November 13, 2015

Perkembangan dan Jenis Emosi

I.   PENDAHULUAN
Ketika kita mencari identitas dan membentuk citra diri, kita juga belajar mengatasi berbagai emosi dan berusaha memenuhi “significant others” (orang yang memiliki arti signifikan bagi seseorang) disekitar kita. Bagaimana kita belajar menginterpretasi pikiran dan perasaan orang lain?.
Memahami intensi (maksud) dan mengambil perspektif orang lain adalah elemen-elemen dalam perkembangan kompetensi emosional atau kemampuan untuk memahami dan mengelola berbagai situasi emosional.
Pada usia 2 atau 3 tahun, anak-anak memulai mengembangkan theory of mind, pemahaman bahwa orang lain juga orang,  dengan mind (pikiran atau akal), thought (pemikiran atau gagasan), perasaan, keyakinan, keinginan dan persepsinya (Flavell, Miller, & Miller.2002).

II.                RUMUSAN MASALAH
a.       Apa pengertian emosi ?
b.      Bagaimana perkembangan emosi di dalam diri manusia?
c.       Apa saja jenis-jenis emosi ?

III.             PEMBAHASAN
a.      Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai  oleh perasaan perasaan tertentu,yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang.perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari hari itu,disebut warna efektif. warna efektif ini kadang-kadang kuat,kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam hal warna efektif yang kuat,maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah. Perasaan perasaan yang seperti ini disebut emosi.Beberapa macam emosi antara lain : gembira, bahagia, terkejut, jemu, benci, was-was, dan sebagainya.
Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas,karna keduanya merupakan suatu kelangsungan kwalitatif yang tidak jelas batasnya.Pada suatu saat tertentu,suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan,tetapi juga dapat sebagai emosi. Jadi, sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Oleh karena itu, yang dimaksut dengan  disini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah(dangkal) maupun pada tingkat yang kuat (mendalam).[1]
b.      Perkembangan Emosi
Individu berkembangan, perkembangannya meliputi semua aspek kepribadian termasuk emosinya. Seorang anak kecil atau bayi pada mulanya hanya memiliki satu pola rangsangan emosi yang bersifat umum. Perangsang yang kuat, suara yang keras, diabaikan orang tua dan sebagainya, ditolak dan direspon dengan tangisan. Belaian, pujian, rawatan, makanan, dan lain-lain. Diterima dan direspon dengan tertawa. Pola rangsangan emosi ini berkembangan dan berdiferensiasi sejalan dengan perkembangan anak.[2]
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia harus mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu.
Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang Nampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis dan meronta. Pada keadaan tenang bayi itu tidak menunjukkan perbuatan apapun, jadi emosinya netral.
Tiga bulan kemudian baru nampak perbedaan. Sekarang terdapat dua ekstrimitas, yaitu rasa tertekan atau terganggu dan rasa senang atau gembira. Senang atau gembira merupakan perkembangan emosi lebih lanjut yang tidak terdapat waktu lahir.
Pada usia lima bulan marah dan benci mulai dipisahkan dari rasa tertekan atau terganggu. Usia tujuh bulan mulai nampak perasaan takut. Antara usia 10-12 bulan perasaan bersemangat dan kasih sayang mulai terpisah dari rasa senang.
Makin besar anak itu, makin besar pula kemampuannya untuk belajar sehingga perkembangan emosi makin rumit. Perkembangan emosi melalui proses kematangan hanya terjadi sampai usia satu tahun. Setelah itu perkembangan selanjutnya lebih banyak ditentukan oleh proses belajar.[3]
c.        Jenis-Jenis Emosi
1.      Takut
Takut adalah persaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Bentuk ekstrim  dari takut adalah  takut yang pathologis, yang disebut dengan fobia. Fobia adalah prasaan takut terhadap hal hal tertentu yang demikian kuatnya, meskipun tidak ada alasan yang nyata, misalnya takut terhadap tempat yang sepi dan tertutup, takut terhadap ketinggian,takut terhadap kerumunan orang atau tempat tempat ramai. Rasa takut lain yang merupakan kelainan kejiwaan adalah kecemasan (anxiety) yaitu rasa takut yang tak jelas sasarannya dan juga tidak jelas alasannya. Kecemasan yang terus menerus biasanya terdapat pada penderita-penderita psikoneurosis.
2.      Khawatir
Kuatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai obyek yang jelas atau tidak ada obyeknya sama sekali. Kekuatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman. Kekuatiran seseorang untuk melanggar norma masyarakat adalah salah satu bentuk kekuatiran yang umum terdapat padatiap-tiap orang dan kekuatiran ini justru positif karena dengan demikian orang selalu bersikap hati-hati dan berusaha menyesuaikan diri dengan norma masyarakat. Tetapi kekhawatiran ini  dapat juga menjadi  kelainan atau penyakit, kalau terlalu banyak kadarnya  dan berlaku terus menerus tanpa dapat dicegah atau dikurangi.
3.      Cemburu
Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekuatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan  kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya.
4.      Marah
Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai pada tujuannya. Dengan demikian, ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan  bertambah. Untuk menyalurkan ketegangan ketegangan itu  individu yang bersangkutan menjadi marah.
5.      Motif
Motif  dalam bahasa inggris  Motive  berasal dari kata  Motion yang berarti gerakkan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah  motif pun erat hubungannya dengan gerak yaitu dalam hal ini  gerakan yang dilakukan oleh  manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkahlaku. Motif dalam psikologi  berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.
Di samping istilah motif dikenal pula dalam  psikologi dalam istilah motivasi. Motifasi merupakan istiah yang lebih umum, yang menunjukkan pada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku  yang ditimbulkan oleh situasi  tersebut dan tujuan atau  akhir daripada gerakan atau perbuatan.
Ada beberapa pendapat mengenai apa sebabnya motif itu. Salah satu pendapat mengatakan  bahwa motif itu merupakan  energi dasar yang terdapat di dalam diri seseorang. Sigmund Freund adalah salah satu seorang sarjana  yang berpendapat demikian. Tiap tingkah laku, menurut Freund  didorong oleh suatu energi dasar yang disebut instink. instink  ini oleh Freund dibagi menjadi dua:
a.       Instink kehidupan atau instink seksuil yaitu dorongan untuk mempertahan kan  hidup dan mengembangkan keturunan.
b.      Instink yang mendorong perbuatan perbuatan agresif atau yang menjurus kepada kematian.
Sarjana-sarjana lain juga mengakui motif sebagai energy dasar antara lain adalah:
a.       Bergson dengan teori “elan vital’’ yang mengakui adanya factor yang bersifat  non materill yang mengatur tigkah laku.
b.      Mc dougall dengan teori ‘hormic’ yang mengatakan bahwa tigkah laku ditentukan dalam dunia ilmu alam dan ilmu kimia.
Pendapat lain mengatakan  bahwa motivasi  mempunyai fungsi sebagai perantara  pada organisme atau manusia untuk menyesuaikan diri denan lingkungannya. Suatu perubahan dimulai dengan adanya suatu  ketidaksamaan  dalam diri individu, misalnya lapar atau takut. Keadaan tidak seimbang ini  tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan untuk  meniadakan keseimbngan itu, misalnya mencari makanan atau perlindungan. Kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah perbuatan itu dilakukan maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu, dan timbul perasaan puas, gembira, aman, dan sebagainya. Kecenderungan untuk mengisahakan keseimbangan  dari ketidaksamaan terdapat dalam diri tiap organisme dan manusia, dan ini disebut prinsip homeostatis.
Motif adalah instasi terakhir bagi terjadinya tingkah laku meskipun misalnya ada kebutuhan, tetapi kebutuhan ini tidak berhasil mencapai motif, maka tidak akan terjadi tingkah laku. Hal ini disebabkan karena motif tidak saja ditentukan oleh factor-factor dalam individu, seperti factor-factor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh factor-factor social dan budaya. Contoh: seorang lulusan SMA ingin mnjadi dokter, keinginan ini belum tentu akan menimbulkan motif untuk masuk fakultas kedokteran, karena orang tersebut mempertimbangkan pula factor biaya, lamanya pendiikan, ujian saingan yang berat.[4]

IV.             KESIMPULAN
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia harus mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu.
Jenis-jenis emosi diantaranya, takut adalah persaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari ontak dengan hal itu. Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai obyek yang jelas atau tidak ada obyeknya sama sekali. Cemburu, kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekuairan yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan  kehilangan kasih sayang dari seseorang. Marah, sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai pada tujuannya. Motif  dalam bahasa inggris  Motive  berasal dari kata  Motion yang berarti gerakkan atau sesuatu yang bergerak.

V.                PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.


[1] Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 58-59
[2] Nana Syaodih Sukma Dinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rusda Karya, 2003), hlm. 83
[3] Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 60-61

[4] Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 63-66

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates