January 01, 2016

Budaya

PENDAHULUAN
BAB 1
A.    Pendahuluan
 Budaya berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddhayah yang artinya merupakan bentuk jamak dari buddhi yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Pendapat lain mengatakan,  bahwa kata budaya adalah sebagai suatu pengembangan dari kata majemuk budidaya yang berarti daya dan budi. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, dan kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa tersebut. [1]
. Daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa itu semuanya mempunyai realita dan konflik dalam merealitakannya. Dalam makalah kali ini kami pemakalah akan membahas tentang realita (kenyataan) budaya dan konflik budaya.
B.     Rumusan makalah
                                           I.            Apa realita budaya ?
                                        II.             Apa Unsur-unsur budaya ?
                                     III.            Apa identitas budaya ?
                                     IV.            Apa contoh  konflik budaya ?

PEMBAHASAN

                   I.             Realita budaya
Dari realita, realita sendiri sama artinya dengan kenyataan. Jadi realita budaya adalah kenyataan daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Menurut kami realita kebudayaan itu sama artinya dengan kebudayaan. Menurut antropologi , kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak dibiasakannya dengan belajar (yaitu tindakan naluri, reflex, atau tindakan-tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi, maupun berbagai tindakan membabibuta), sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan nalurinya (misalnya makan, minum, dan berjalan) juga telah banyak dirombak oleh manusia sendiri sehingga menjadi tindakan yang berkebudayaan.[2]
Kebudayaan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sebenarnya tanpa disadari, apa yang kita lihat dan kita lakukan sehari-hari, tidak lepas dari yang namanya kebudayaan. Setiap kota, setiap Negara pasti memiliki kebudayan yang berbeda-beda. Dan kebudayaan itu sendiri mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku. Semuanya itu timbul karena adanya interaksi kita dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat komunikatif. Kebudayaan mencakup sebuah pengetahuan, yaitu apapun yang kita pelajari atau informasi-informasi yang kita dapatkan dapat diperoleh dari sebuah kebudayaan. Adalagi kepercayaan, serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat.
 Pendapat lain mengenai pengertian kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Hasil buah budi (budaya) manusia itu dapat kita bagi menjadi 2 macam:
a)                  Kebudayaan material (lahir) yaitu kebudayaan yang berwujud kebendaan, misalnya: rumah, gedung, alat-alat senjata, mesin-mesin, pakaian, dsb.
b)                  Kebudayaan immaterial (spiritual = batin), yaitu kebudayaan, adat istiadat, bahasa, ilmu pengetahuan, dsb.[3]
Factor yang mempengaruhi perkembangan social dan kebudayaan antara lain adalah:
A.                Factor biologis
Interaksi biologi dan kebudayaan mempengaruhi kebudayaan manusia yang di mulai dengan pperkembangan masyarakat manusia. Jadi menurut kami factor biologis (kehidupan) itu mempengaruhi suatu kebudayaan. Contoh menurut kami yang kami ambil dari buku sosiologi, kehidupan seseorang itu menentukan kebudayaan atas seseorang itu sendiri, misalkan manusia hidup di gua-gua atau alam terbuka, mereka menggunakan peralatan yang sederhana untuk mengguliti binatang, dan memotong-motong gumpalan daging, untuk menggali akar tanaman yang dapat dimakan, mereka mungkin menggunakan tongkat yang tajam ujungnya.
B.                 Factor geografis
Iklim dan goegrafi pasti merupakan factor penting dalam perkembangan kebudayaan. Perbedaan yang besar dalam iklim dan topografi merupakan rintangan yang serius untuk berbagai macam perkembangan kebudayaan. Contoh menurut kami, peradaban yang besar (sekelompok manusia tidak akan hidup) tidak tumbuh dengan subur di Negara Antartika yang beku, dipadang pasir yang terik, diatas jajaran pegunungan yang tinggi atau di dalam hutan yang lebat. Orang bisa hidup dalam daerah-daerah ini dan mungkin mengembangkan cara-cara yang cerdik untuk menguasai kekuatan alam, tetapi daerah-daerah seperti itu belum menghasilkan kota-kota besar atau kebudayaan yang sangat maju.
C.                 Organisasi social nonmanusia
Banyak makhluk nonmanusia memiliki system kehidupan social yang teratur. Contoh menurut kami yang diambil dari buku sosiologi yaitu, banyak jenis burung berpasangan sepanjang hidup (berbeda dengan manusia) setia kepada pasangannya.[4]
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1.      Gagasan ( wujud ideal )
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2.      Aktivitas ( tindakan )
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan 
3.                  Artefak ( karya )
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.[5]
                     

II.                  Unsur-Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
  1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
a.       alat-alat teknologi
b.      sistem ekonomi
c.       keluarga
d.      kekuasaan politik
  1. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
a.       sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para                                anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
b.      organisasi ekonomi
c.       alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
d.      organisasi kekuatan (politik)
Menurut definisi hoebel ( 1949, hal. 499 ) unsur adalah suatu kesatuan corak perilaku yang dipelajari dan dianggap tak dapat diperkecil lagi, atau produk nyata yang dihasilkan oleh perilaku tersebut. Unsur kebudayaan yang bersifat materi mencakup benda-benda seperti paku, obeng, pensil, dan sapu tangan. Unsure budaya non materi mencakup berjabat tangan, mengemudikan kendaraan pada sisi jalan sebelah kanan, atau hormat bendera dan lain sebagainya.Misalkan tarian, tarian bukan merupakan unsur, tapi tarian merupakan sekumpulan dari unsur, termasuk langkah-langkah tarian tersebut, beberapa langkah dalam memilih para penari, dan iringan music atau iramanya.[6]
               

    III.                  Identitas Budaya
Identitas adalah jati diri yang dimiliki seseorang yang ia peroleh sejak lahir hingga melalui proses interaksi yang dilakukannya setiap hari dalam kehidupannya dan kemudian membentuk suatu pola khusus yang mendifinisikan tentang orang tersebut. Sedangkan budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sehingga identitas budaya adalah suatu karakter khusus yang melekat pada suatu kebudayaan (budaya) sehingga bisa dibedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Adapun faktor-faktor pembentuk identitas budaya adalah kurang lebihnya sebagai berikut :
a.                   Kepercayaan
Kepercayaan menjadi faktor utama dalam identitas budaya, tanpa adanya kebudayaan yang dianut maka tidak akan terbentuk suatu identitas budaya yang melekat pada suatu kebudayaan. Biasanya kepercaan ini muncul dari amanah para leluhur terdahulu menyakini tentang suatu kegiatan yang biasanya dilakukan oleh suatu budaya yang tentunya berbeda antara budaya satu dengan budaya lainnya. Contoh : mempercayai tradisi pecah telor pada upacara pernikahan yang dipercayai sebagai tradisi penting masyarakat jawa dalam resepsi pernikahan.
b.                  Rasa Aman
Perasaan aman atau positif bagi penganut suatu kebudayaan menjadi faktor terbentunya identitas budaya, karena tanpa adanya rasa aman dari perilaku kegiatan budaya maka tidak akan dilakukan terus menerus sesuatu yang dianggap negative dan tidak aman. Contoh : tidak ada kebiasaan ( kebudayaan ) menyakiti seseorang sesame karena dianggap saling menyakiti adalah tidak member rasa aman terhadap siapapun.
c.                   Pola perilaku
Pola perilaku juga menjadi faktor pembentuk identitas budaya, bagaimana pola perilaku kita dimasyarakat mencerminkan identitas budaya yang kita anut. Contoh: apabila perilaku kita jelek maka budaya yang kita anut akan mempunyai karakteristi jelek dipandangan orang yang menilai tentang budaya yang dianut oleh kita.[7]
      Identitas sangatlah penting , identitas membantu masyarakat luas untuk bisa mengenal individu atau kelompok baik dari segi budaya, agama, ataupun politik dan berbagai aspek kehidupan yang lain. Identitas juga bisa memandu seseorang dalam memilah perjalanan dari tujuan hidupnya, misalnya seseorang yang ingin masuk disebuah komunitas, maka orang tersebut harus mengenal komunitas itu, dengan demikian maka untuk selanjutnya apabila sudah mengenal dan mengerti tentang karakteristik ( identitas ) komunitas tersebut dia bisa tetap masuk apabila komunitas itu positif, dan sebaliknya apabila itu negative dia bisa meninggalkan komunitas itu.[8] Jadi identitas budaya adalah ciri-ciri atau karakteristik yang melakat pada suatu budaya atau kebudayaan.


                      IV.             Konflik Budaya
Konflik berasal darikata kerja latin configure yang berarti saing memukul. Secara sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses social antara dua orang atau lebih ( juga bisa kelompok ) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilator belakangi oleh perbedaan cirri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Jadi apabila digabunkan konflik budaya adalah sebagai suatu proses social antara dua kebudayaan atau lebih ( juga bisa kelompok ) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Berikut ini adalah salah satu contoh konflik budaya yang ada di Indonesia yaitu konflik Suku Dayak dan Suku Madura.
Setidaknya sudah terjadi dua kali kerusuhan besar antara Suku Dayak dan Suku Madura, yaitu pada peristiwa Sampit (2001) dan di Senggau Ledo (1996). Kedua kerusuhan besar ini meluas sampai keseluruh wilayah Kalimantan dan berakhir dengan pengusiran ribuan warga Madura yang hingga mencapai 500-an jiwa. Perang kedua suku ini telah menjadi masalah sosial yang me-nasional.
Berikut empat hal mendasar yang menjadi penyebab terjadinya perang ke dua suku ini,
yaitu : 
1.    Perbedaan Budaya Antara Suku Dayak dan Suku Madura
Perbedaan budaya seperti inilah yang menjadikan alasan mendasar mengapa perang antar suku ini bisa terjadi. Masalah yang terjadi antara Suku Dayak dan Madura terbilang sangat sederhana, karena ada keterkaitan dengan kebudayaan, maka terjadilah hal seperti itu.
Misalnya seperti permasalahan senjata tajam, bagi Suku Dayak senjata tajam sangatlah dilarang untuk dibawa ke tempat umum. Menurut mereka apabila ada sesorang membawa senjata tajam ditempat umum sekalipun dia hanya bertamu tetap saja dianggap sebagai ancaman atau ajakan untuk berkelahi. Lain halnya dengan Suku Madura mereka biasa menyelipkan senjata tajam itu kemana saja dan hal seperti itu lumrah di daerah kelahirannya di Madura. Menurut Suku Dayak senjata tajam bukanlah untuk melukai sesorang apabila hal tersebut sampai tejadi maka hukum adat pun berlaku bagi pelakunya.
2.       Perilaku yang Tidak Menyenangkan
Bagi suku Dayak mencuri barang seseorang dalam jumlah banyak adalah hal yang tidak masuk akal, apabila dilanggar pemilik barang tersebut akan sakit dan meninggal. Sementara orang Madura seringkali terlibat kasus pencurian dengan korbannya suku Dayak. Pencurian seperti inilah yang menjadi pemicu polemik perang antar suku tersebut.
3.       Pinjam Memimjam Tanah
Kali ini masalahnya masih berkaitan dengan adat-istiadat atau kebiasaan. Di dalam suku Dayak membolehkan pinjam meminjam tanah adalah hal yang tanpa pamrih. Dengan kepercayaan lisan orang suku Madura dibolehkan untuk menggarap tanah tersebut, namun seringkali orang Madura menolak mengembalikan tanah pinjaman tersebut dengan alasan karena merekalah yang menggarap tanah tersebut selama ini.
Di dalam suku Dayak hal seperti ini disebut dengan balang semaya (ingkar janji) yang harus dibalas dengan kekerasan, maka terjadilah perang yang tidak bisa dihindari lagi oleh ke dua belah pihak suku tersebut. 
4.       Ikrar Perdamaian yang Dilanggar
Dalam suku Dayak ikrar perdamaian harus bersifat abadi. Pelanggaran akan dianggap sebagai pelecehan adat sekaligus menyatakan permusuhan. Sementara orang Madura melanggar ikrar perdamaian, dan lagi-lagi hal seperti inilah yang memicu konflik antar ke dua suku.[9]

DAFTAR PUSTAKA
Koen tjaraningrat.,Pengantar Antropologi. Jakarta.2005
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt ( terjemah: Aminudin Ram dan tTita Sobari ),Sosiologi. jilid 1, Erlangga.1999
Prasetya,Joko Tri. dkk,Ilmu Budaya Dasar.Jakarta. 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, minggu,13 April 2014, 08.40




[1] Drs. Joko Tri Prasetya, dkk,Ilmu Budaya Dasar , Jakarta 2009, hal 28
[2] Koen tjaraningrat,Pengantar Antropologi, Jakarta 2005, hal 72-72
[3] Drs. Joko Tri Prasetya, dkk,Ilmu Budaya Dasar , Jakarta 2009, hal 30-31

[4]Paul B. Horton dan Chester L. Hunt ( terjemah: Aminudin Ram dan tTita Sobari ), sosiologi, jilid 1, Erlangga, 1999, hal 59-60

[5]  http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, minggu,13 April 2014, 08.40

[6] Paul B. Horton dan Chester L. Hunt ( terjemah: Aminudin Ram dan tTita Sobari ), sosiologi, jilid 1, Erlangga, 1999, hal 72

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates