rutin dan repetitive. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, harus dibuat
semacam program atau system yang terdiri dari berbagai macam proses atau
prosedur penangananan yang spesifik.
2) Permasalahan yang datangnya
tidak menentu, yang bersifat incidental. Untuk menghadapi masalah demikian
hanay mampu menetukan tata cara penanganan permasalahan yang sangat umum dan
menunjuk manajemen yang memiliki otoritas apabila muncul.
MENURUT HIERARKI
PERMASALAHAN DAPAT DIBEDAKAN SEBAGAI BERIKUT:
- Permasalahan yang
bersifat sederhana
Permasalahan yang bersifat sederhana biasanya tidak banyak memerlukan
data atau informasi, tidak digunakan penilai yang berintelektual tinggi, serta
tidak memerlukan sitem kearsipan yang sulit. Untuk mengatasi permasalahan yang
sederhana cukup dipakai teknik pengambilan keputusan yang tradiskmal. Artinya,
kepada para bawahan cukup diberitahu atau pelatihan secara sederhana mengenai
hal-hal yang harus dilakukan, dan selanjutnya segala sesuatu berjalan
sebagaimana mestinya.
- Permasalahan yang
bersifat sedang
Permasalahan yang bersifat sedang, yaitu permasalahan yang memerlukan
data atau informasi yang agak banyak dan diperlukan manajemen professional
dalam penanganannya. Untuk menghadapai permasalahan yang sedang, digunakan
teknik pengambilan keputusan yang konvensional berikut ini:
a) Penciptaan yang rutin
ketatausahaan dengan menggunakan formulir standar untuk catatan dan disposisi
oleh manajemen yang bersangkutan.
b) Penciptaan dari prosedur
operasi standar, yakni seperangkat prosedur penanganan permasalahan secara
bertahap dan dibakukan syaratnya, kriterianya, nonnanya, dan cara
penggarapannya.
c) Penciptaan struktur
organisasi yang khas dan disesuaikan dengan struktur permasalahan yang telah
dibakukan, dengan system penentuan subtujuan yang harus direalisasikan, dan
penciptaan saluran informasi yang jelas.
- Permasalahan yang
besifat sangat kompleks
Permasalahan yang bersifat sangat kompleks memiliki elemen, volume data
atau informasi yang harus diolah sangat besar, dan memerlukan analisis
permasalahan yang cukup rumit. Permasalahan yang sangat kompleks hanya dapat
dihadapai dengan menggunakan teknik pengambilan keputusan secara otomatis,
berdasarkan computer, analisis otomatis, pemprosesan data elektronik, dan
sejenisnya. Untuk menelaah cara pengambilan keputusan, terlebih dahulu harus
dipahami mengenai metode, teknik, prosedur, dan system.
Ø Metode adalah suatu cara
tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu dengan memberikan pertimbangan yang
cukup kepada tujuan, fasilitas yang tersedia, dan jumlah penggunaan waktu,
uang, dan aktivitas.
Ø Teknik adalah cara menangani
detail-detail teknis dari sesuatu atau cara menganggap dan menggunakan data
teknis dari suatu barang atau pekerjaan
Ø Prosedur adalah serangkaian
tugas yan saling berhubungan yang merupakan urutan kronologis dan cara tertentu
untuk malakukan pekerjaan yang harus diseleesaikan.
Ø Sisem merupakan suatu
rangkaian yang blat dan utuh dari prosedur yang saling berhubungan. Secara umum
adalah suatu gugus komponen yang dirancang untuk menyelesaikan suatu tujuan
tertentu sesuai dengan rencana.
•
Cara pengambilan keputusan secara perorangan, kelompok, panitia, dewan,
komisi, referendum, dan sejenisnya merupakan metode pengambilan keputusan.
•
Cara pengambilan keputusan dengan cara mengolah data, penelitian
tertentu, dan sejenisnya merupakan teknik pengambilan keputusan.
•
Cara pengambilan keputusan di dalam dan oleh sutau dewan merupakan sistem
pengambilan keputusan.
Untuk menggunakan teknik pengambilan keputusan tertentu diperlukan
kemampuan dan kecakapan yang memadai. Dalam setiap pengambilan keputusan selalu
diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya atas factor-factor:
- Intuisi dan perasaan;
- Pengumpulan,
pengolahan, penilaian, dan interprtasi fakta secara rational sistematis;
- Pengalaman;
- Kewibawaan;
- Otoritas.
Metode atau cara pengambilan keputusan organisasi sederhana dapat
diaplikasikan terhadap karakteristik keputusan sebagai berikut:
- Keputusan yang bersifat
sederhana atau rutin dapat diambila secara individual.
- Keputusan yang
dibakukan dapat diserahkan kepada suatu unit pengolah elektronik atau
kepada seseorang yang professional.
- Keputusan yang bersifat
rumit atau kompleks, maksudnya tanggung jawab social sebaiknya diambil
berkelompok untuk mempermudah analisis permasalahan dan memperingan
resiko.
- Keputusan yang bersifat
rumit dan kompleks oleh karena permasalahan yang mengandung beberapa
alternative yang tidak terjangkau dengan otak biasa maka sebaiknya diambil
seorang ahli dan professional.
Y.
PENDEKATAN TERHADAP
PROBLEM SOLVING
Menurut Bridges, et al. (1971), pendekatan terhadap problem
solving (penyesaian masalah) haruslah merupakan pendekatan saintifik karena
sains mempunyai fungsi teoritik yang penting, yaitu membentuk aturan-aturan
yang bersifat umum. Pendekatan saintifik itu, secara ideal, memuat beberapa
pedoman penting, antara lain:
- Prosedur saintifik
harus diketahui umum;
- Definisi dan rumusan
masalah harus tepat dan persis;
- Kolesi data harus
objektif;
- Temuan harus dapat
dipakai berulang kali;
- Pendekatan harus
sistematik dan kumulatif
- Hasil kesemuanya berupa
“explanation, understanding, dan prediction”.
SEMBILAN LANGKAH
YANG PERLU DIIKUTI UNTUK DAPAT MENYELESAIKAN SUATU MASALAH (BRIDGEST, ET AL.):
- Merumuskan sasaran dan
tujuan organisasi,
- Mengidentifikasi dan
merumuskan masalah,
- Merumuskan hipotesis,
- Mengumpulkan,
mengevaluasi informasi,
- Mengidentifikasi dan
memperjelas asumsi-asumsi,
- Merumuskan alternative
penyelesaian yang memungkinkan,
- Memilih dan
mengimplementasikan penyelesaian yang optimal,
- Meninjau dan
mengevaluasi penyelesaian yang telah diimplementasikan,
- Penyesuaian jika
diperlukan.
FASE-FASE DALAM PENYELESAIAN MASALAH BAIK SECARA
EKSPLISIT MAUPUN IMPLISIT HARUS TAMPAK DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN, SEPERTI BERIKUT:
- Menetapkan masalah yang harus diselesaikan,
- Memilih masalah mendesak yang harus diselesaikan,
- Menyelesaikan masalah yang telah diseleksi,
- Implementasikan solusi,
- Modifikasi penyelesaian awal berdasarkan
observasi atas hasil yang diperoleh,
- Menyusun kebijaksanaan.
Salah satu model penyelesaian masalah yang cukup menarik, menurut penulis
adalah model Osborn-Parnes, lazim disebut Osborn-Parnes Creative Solving (Van
Gundy, 1987) atau disngkat “model CPS”. Model ini diciptakan pertama kali oleh
Alex F. Born tahun 1953, kemudian disempurnakan oleh Sidney J. Parnes tahun
1967 dengan menggabungkan pemikiran analitik dan intuitif dalam usaha
menyelesaikan suatu masalah.
1) Objective-finding
Tahap awal ini adalah tahap mencari dan menemukan sasaran. Tahap ini
dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang situasi sehingga bisa
menampilkan beberapa bidang sasaran. Bidang sasaran itu adalah yang dapat
memprediksi hasil yang bisa diperoleh nantinya, sekaligus memprediksi
rintangan-rintangan yang mungkin akan dihadapi dalam menyelesaikan masalah itu.
2) Fact-finding
Langkah ini merupakan langkah mencari dan menemukan fakta, dimaksudkan
untuk meningkatkan pemahaman tentang bidang sasaran. Kumpulkan data yang
relevan dengan dengan situasi masalah itu, lalu pilih data yang paling penting.
Kemudian, tampilkan definisi masalah yang masih tentative. Inti pertanyaan yang
perlu dijawab ialah, 6-A, yaitu Apa,siapA, dimAna, kApan, mengapA, dan
bagaimanA (5W+1H, yaitu what, who, where, when, why, dan how)
3) Problem-finding
Dengan bantuan langkah pertama dan kedua maka tahap mencari dan menemukan
masalah akan membantu melokalisasi masalah yang sebenarnya. Tahap ini akan
menampilkan masalah yang terpenting pada suatu saat tertentu. Dengan begitu,
perumusan masalah dapat dibuat. Pertanyaan kunci yang perlu dijawab adalah dengan
cara bagaimana?
4) Idea finding
Metode ini mencari dan menemukan ide menggunakan teknik brainstorming (sumbang
saran) atau brainwriting (sumbangan ide tertulis), sumbang saran
menggunakan pendekatan tersruktur dan tidak terstruktur. Pendekatan tidak
terstruktur apabila ide yang ditampilkan tidak mengikuti aturan sumbang saran
yang disebut “brainstorming yang formal”. Inti dari teknik ini adalah
masing-masing pihak dalam kelompok menyampaikan idenya secara lisan tanpa
diselingi komentar dari pihak lain.
Sementara dalam teknik brainwriting masing-masing pihak
menyampaikan idenya secara tertulis. Ide itu dapat bersifat individu, disebut
nominal brainwriting.dalam hal ide muncul dari kelompok yang lebih kecil
(beberapa orang), teknik ini disebut interacting brainwriting.
5) Solution-finding
Tahap ini adalah tahap mencari dan menemukan penyelesaian, menampilkan
semua kriteria yang dapat dipikirkan, kemudian memilih yang terbaik di
antaranya. Kriteria yang terpilih itu digunakan sebagai standar dalam memilih
ide terbaik. Ide terbaik itu dipakai untuk melakukan penyelesaian terbaik pula.
6) Acceptance-finding
Sebelum penyelesaian tadi dapat diimplementasikan, perlu dipikirkan
rintangan yang mungkin timbul. Dilihat mana rintangan itu yang berarti, yang
paling sulit, kemudian pusatkan perhatian pada rintangan tersebut. Barulah
masuk ke dalam langkah terakhir, tingkat atau tahap pimpinan dapat enerima
penyelesaian itu.
Z.
PENTINGNYA PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIK
Keputusan sratejik
berarti pilihan stratejik. Pilihan dari beberapa alternative stratejik. Pilihan itu merupakan pilihan strategi (Ansoff, 1970). Strategi itu berkaitan erat dengan ligkungan
eksternal.
v Maksud dari keputusan stratejik ialah merumuskan
hubungan antara organisasi dan lingkungannya (Shirley, 1978).
v Baker (1980): “keputusan
stratejik biasanya mencakup persoalan-persoalan yang bersangkut paut dengan
udaha menciptakan, menghasilkan, dan mengalokasikan sumber daya”.
v Definisi ini dikritik oleh
Minzberg (1976) karena katanya, “meskipun dengan definisi seperti itu keputusan
stratejik sudah merupakan keputusan yang penting, masih disayangkan karena
banyak peneliti dalam proses administrasi lebih cenderung memusatkan
perhatiannya pada tipe keputusan yang lebih penting itu.
v Manajemen stratejik adalah
perencanaan berskala besar ( disebut Perencanaan Stratejik) yang berorientasi
pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut VISI), dan ditetapkan sebagai
keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil),
agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut MISI), dalam
usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional) yang berkualitas, dengan
diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Perencanaan Stratejik)
dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi.
v Manajemen Stratejik
merupakan suatu system yang sebagai satu
kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama pula.
v Komponen pertama adalah
Perencanaan Stratejik dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi,
Tujuan Stratejik Organisasi. Komponen kedua adalah
Perencanaan Operasional dengan unsur-unsurnya adalah Sasaran atau Tujuan
Operasional, pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen berupa fungsi
pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penggarapan, kebijaksanaan
situasional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi control dan evaluasi
serta umpan balik.
- WEWENANG ESELON ATAS
Dilihat dari sisi lain, yaitu dari sisi pengambil keputusan dan
kepentingannya, Hambrick (1977) merumuskan keputusan stratejik sebagai biasanya
berada dalam wilayah kewenangan manajmwn puncak, terutama karena sangat penting
bagi organisasi, apakah itu mengenai dampaknya atau mengenai implikasi jangka
panjangnya.
- DAYA NALAR TINGGI
Keputusan stratejik memang memerlukan daya nalar yang tinggi karena harus
melihat jauh ke depan seperti menentukan sasaran yang ingin dicapai di waktu
yang akan datang, mengubah atau menyempurnakan sasarn itu, mencari dan
menemukan kemungkinan-kemungkinan aru yang selalu harus dibarengi dengan
keberanian; apalagi harus disadari bahwa kebanyakan informasi yang dibutuhkan
itu asalnya daari lingkungan ekstern (Morgan dan Cerullo, 1984).
- FREKUENSI KEPUTUSAN
STRATEJIK
Di samping tujuan, sasaran, dan ruang lingkup yang harus diperhitungkan
dalam pembuatan keputusan stratejik, perlu pula dipertimbangkan unsur keuangan,
frekuensi pembuatannya, serta jangka waktu.
Tugas berat dari para pembuat keputusan di sini seperti diungkapkan oleh
Shirley (1978) dan ME Nichols ialah mereka harus secara konstan dan
terus-menerus berusaha menyesuaikan serta menyeimbangkan keadaan internal
organisasi, antara lain berupa kualitas sumber daya, dengan persepsi mereka
mengenai lingkungan dimana mereka beroperasi.
AA. ARAKTERISTIK
MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIK
- Manajemen stratejik
diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti mencakup
seluruh komponen di lingkungan ssebuah organisasi yang dituangkan dalam
bentuk Rencana Stratejik (RENSTRA) yang dijabarkan menjadi Perencanaan
Operasional (RENOP), yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk
program-program kerja.
- RENSTRA berorientasi
pada jangkauan masa depan (25-30 tahun). Sedangkan RENOP-nya ditetapkan
untuk setiap tahun atau setiap lima tahun.
- VISI, MISI, pemilihan
stratejik yang menghasilkan Strategi Utama (Induk) dan Tujuan Strategik
Organisasi untuk jangka panjang, merupakan acuan dalam merumuskan RENSTRA,
namun dalam teknik penempatannya sebagai Keputusan Manajemen Puncak secara
tertulis semua acuan tersebut terdapat di dalamnya.
- RENSTRA dijabarkan menjadi RENOP yang antara lain berisi
program-program operasional.
- Penetapan RENSTRA dan
RENOP harus melibatkan Manajemen Puncak (Pimpinan) Karena sifatnya sangat
mendasar dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi.
- Pengimplementasian
strategi dalam program-program untuk encapai sasarannya masing-masing
dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen yang mencakup pengorganisasian,
pelaksanaan, penganggaran, dan control.
DIMENSI KEPUTUSAN STRATEJIK
- Dimensi Waktu dan
Orientasi Masa Depan.
- Dimensi Internal dan
Eksternal
- Dimensi Pendayagunaan
Sumber-sumber
- Dimensi Keikutsertaan
Manajemen Puncak (Pimpinan)
- Dimensi Multi Bidang
KEPUTUSAN DAPAT
DIEVALUASI DENGAN MENGGUNAKAN TOLOK UKUR SEBAGAI BERIKUT:
- Profitabilitas
- Produktivitas tinggi
- Posisi kompetitif
- Keunggulan teknologi
- Keunggulan SDM
- Iklim kerja
- Etika dan tanggung
jawab social
- DOMAIN KEPUTUSAN STRATEJIK
Uraian terdahulu telah membahas berbagai dimensi mengenai keputusan
stratejik. Pertanyaannya adalah apakah sesungguhnya yang menjadi domain
keputusan stratejik? Dalam sector apa keputusan stratejik biasa dibuat? Apakah
untuk semua sector kehidupan organisasi? Pertanyaan ini dicoba dijawab oleh
Shirley (1980) dengan mengatakan keputusan itu harus pertama-tama berkaitan
dengan hakikat mendasar dari suatu organisasi. Dari sana menyusul lahir
keputusan-keputusan stratejik yang lain, dan ini berlaku, baik untuk organisasi
public, bisnis, maupun nonprofit.
- TIPE-TIPE PROSES PENAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIK
Identifikasi masalah
Pengumpulan dan penganalisis data
Pembuatan alternative-alternative kebijakan
- Perkiraan dalam arti
proyeksi
- Perkiraan dalam arti
prediksi
- Perkiraan dalam arti
konjeksi
- Pemilihan salah satu
alternative terbaik
- Pelaksanaan keputusan
- Pemantauan dan
pengevaluasian hasil pelaksanaan
END