August 19, 2014

Peradaban Bani Abasiyah

PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang
Nabi Muhammad setelah resmi diangkat menjadi Rosululloh, penyebaran agama islam di jazirah arab dengan cara sembunyi-sembunyi, setelah pengikut agama islam telah banyak dari keluarga terdekat Nabi dan sahabat, maka turun perintah Allah untuk menyebarkan islam secara terang-terangan. Namun dalam penyebarannya tidak berjalan mulus, Rosululloh dalam menyebarkan islam mendapatkan tantangan dari suku quraisy. Islam disebar dan dipertahankan dengan harta dan jiwa oleh para penganutnya yang setia membela islam meski harus dengan pertumpahan darah dalam peperangan, sehingga islam dapat berkembang dalam waktu yang relatif singkat.
Sepeninggal rosululloh, kepemimpinan islam dipeganng oleh khulafa’ al-rasyidin. Pada masa ini islam mengalami kemajuan yang sangat pesat, bahkan telah meluas ke seluruh wilayah arab. Meskipun islam telah berkembang pada masa ini, namun juga banyak mendapat tantangan dari luar dan dalam islam sendiri.
Setelah berakhirnya masa khulafa’ al-rosyidin dan digantikan oleh pemerintahan dinasti Umayyah dibawah pimpinan Muawiyyah bin Abi Sofyan. Pada masa Dinasti Umayyah islam semakin berkembang dalam segala aspek hingga perluasan daerah kekuasaan.
Setelah pemerintahan Dinasti Umayyah berakhir, maka pemerintahan islam digantikan oleh pemerintahan Dinasti Abasiyyah. Dinasti Abasiyyah merupakan dinasti kedua dalam sejarah pemerintaha umat islam. Abasiyyah dinisbatkan kepada al-Abbas paman Nabi Muhammad. Dinasti ini berdiri sebagai bentuk dukungan terhadap pandangan yang diserukan oleh Bani Hasyim setelah wafat Rosululloh yaitu menyandarkan khilafah kepada keluarga dan kerabat rosululloh.
Kekuasaan daulah Abbasiyah berlangsung dalam waktu yang cukup panjang sejak tahun 132 H -656 H /750 M-1258 M. dalam pemerintahan daulah Abbasiyah ada tiga dinasti yang pernah memegang kekuasaan (tampuk pemerintahan) yaitu dinasti bani Abbas, bani Buwaihi, dan bani Saljuk, dengan khalifah sebanyak 37 orang.[1]

    B.     Rumusan Masalah
I.   Bagaimana sejarah berdirinya Daulah Bani Abasiyyah?
II. Bagaimana sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Bani Abbasiyah?
III. Siapa sajakah khalifah Bani Abbasiyah?
IV. Apakah sebab-sebab kemunduran Bani Abbasiyah?
V.  Apakah sebab-sebab kehancuran Bani Abbasiyah?
VI. Apakah pelajaran terpenting dalam kajian ini bagi pengembangan peradaban islam masa kini dan masa depan?


PEMBAHASAN

I.                   Sejarah berdirinya Dinasti Abasiyyah
Pemerintahan Dinasti Abasiyyah dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman rosululloh, sementara khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abdul Abbas Ash-Shafah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama lima abad dari tahun 132-656 H (750 M-1258 M). berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim (Alawiyun)  setelah meninggalnya Rosululloh dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rosululloh dan anak-anaknya.
Sebelum berdirinyaa Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara yang satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memerankan perannya untuk menegakkan kekuasaan skeluarga besar paman Rosululloh,  Abbas bin Abdul Mutholib. Dari nama Al-Abbas paman Rosululloh inilah nama ini disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurasah. Humaimah merupakan tempat yang tentram, bermukimlah di kota itu keluarga Bani Hasyim, baik dari keluarga pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Kufah merupakan wilayah yang penduduknya menganut aliran Syi’ah, pendukung Ali bin Abi Tholib, yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani Umayah. Khurasan memiliki warga yang pemberani, kuat fisik, teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung terhadap kepercayaan yang menyimpang, disanalah diharapkan dakwah kaum Abbasiyah mendapat dukungan.
Dikota  Humaimah bermukimlah keluaraga Abbasiyah, salah seorang pemimpinnya bernama Al-Iman Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi perjuangan menegakkan  kekuasaan atas nama keluarga Rosululloh. Para penerang dakwah Dinasti Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para pemimpinnya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim Pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh Khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya dieksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abdull Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan memerintahkan untuk pindah ke Kufah. Sedangkan ppemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah. Segeralah Abdul Abbas pindah dari Humaimah ke Kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan Abdulloh bin Ali.
Penguasa Umayyah di kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukan pada tahun 132 H. abdulloh bin Ali, salah seorang ppaman Abdul Abbas diperintahkan untuk mengejar Khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat dipukul di dataran rendah sungai Zab. Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyebrangi sungai Eufrat sampai ke Damaskus. Khalifah itu melarikan diri hingga Fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750M dibawah pimpinan Solih bin Ali, seorang paman Al-Abbas yang lain. Dengan demikian tumbanglah kekuasaan Dinasti Umayyah, dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh Khalifah pertamanya, yaitu Abdul Abbas Ash-Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di kufah.[2]
II.                System pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah
Pemerintahan kekhalifahan bani abbas  bertumpu pada banyak system yang pernah dipraktekanoleh bangsa-bangsa yang sebelumnya baik yang muslim maupun non-muslim. Dasar-dasar pemerintahan abbasiyah diletakkan oleh khalifah kedua, Abu Ja’far al-Mansur yang dikenal sebagai pembangun khalifah tersebut. Sedangkan sebagai pendiri Abbasiyah ialah Abdul Abbas as-Saffah. Dukungan dan sumbangan bangsa Persia kentara sekali ketika Abbasiyah berdiri dengan munculnya Abu Muslim al-Khurrasani, dan memang wilayah operasional wangsa ini berada di bekas reruntuhan kerajaan Persia. Kebangkitan orang-orang Persia itu antara lain juga karna bosannya mereka terhadap kebijaksanaan pemerintahan umayah yang diskriminatif terhadap bangsa non-arab yang menjadikan mereka warga Negara kelas dua yang disebut dengan kaum mawalli. Maka tidak mengherankan bila kekhalifahan Abbasiyah mengambil nilai-nilai Persia dalam system pemerintahannya.
Bangsa Persia mempercai adanya hak agung raja-raja yang didapat dari Tuhan, oleh karena itu para khalifah abbasiyah memperoleh kekuasaan untuk mengatur Negara langsung dari Allah bukan dari rakyat, yang berbeda dari system kekhalifahan yang diterapkan oleh khulafaurrsyidin yang dipilih oleh rakyat. Kekuasaan mereka yang tertinggi diletakkan pada ulama, sehingga pemerintahannya merupakan system teokrasi. Khalifah bukan saja berkuasa dibidang pemerintahan duniawi tetepi mereka juga berhak memimpin agama yang mendasarkan pemerintahannya pada agama. Abbasiyah memprotes umayyah yang mementingkan kemegahan duniawi. Dinasti baru tersebut juga ingin mempertahankan bidang keagamaan, dan menggunakan symbol-simbol yang dianggap suci bagi mereka dengan menyertakan mantel dan tongkat nabi ketika dilaksanakan pelantikkan khalifah dan upacara-upacara keagamaan. Khalifah abbasiyah juga memakai gelar imam untuk menunjukkan aspek keagamaannya. Gelar itu telah lama dipakai oleh kelompok syi’ah.
            Namun, dalam hal pengangkatan putra mahkota, abbasiyah meniru system yang dilaksanakan oleh umayyah, yakni menetapkan dua orang putra mahkota sebagai pengganti pendahulunya yang berakibat fatal karena dapat menimbulkan pertikaian antar putra mahkota.[3]
III.             Khalifah bani abbasiyah
Sebelum Abu al-Abbas meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa bakal penggantinya, yakni saudaranya, Abu Ja’far, kemudian Isa ibn Musa keponakannya. System pengumuman putra mahkota itu meniru cara ummayah, bukan mencontoh khulafaurrasyidin yang mendasarkan pemilihan khalifah pada musyawarah dari masyarakat. Para khalifah Bani Abbasiyah ada 37 orang,
1.      Abdul abbas as-saffah                                          132-136/749-754
2.      Abu ja’far al-mansur                                             136-158/754-775
3.      Abu abdulloh Muhammad al-mahdi                     158-169/775-785
4.      Abu Muhammad musa al-hadi                              169-170/785-786
5.      Abu ja’far harun ar-rasyid                                     170-193/786-809
6.      Abu musa Muhammad al-amin                             193-198/809-813
7.      Abu ja’far Abdullah al-makmun                           198-201/813-833
(Ibrahim ibn al-mahdi di bagdad)                         201-218/817-819
8.      Abu ishaq Muhammad al-mu’tasim                      218-227/833-842
9.      Abu ja’far harun al-wasiq                                     227-232/842-847
10.  Abul fadl ja’far al-mutawakkil                             232-247/847-861
11.  Abu ja’far Muhammad al-muntasir                       247-248/861-862
12.  Abul abbbas ahmad al-musta’in                            248-252/862-866
13.  Abu Abdullah Muhammad al-mu’tazz                 252-255/866-869
14.  Abu ishaq Muhammad al-muhtadi                       255-256/869-870
15.  Abul abbas ahmad al-mu’tamid                            256-279/870-892
16.  Abul abbas ahmad al-mu’tadid                             279-289/892-902
17.  Abu Muhammad ali al-muktafi                             289-295/902-905
18.  Abu fadl ja’far al-muqtadir                                   295-320/905-932
19.  Abu Mansur Muhammad al-qahir                         320-322/932-934
20.  Abul abbas ahmad ar-radi                                     322-329/934-940
21.  Abu ishaq Ibrahim al-muttaqi                               329-323/940-944
22.  Abul qasim Abdullah al-mustaqfi                         323-334/944-946
23.  Abul qasim al-fadl al-muti’                                   334-362/946-974
24.  Abul fadl abdul karim at-ta’I                                362-381/974-991
25.  Abul abbas ahmad al-qadir                                   381-422/991-1031
26.  Abu ja’far Abdullah al-qa’im                                422-467/1031-1075
27.  Abul qasim Abdullah al-muqtadi                          467-487/1075-1094
28.  Abul abbasahmad al-mustazhir                             487-512/1094-1136
29.  Abu Mansur al-fadl al-mustarsyid                        512-529/1118-1136
30.  Abu ja’far al-mansur ar-rasyid                              529-530/1135-1136
31.  Abu Abdullah Muhammad al-muqtafi                 530-555/1136-1160
32.  Abul muzaffar al-mustanjid                                  555-566/1160-1170
33.  Abu Muhammad al-hasan al-must-adi’                 566-575/1170-1180
34.  Abu al-abbas ahmad an-nasir                                575-622/1180-1225
35.  Abu nasr muhammmad az-zahir                           622-623/1225-1226
36.  Abu ja’far al-mansur al-mustansir             623-640/1226-1242
37.  Abu ahmad Abdullah al-musta’sim                      640-656/1242-1258[4]
 As-Saffah
As-Saffah adalah khalifah pertama bani abbasiyah, as-Saffah memerintah selama 4 tahun Sembilan bulan. Dan wafat pada tahun 136 H di Anbar (kota yang telah dijadikan sebagai tempat kedudukan pemerintahannya).
Al-mansur
Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Dimasa pemerintahannya Baghdad dibangun menjadi ibukota dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan dan kebudayaan. Hingga bagdad dianggap sebagai kota terpenting didunia pada saat itu karna kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian.
Al-mahdi
Dia menjadi khalifah selama 10 tahun. Semasa ia memimpin situasi pemerintahannya sudah stabil. Maka dimasa ini terjadi masa peralihan dari masa pemberontakan ke masa perdamaian. Aktivitasnya membangun dan politik yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Dalam negri
-membangun tempat air sepanjang jalan kota mekkah
-memperbaiki dan memperluas masjid AL-HARAM
-melancarkan jawatan pos antara makkah, madinah dan yaman
Luar negri
Memperluas daerahnya, al- mahdi menyerang india sehingga agama islam dapat dikembangkan di india. Dia juga memperluas daerah kekuasaanya ke Andalusia dan Rumaniaa.
Musa an-nadi
Dia menjabat sebagai khalifah selama satu tahun. Namun beliau bisa sukses dalam masa yang sesingkat itu. Aktivitasnya selama menjadi khalifah, ia berusaha menumpas kaum syiah dan khawarij. Karna mereka selalu memberontak. Dan belia wafat pada tahun170 H.
Harun ar-Rasyid
Dalam masa kepemimpinannya beliau membawa nama baik bagi daulah abbasiyah. Beliau bijaksana dalam memimpin, taat agama, dermawan, dan sangat menghargai para ulama.
Aktivitas politik selama dia memimpin adalah sebagai berikut.
Dalam negri
·         Melancarkan transportasi daerah yang satu dengan yang lain serta memperbaiki jawatan pos
·         Mengatur organisasi pemerintahan
·         Mendirikan bendaharawan Negara untuk mengatur  keuangan agar tidak ada korupsi
·         Mengatur angkatan bersenjata
·         Memperindah kota
·         Mendirikan rumah sakit, rumah yatim piatu, sekolah dan perpustakaan umum.
luar negri
·         Mengadakan pertukaran duta dengan kerajaan lain
·         Mengabulkan permintaan raja karel agar umat Kristen yang pergi ziarah dijamin keslamatannya
·         Menumpas pemberontakan
·         Membangun istana dan masjid.
Muhammad al-Amin
Beliau dalah putra mahkota khalifah ar-Rasyid. Ia mengangkat al-Amin menjadi khalifah karna al-amin adalah putra yang pertama. Aktivitasnya dalam pemerintahan adalah mempertahankan kedudukannya, menumpas pemberontakan, dan menstabilkan krisis politik dalam negri.[5]
System politik
Ada beberapa system politik yang dijalankan oleh bani abbasiyah, yaitu
a.       Para khalifah tetap dari keturunan arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil dari kaum mawalli.
b.      Kota Baghdad dijadikan sebagai ibu kota Negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja.
c.       Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatuyang mulia yang penting dan sesuatu yang harus dikembangkan
d.      Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.
System sosial
System sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (bani Umayyah). Akan tetapi pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu:
   Ã˜  Tampilnya kelompok mawalli dalam pemerintahan serta mendapatkan ttempat yang sama dalam kedudukan sosial
   Ã˜  Kerajaan islam daulah abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa yang berbeda-beda(bangsa mesir, syam, jazirahh arab,dll)
     Ã˜  Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran
     Ã˜  Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru.

IV.             Kemunduran dinasti abbasiyah
Factor-faktor yang menyebabkan dinasti abbasiyah mengalami kemunduran ada dua, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal
a.       Faktor internal
·         Kemewahan hidup di kalangan penguasa
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Setia khalifah cenderung ingin lebih mewah daripada pendahulunya. Kondisi ini member peluang kepada tentara professional asal Turki untuk mengambil alih kendali pemerintahan.
·         Perebutan kekuasaan antara keluarga bani Abbasiyah
Perebutan kekuasaan dimulai sejak masa Al-Ma’mun dengan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya unsure Turki dan Parsi. Setelah Al- Mutawakkil wafat, pergantian khalifah terjadi secara tidak wajar. Dari keduabelas khalifah pada periode kedua dinasti Abbasiyah,hanya empat orang khalifah yang wafat dengan wajar. Selebihnya, para khalifah itu wafat karna dibunuh atau diracun dan ditunkan secara paksa.
·         Konflik keagamaan
Sejak terjadinya konflik antara Muawiyah dan khalifah Ali yang berakhir dengan lahirnya tiga kelompok umat: pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan Khawarij. Ketiga kelompok ini senantiasa berebut pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh pada masa kekhalifahan Muawiyah maupun masa kekhalifahan Abbasiyah dalah kelompok sunni dan kelompo syi’ah. Walaupun pada masa-masa tertentu antara  kolompok sunni dan syi’ah saling mendukung, misalnya pada masa pemerintahan Buwaihi, antara kedua kelompok tak pernah ada satu kesepakatan.
b.      Faktor eksternal
·         Banyaknya pemberontakan
Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah, akibat kebijakan yang lebih menekankanpada pembinaan peradaban dan kebudayaan islam secara real, daerah-daerah itu berada dibawah kekuasaan gubernur-gubernur yang bersangkutan. Akibatnya, provinsi-provinsi tersebut banyak yang melepaskan diri dari genggaman penguasa bani Abbas. Adapun cara-cara provinsi tersebut melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad adalah: pertama, seorang pemimpin local memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti Daulah Umayyahdi Spanyol dan Idrisiyah di Maroko. Kedua, seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat, kemudian melepaskan diri, seperti daulat Aglabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di Kurasan.
·         Dominasi bangsa turki
Sejak abad kesembilan, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah memperkerjakan orang-orang professional dibidang kemiliteran, khususnya tentara Turki, kemudian mengangkatnya sebagai panglima-panglima. Pengangkatan anggota militer inilah, dalam perkembangan selanjutnya, yang mengancam kekuasaan khalifah. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Walaupun khalifah dipegang oleh bani Abbas, ditangan mereka. Khalifah bagaikan boneka yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, merekalah yang memimpin dan menjatuhkan khalifah yang sesuai dengan politik mereka.
Khalifah dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada masa kekuasaan bangsa Turki 1, mulai khalifah ke 10, khalifah al- Mutawakkil (tahun232 H) hingga khalifah ke 22, khalifah al- Mustaqfi Billah (Abdullah Suni-Qasim tahun 334 H). pada masa kekuasaan bangsa Turki 11(Bani Saljuk), mulai dari khalifah ke 27, khalifah Muqtadie bin Muhammad (tahun 467 H). hingga khalifah ke 37, khalifah Musta’shim bin Mustanshir (tahun 656 H)
·         Dominasi bangsa Persia
Masa kekuasaan bangsa Parsi(banu buyah)berjalan lebih dari 150 tahun. Pada masa ini, kekuasaan pusat di Baghdad dilucuti dan di berbagai daerah muncul Negara-negara baru yang berkuasa dan membuat kemajuan dan perkembangan baru.
Pada awal pemerintahan Abbasiyah, keturunan Parsi bekerjasam dalam mengelola pemerintahan dan dinasti abbasiyah mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Pada periode kedua, saat kekhalifahan  bani Abbasiyah sedang mengadakan pergantian khalifah, yaitu dari khalifah Muttaqi (khalifah ke 22) kepada khalifah Muthie (khalifah ke 23) tahun 334 H. banu Buyah (Parsi) berhasil merebut kekuasaan.
Pada mulanya mereka berkhidmat kepada pembesar-pembesar dari para khalifah, sehingga banyak dari mereka yang menjadi panglima tentara, diantaranya menjadi panglima besar. Setelah mereka memiliki kedudukan yang kuat, para khalifah Abbasiyah berada dibawah telunjuk mereka dan seluruh pemerintahan berada ditangan mereka.  Khalifah Abbasiyah hanya tinggal namnya saja, hanya disebut dalam do’a-do’a diatas mimbar, bertanda tangan di dalam peraturan dan pengumuman resmi dan nama mereka ditulis atas mata uang, dinar, dan dirham.[6]
V.                Sebab-sebab kehancuran Dinasti Abbasiyah
1.      Faktor intern
a.       Lemahnya semangat patriotisme Negara, menyebabkan jiwa jihad yang diajarkan islam tidak berdaya lagi menahan segala amukan yang datang, baik dari dalam maupun dari luar.
b.      Hilangnya sifat amanah dalam segala perjanjian yang dibuat, sehingga kerusakan moral dan kerendahan budi menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung Negara selama ini.
c.       Tidak percaya dengan kekuatan sendiri.
d.      Fanatic madzhab persaingan dan perebutan yang tiada henti antara Abbasiyah dan Alawiyah menyebabkan kekuatan umat islam menjadi lemah, bahkan hancur berkeping-keping.
e.       Kemerosotan ekonomi terjadi karna banyaknya biaya yang digunakan untuk anggaran tentara, banyaknya pemberontakan dan kebiasaan para penguasa untuk berfoya-foya, kehidupan para khalifah dan keluarganya serta pejabat-pejabat Negara yang hidup mewah, jenis pengeluaran yang makin beragam,serta pejabat yang korupsi, dan semakin sempitnya wilayah kekuasaan khalifah karna telah banyak provinsi yang telah memsahkan diri.

2.      Faktor ekstern
Disintegrasi, akibat kebijakan untuk lebih mengutamakan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam daripada politik, provinsi-provinsi tertentu dipinggiran mulai melepaskan dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah. Mereka bukan sekedar memisahkan diri dari kekuasaan khalifah, tetapi memberontak dan berusaha merebut pusat kekuasaan di Baghdad. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak luar, dan banyak mengorbankan umat, yang berarti juga menghancurkan sumber daya manusia (sdm).[7]
VI.             Pelajaran terpenting dalam kajian ini bagi pengembangan peradaban islam masa ini dan sekarang.


[2] A. Syalabi,Sejarah dan Kebudayaan Islam2,(Jakarta:Studio PT Al Husna Zikra,1995), hlm. 7.
[3] Ali mufrodi, islam di kawasan kebudayaan arab,(Jakarta:logos wacana ilmu,1997), hlm. 100-102.
[4]A. Syalabi,Sejarah dan Kebudayaan Islam2,(Jakarta:Studio PT Al Husna Zikra,1995), hlm. 27.
[5] http://fitrianii.blogspot.com/2013/01/peradaban-islam-masa-daulah-abbasiyah.  diakses pada tanggal 26 mei 2014 pukul 20.00.

[6] Dedi Supriyadi, Sejarah peradaban islam,(Bandung:pustaka setia,2008), hlm. 137-139. Ed Maman Abd. Djaliel.
[7] Dedi Supriyadi, Sejarah peradaban islam,(Bandung:pustaka setia,2008), hlm. 139-141.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates