Budaya
PENDAHULUAN
BAB
1
A. Pendahuluan
Budaya berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddhayah
yang artinya merupakan bentuk jamak dari buddhi yang diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Pendapat lain
mengatakan, bahwa kata budaya adalah
sebagai suatu pengembangan dari kata majemuk budidaya yang berarti daya dan
budi. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, dan
kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa tersebut. [1]
. Daya dari budi yang berupa cipta,
karsa, dan rasa itu semuanya mempunyai realita dan konflik dalam
merealitakannya. Dalam makalah kali ini kami pemakalah akan membahas tentang
realita (kenyataan) budaya dan konflik budaya.
B. Rumusan
makalah
I.
Apa realita budaya ?
II.
Apa Unsur-unsur budaya ?
III.
Apa identitas budaya ?
IV.
Apa contoh konflik budaya ?
PEMBAHASAN
I. Realita budaya
Dari realita, realita sendiri sama
artinya dengan kenyataan. Jadi realita budaya adalah kenyataan daya dari budi
yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Menurut kami realita kebudayaan itu sama
artinya dengan kebudayaan. Menurut antropologi , kebudayaan adalah seluruh sistem
gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dengan demikian hampir
semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena jumlah tindakan yang
dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak dibiasakannya dengan
belajar (yaitu tindakan naluri, reflex, atau tindakan-tindakan yang dilakukan
akibat suatu proses fisiologi, maupun berbagai tindakan membabibuta), sangat
terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan nalurinya (misalnya makan,
minum, dan berjalan) juga telah banyak dirombak oleh manusia sendiri sehingga
menjadi tindakan yang berkebudayaan.[2]
Kebudayaan merupakan sesuatu yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sebenarnya tanpa disadari, apa yang
kita lihat dan kita lakukan sehari-hari, tidak lepas dari yang namanya
kebudayaan. Setiap kota, setiap Negara pasti memiliki kebudayan yang
berbeda-beda. Dan kebudayaan itu sendiri mencakup segenap cara berfikir dan
bertingkah laku. Semuanya itu timbul karena adanya interaksi kita dalam
kehidupan sehari-hari yang bersifat komunikatif. Kebudayaan mencakup sebuah
pengetahuan, yaitu apapun yang kita pelajari atau informasi-informasi yang kita
dapatkan dapat diperoleh dari sebuah kebudayaan. Adalagi kepercayaan, serta
kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat.
Pendapat lain mengenai pengertian kebudayaan
adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Hasil buah
budi (budaya) manusia itu dapat kita bagi menjadi 2 macam:
a)
Kebudayaan material
(lahir) yaitu kebudayaan yang berwujud kebendaan, misalnya: rumah, gedung,
alat-alat senjata, mesin-mesin, pakaian, dsb.
b)
Kebudayaan immaterial
(spiritual = batin), yaitu kebudayaan, adat istiadat, bahasa, ilmu pengetahuan,
dsb.[3]
Factor yang mempengaruhi
perkembangan social dan kebudayaan antara lain adalah:
A.
Factor biologis
Interaksi biologi dan kebudayaan
mempengaruhi kebudayaan manusia yang di mulai dengan pperkembangan masyarakat
manusia. Jadi menurut kami factor biologis (kehidupan) itu mempengaruhi suatu
kebudayaan. Contoh menurut kami yang kami ambil dari buku sosiologi, kehidupan
seseorang itu menentukan kebudayaan atas seseorang itu sendiri, misalkan
manusia hidup di gua-gua atau alam terbuka, mereka menggunakan peralatan yang
sederhana untuk mengguliti binatang, dan memotong-motong gumpalan daging, untuk
menggali akar tanaman yang dapat dimakan, mereka mungkin menggunakan tongkat
yang tajam ujungnya.
B.
Factor geografis
Iklim dan goegrafi pasti merupakan
factor penting dalam perkembangan kebudayaan. Perbedaan yang besar dalam iklim
dan topografi merupakan rintangan yang serius untuk berbagai macam perkembangan
kebudayaan. Contoh menurut kami, peradaban yang besar (sekelompok manusia tidak
akan hidup) tidak tumbuh dengan subur di Negara Antartika yang beku, dipadang
pasir yang terik, diatas jajaran pegunungan yang tinggi atau di dalam hutan
yang lebat. Orang bisa hidup dalam daerah-daerah ini dan mungkin mengembangkan
cara-cara yang cerdik untuk menguasai kekuatan alam, tetapi daerah-daerah
seperti itu belum menghasilkan kota-kota besar atau kebudayaan yang sangat
maju.
C.
Organisasi social
nonmanusia
Banyak makhluk nonmanusia memiliki
system kehidupan social yang teratur. Contoh menurut kami yang diambil dari
buku sosiologi yaitu, banyak jenis burung berpasangan sepanjang hidup (berbeda
dengan manusia) setia kepada pasangannya.[4]
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan,
aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan
( wujud ideal )
Wujud ideal kebudayaan adalah
kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
2. Aktivitas
( tindakan )
Aktivitas adalah wujud kebudayaan
sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini
sering pula disebut dengan sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu
yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan
3.
Artefak ( karya )
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret
di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat,
antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan
yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah
kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.[5]
II.
Unsur-Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang
mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai
berikut:
- Melville J. Herskovits
menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
a. alat-alat teknologi
b. sistem ekonomi
c. keluarga
d. kekuasaan politik
- Bronislaw Malinowski mengatakan
ada 4 unsur pokok yang meliputi:
a. sistem norma sosial yang
memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
b. organisasi ekonomi
c. alat-alat dan lembaga-lembaga atau
petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
d. organisasi kekuatan (politik)
Menurut definisi hoebel ( 1949, hal.
499 ) unsur adalah suatu kesatuan corak perilaku yang dipelajari dan dianggap
tak dapat diperkecil lagi, atau produk nyata yang dihasilkan oleh perilaku
tersebut. Unsur kebudayaan yang bersifat materi mencakup benda-benda seperti
paku, obeng, pensil, dan sapu tangan. Unsure budaya non materi mencakup
berjabat tangan, mengemudikan kendaraan pada sisi jalan sebelah kanan, atau
hormat bendera dan lain sebagainya.Misalkan tarian, tarian bukan merupakan
unsur, tapi tarian merupakan sekumpulan dari unsur, termasuk langkah-langkah
tarian tersebut, beberapa langkah dalam memilih para penari, dan iringan music
atau iramanya.[6]
III.
Identitas Budaya
Identitas
adalah jati diri yang dimiliki seseorang yang ia peroleh sejak lahir hingga
melalui proses interaksi yang dilakukannya setiap hari dalam kehidupannya dan
kemudian membentuk suatu pola khusus yang mendifinisikan tentang orang
tersebut. Sedangkan budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh
seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Sehingga identitas budaya adalah suatu karakter khusus yang melekat pada suatu
kebudayaan (budaya) sehingga bisa dibedakan antara satu kebudayaan dengan
kebudayaan yang lain. Adapun faktor-faktor pembentuk identitas budaya adalah
kurang lebihnya sebagai berikut :
a.
Kepercayaan
Kepercayaan menjadi faktor utama dalam identitas budaya,
tanpa adanya kebudayaan yang dianut maka tidak akan terbentuk suatu identitas
budaya yang melekat pada suatu kebudayaan. Biasanya kepercaan ini muncul dari
amanah para leluhur terdahulu menyakini tentang suatu kegiatan yang biasanya
dilakukan oleh suatu budaya yang tentunya berbeda antara budaya satu dengan
budaya lainnya. Contoh : mempercayai tradisi pecah telor pada upacara
pernikahan yang dipercayai sebagai tradisi penting masyarakat jawa dalam resepsi
pernikahan.
b.
Rasa Aman
Perasaan aman atau positif bagi penganut suatu kebudayaan
menjadi faktor terbentunya identitas budaya, karena tanpa adanya rasa aman dari
perilaku kegiatan budaya maka tidak akan dilakukan terus menerus sesuatu yang
dianggap negative dan tidak aman. Contoh : tidak ada kebiasaan ( kebudayaan )
menyakiti seseorang sesame karena dianggap saling menyakiti adalah tidak member
rasa aman terhadap siapapun.
c.
Pola perilaku
Pola perilaku juga menjadi faktor pembentuk identitas
budaya, bagaimana pola perilaku kita dimasyarakat mencerminkan identitas budaya
yang kita anut. Contoh: apabila perilaku kita jelek maka budaya yang kita anut
akan mempunyai karakteristi jelek dipandangan orang yang menilai tentang budaya
yang dianut oleh kita.[7]
Identitas sangatlah penting , identitas
membantu masyarakat luas untuk bisa mengenal individu atau kelompok baik dari
segi budaya, agama, ataupun politik dan berbagai aspek kehidupan yang lain.
Identitas juga bisa memandu seseorang dalam memilah perjalanan dari tujuan
hidupnya, misalnya seseorang yang ingin masuk disebuah komunitas, maka orang
tersebut harus mengenal komunitas itu, dengan demikian maka untuk selanjutnya
apabila sudah mengenal dan mengerti tentang karakteristik ( identitas )
komunitas tersebut dia bisa tetap masuk apabila komunitas itu positif, dan
sebaliknya apabila itu negative dia bisa meninggalkan komunitas itu.[8]
Jadi identitas budaya adalah ciri-ciri atau karakteristik yang melakat pada
suatu budaya atau kebudayaan.
IV.
Konflik Budaya
Konflik berasal darikata kerja latin configure yang berarti
saing memukul. Secara sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses social
antara dua orang atau lebih ( juga bisa kelompok ) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya. Konflik dilator belakangi oleh perbedaan cirri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. Jadi apabila digabunkan konflik budaya adalah
sebagai suatu proses social antara dua kebudayaan atau lebih ( juga bisa
kelompok ) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Berikut ini adalah salah satu
contoh konflik budaya yang ada di Indonesia yaitu konflik Suku Dayak dan Suku
Madura.
Setidaknya sudah terjadi dua kali
kerusuhan besar antara Suku Dayak dan Suku Madura, yaitu pada peristiwa Sampit
(2001) dan di Senggau Ledo (1996). Kedua kerusuhan besar ini meluas sampai
keseluruh wilayah Kalimantan dan berakhir dengan pengusiran ribuan warga Madura
yang hingga mencapai 500-an jiwa. Perang kedua suku ini telah menjadi masalah
sosial yang me-nasional.
Berikut empat hal mendasar yang
menjadi penyebab terjadinya perang ke dua suku ini,
yaitu :
1. Perbedaan Budaya Antara Suku Dayak dan Suku
Madura
Perbedaan budaya seperti inilah yang
menjadikan alasan mendasar mengapa perang antar suku ini bisa terjadi. Masalah
yang terjadi antara Suku Dayak dan Madura terbilang sangat sederhana, karena
ada keterkaitan dengan kebudayaan, maka terjadilah hal seperti itu.
Misalnya seperti permasalahan
senjata tajam, bagi Suku Dayak senjata tajam sangatlah dilarang untuk dibawa ke
tempat umum. Menurut mereka apabila ada sesorang membawa senjata tajam ditempat
umum sekalipun dia hanya bertamu tetap saja dianggap sebagai ancaman atau
ajakan untuk berkelahi. Lain halnya dengan Suku Madura mereka biasa menyelipkan
senjata tajam itu kemana saja dan hal seperti itu lumrah di daerah kelahirannya
di Madura. Menurut Suku Dayak senjata tajam bukanlah untuk melukai sesorang
apabila hal tersebut sampai tejadi maka hukum adat pun berlaku bagi pelakunya.
2. Perilaku
yang Tidak Menyenangkan
Bagi suku Dayak mencuri barang
seseorang dalam jumlah banyak adalah hal yang tidak masuk akal, apabila
dilanggar pemilik barang tersebut akan sakit dan meninggal. Sementara orang
Madura seringkali terlibat kasus pencurian dengan korbannya suku Dayak.
Pencurian seperti inilah yang menjadi pemicu polemik perang antar suku tersebut.
3. Pinjam
Memimjam Tanah
Kali ini masalahnya masih berkaitan
dengan adat-istiadat atau kebiasaan. Di dalam suku Dayak membolehkan pinjam
meminjam tanah adalah hal yang tanpa pamrih. Dengan kepercayaan lisan orang
suku Madura dibolehkan untuk menggarap tanah tersebut, namun seringkali orang
Madura menolak mengembalikan tanah pinjaman tersebut dengan alasan karena
merekalah yang menggarap tanah tersebut selama ini.
Di dalam suku Dayak hal seperti ini
disebut dengan balang semaya (ingkar janji) yang harus dibalas
dengan kekerasan, maka terjadilah perang yang tidak bisa dihindari lagi oleh ke
dua belah pihak suku tersebut.
4. Ikrar
Perdamaian yang Dilanggar
Dalam suku Dayak ikrar perdamaian
harus bersifat abadi. Pelanggaran akan dianggap sebagai pelecehan adat
sekaligus menyatakan permusuhan. Sementara orang Madura melanggar ikrar
perdamaian, dan lagi-lagi hal seperti inilah yang memicu konflik antar ke dua
suku.[9]
DAFTAR PUSTAKA
Koen tjaraningrat.,Pengantar Antropologi. Jakarta.2005
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (
terjemah: Aminudin Ram dan tTita Sobari ),Sosiologi.
jilid 1, Erlangga.1999
Prasetya,Joko Tri. dkk,Ilmu Budaya Dasar.Jakarta. 2009
http://commbro.wordpress.com/2013/03/10/identitas-budaya
/ ,kamis, 17 April 2014, 03.45
http://edisugiartonos.blogspot.com/2012/01/konflik-suku-dayak-dan-madura.html,
16 April 2014,16.50
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya,
minggu,13 April 2014, 08.40
http://ilmipenulis.wordpress.com/2011/11/17/identitas-budaya/,
kamis, 17 April 2014. 04.30
[1] Drs.
Joko Tri Prasetya, dkk,Ilmu Budaya Dasar
, Jakarta 2009, hal 28
[2] Koen
tjaraningrat,Pengantar Antropologi, Jakarta 2005, hal 72-72
[3] Drs. Joko Tri
Prasetya, dkk,Ilmu Budaya Dasar , Jakarta
2009, hal 30-31
[4]Paul B. Horton dan
Chester L. Hunt ( terjemah: Aminudin Ram dan tTita Sobari ), sosiologi, jilid 1, Erlangga, 1999, hal
59-60
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, minggu,13 April
2014, 08.40
[6] Paul B. Horton dan
Chester L. Hunt ( terjemah: Aminudin Ram dan tTita Sobari ), sosiologi, jilid 1, Erlangga, 1999, hal
72
[7] http://commbro.wordpress.com/2013/03/10/identitas-budaya
/
,kamis, 17 April 2014, 03.45
[8] http://ilmipenulis.wordpress.com/2011/11/17/identitas-budaya/, kamis, 17 April
2014. 04.30
[9] http://edisugiartonos.blogspot.com/2012/01/konflik-suku-dayak-dan-madura.html, 16 April 2014,16.50
0 komentar:
Post a Comment