Perkembangan dan Jenis Emosi
I. PENDAHULUAN
Ketika
kita mencari identitas dan membentuk citra diri, kita juga belajar mengatasi
berbagai emosi dan berusaha memenuhi “significant
others” (orang yang memiliki arti signifikan bagi seseorang) disekitar
kita. Bagaimana kita belajar menginterpretasi pikiran dan perasaan orang lain?.
Memahami
intensi (maksud) dan mengambil perspektif orang lain adalah elemen-elemen dalam
perkembangan kompetensi emosional atau kemampuan untuk memahami dan mengelola
berbagai situasi emosional.
Pada
usia 2 atau 3 tahun, anak-anak memulai mengembangkan theory of mind, pemahaman bahwa orang lain
juga orang, dengan mind (pikiran atau akal), thought
(pemikiran atau gagasan), perasaan, keyakinan, keinginan dan persepsinya (Flavell,
Miller, & Miller.2002).
II.
RUMUSAN
MASALAH
a. Apa
pengertian emosi ?
b. Bagaimana
perkembangan emosi di dalam diri manusia?
c. Apa
saja jenis-jenis emosi ?
III.
PEMBAHASAN
a.
Pengertian
Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti
bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan
dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa,
emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan
fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting
dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam
arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
(Prawitasari,1995)
Pada umumnya
perbuatan kita sehari-hari disertai oleh
perasaan perasaan tertentu,yaitu perasaan senang atau perasaan tidak
senang.perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan
kita sehari hari itu,disebut warna efektif.
warna efektif ini kadang-kadang kuat,kadang-kadang lemah atau samar-samar
saja. Dalam hal warna efektif yang kuat,maka perasaan-perasaan menjadi lebih
mendalam, lebih luas dan lebih terarah. Perasaan perasaan yang seperti ini
disebut emosi.Beberapa macam emosi
antara lain : gembira, bahagia, terkejut, jemu, benci, was-was, dan sebagainya.
Perbedaan antara
perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas,karna keduanya merupakan
suatu kelangsungan kwalitatif yang tidak jelas batasnya.Pada suatu saat
tertentu,suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan,tetapi juga dapat
sebagai emosi. Jadi, sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Oleh karena itu, yang
dimaksut dengan disini bukan terbatas
pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri
seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang
lemah(dangkal) maupun pada tingkat yang kuat (mendalam).[1]
b.
Perkembangan
Emosi
Individu berkembangan, perkembangannya
meliputi semua aspek kepribadian termasuk emosinya. Seorang anak kecil atau
bayi pada mulanya hanya memiliki satu pola rangsangan emosi yang bersifat umum.
Perangsang yang kuat, suara yang keras, diabaikan orang tua dan sebagainya,
ditolak dan direspon dengan tangisan. Belaian, pujian, rawatan, makanan, dan
lain-lain. Diterima dan direspon dengan tertawa. Pola rangsangan emosi ini
berkembangan dan berdiferensiasi sejalan dengan perkembangan anak.[2]
Pertumbuhan dan perkembangan emosi,
seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan
proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia
harus mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak
itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat
digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu.
Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya
emosi yang nyata adalah kegelisahan yang Nampak sebagai ketidaksenangan dalam
bentuk menangis dan meronta. Pada keadaan tenang bayi itu tidak menunjukkan
perbuatan apapun, jadi emosinya netral.
Tiga bulan kemudian baru nampak
perbedaan. Sekarang terdapat dua ekstrimitas, yaitu rasa tertekan atau
terganggu dan rasa senang atau gembira. Senang atau gembira merupakan
perkembangan emosi lebih lanjut yang tidak terdapat waktu lahir.
Pada usia lima bulan marah dan benci
mulai dipisahkan dari rasa tertekan atau terganggu. Usia tujuh bulan mulai
nampak perasaan takut. Antara usia 10-12 bulan perasaan bersemangat dan kasih
sayang mulai terpisah dari rasa senang.
Makin besar anak itu, makin besar pula
kemampuannya untuk belajar sehingga perkembangan emosi makin rumit.
Perkembangan emosi melalui proses kematangan hanya terjadi sampai usia satu
tahun. Setelah itu perkembangan selanjutnya lebih banyak ditentukan oleh proses
belajar.[3]
c.
Jenis-Jenis Emosi
1. Takut
Takut adalah persaan yang mendorong
individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan
hal itu. Bentuk ekstrim dari takut
adalah takut yang pathologis, yang
disebut dengan fobia. Fobia adalah prasaan takut terhadap hal hal tertentu yang
demikian kuatnya, meskipun tidak ada alasan yang nyata, misalnya takut terhadap
tempat yang sepi dan tertutup, takut terhadap ketinggian,takut terhadap
kerumunan orang atau tempat tempat ramai. Rasa takut
lain yang merupakan kelainan kejiwaan adalah kecemasan (anxiety) yaitu rasa takut yang tak
jelas sasarannya dan juga tidak jelas alasannya. Kecemasan yang terus menerus
biasanya terdapat pada penderita-penderita psikoneurosis.
2. Khawatir
Kuatir
atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai obyek yang jelas atau
tidak ada obyeknya sama sekali. Kekuatiran menyebabkan rasa tidak senang,
gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman. Kekuatiran seseorang
untuk melanggar norma masyarakat adalah salah satu bentuk kekuatiran yang
umum terdapat padatiap-tiap orang dan kekuatiran ini justru positif karena dengan demikian orang selalu bersikap
hati-hati dan berusaha menyesuaikan diri dengan norma masyarakat. Tetapi
kekhawatiran ini dapat juga menjadi kelainan atau penyakit, kalau terlalu banyak
kadarnya dan berlaku terus menerus tanpa
dapat dicegah atau dikurangi.
3. Cemburu
Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekuatiran yang didasari oleh
kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang.
Seseorang yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya.
4. Marah
Sumber utama dari kemarahan adalah
hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai pada tujuannya. Dengan demikian,
ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan bertambah. Untuk menyalurkan ketegangan
ketegangan itu individu yang
bersangkutan menjadi marah.
5. Motif
Motif
dalam bahasa inggris Motive
berasal dari kata Motion yang berarti gerakkan atau
sesuatu yang bergerak. Jadi istilah
motif pun erat hubungannya dengan gerak yaitu dalam hal ini gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkahlaku.
Motif dalam psikologi berarti
rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah
laku.
Di
samping istilah motif dikenal pula dalam
psikologi dalam istilah motivasi. Motifasi merupakan istiah yang lebih
umum, yang menunjukkan pada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang
mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.
Ada
beberapa pendapat mengenai apa sebabnya motif itu. Salah satu pendapat
mengatakan bahwa motif itu
merupakan energi dasar yang terdapat di
dalam diri seseorang. Sigmund Freund adalah salah satu seorang sarjana yang berpendapat demikian. Tiap tingkah laku,
menurut Freund didorong oleh suatu
energi dasar yang disebut instink. instink ini oleh Freund dibagi menjadi dua:
a. Instink kehidupan atau instink seksuil
yaitu dorongan untuk mempertahan kan
hidup dan mengembangkan keturunan.
b. Instink yang mendorong perbuatan
perbuatan agresif atau yang menjurus kepada kematian.
Sarjana-sarjana lain juga mengakui motif
sebagai energy dasar antara lain adalah:
a. Bergson dengan teori “elan vital’’ yang
mengakui adanya factor yang bersifat non
materill yang mengatur tigkah laku.
b. Mc
dougall dengan teori ‘hormic’ yang mengatakan bahwa tigkah laku ditentukan
dalam dunia ilmu alam dan ilmu kimia.
Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi mempunyai fungsi sebagai perantara pada organisme atau manusia untuk menyesuaikan
diri denan lingkungannya. Suatu perubahan dimulai dengan adanya suatu ketidaksamaan
dalam diri individu, misalnya lapar atau takut. Keadaan tidak seimbang
ini tidak menyenangkan bagi individu
yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan untuk meniadakan keseimbngan itu, misalnya mencari
makanan atau perlindungan. Kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau
motif untuk berbuat sesuatu. Setelah perbuatan itu dilakukan maka tercapailah
keadaan seimbang dalam diri individu,
dan timbul perasaan puas, gembira, aman, dan sebagainya. Kecenderungan untuk
mengisahakan keseimbangan dari
ketidaksamaan terdapat dalam diri tiap organisme dan manusia, dan ini disebut
prinsip homeostatis.
Motif adalah instasi terakhir bagi
terjadinya tingkah laku meskipun misalnya ada kebutuhan, tetapi kebutuhan ini
tidak berhasil mencapai motif, maka tidak akan terjadi tingkah laku. Hal ini
disebabkan karena motif tidak saja ditentukan oleh factor-factor dalam
individu, seperti factor-factor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh factor-factor
social dan budaya. Contoh: seorang lulusan SMA ingin mnjadi dokter, keinginan
ini belum tentu akan menimbulkan motif untuk masuk fakultas kedokteran, karena
orang tersebut mempertimbangkan pula factor biaya, lamanya pendiikan, ujian
saingan yang berat.[4]
IV.
KESIMPULAN
Kata emosi berasal dari bahasa latin,
yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Emosi merupakan
reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Pertumbuhan dan perkembangan emosi,
seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan
proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia
harus mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak
itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat
digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu.
Jenis-jenis emosi diantaranya,
takut adalah persaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat
mungkin menghindari ontak dengan hal itu. Khawatir atau was-was adalah rasa
takut yang tidak mempunyai obyek yang jelas atau tidak ada obyeknya sama
sekali. Cemburu, kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekuairan yang didasari oleh
kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang.
Marah, sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk
sampai pada tujuannya. Motif dalam bahasa inggris Motive berasal dari kata Motion
yang berarti gerakkan atau sesuatu yang bergerak.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami
susun. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
[1] Sarlito Wirawan
Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1982), hlm. 58-59
[2] Nana Syaodih Sukma
Dinata, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rusda Karya, 2003), hlm. 83
[3] Sarlito
Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 60-61
[4] Sarlito
Wirawan Sarwono, Pengantar Umum
Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 63-66
0 komentar:
Post a Comment