Definisi dalam Logika
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Dalam kehidupan ini setiap individu
memiliki pemikiran dan pemahaman yang berbeda. Supaya tidak terjadi kesalah
pahaman dalam memahami sesuatu maka setiap orang menbutuhkan definisi untuk
menjelaskan suatu istilah. Seperti halnya seorang ilmuwan yang dituntut untuk
mampu membuat suatu definisi dari setiap konsep dan mampu bernalar dengan
baik.Meskipun disadari, definisi belum mampu menampilkan sesuatu dengan sempurna sesuai dengan
pengertian yang dikandungnya.
Definisi merupakan unsur atau bagian dari ilmu
pengetahuan yang merumuskan dengan singkat dan tepat mengenai objek atau
masalah. Definisi sangat penting bagi seseorang yang menginginkan untuk sangkup
berfikir dengan baik, membuat definisi terlebih dahulu bukanlah hal yang
memperpanjang persoalan tetapi justru membuktikan pendidikan seseorang bahwa ia
tahu kerangka masalahnya.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
apa itu definisi, bagaimana cara membuat definisi yang baik, apa saja pembagian
definisi dan apa tujuan dari pembuatan definisi tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini antara lain adalah:
- Apa yang dimaksud dengan definisi dan apa unsur-unsur nya?
- Bagaimana patokan-patokan dalam membuat definisi?
- Apa saja yang termasuk dalam macam-macam definisi?
- Untuk apa tujuan pembuatan definisi?
PEMBAHASAN
I.
Pengertian dan
Unsur-unsur Definisi
Kata definisi berasal dari bahasa
Latin yaitu definere, yang berarti “mengurung dalam lingkup batas-batas
tertentu” atau “membatasi”. Dengan demikian definisi adalah penetapan
batas-batas pengertian sebuah konsep, secara singkat, tepat, jelas, padat, dan
lengkap sehingga konsep yang hendak dirumuskan itu dapat dimengerti secara
jelas dan dapat di bedakan dari konsep yang lain.[1]
Definisi juga dapat dikatakan sebagai
sebuah pernyataan yang memuat penjelasan tentang arti suatu term (istilah).
Definisi terdiri dari: bagian pangkal (definiendum) yaitu sebuah istilah
yang harus diberi penjelasan, dan bagian pembatas (definiens) yaitu
sebuah uraian mengenai arti dari bagian pangkal. Contoh : Manusia adalah
makhluk berakal, dalam definisi tersebut manusia adalah definiendum dan
makhluk berakal adalah definiens.[2]
Definisi yang baik harus
mencerminkan rumusan yang jelas, singkat, dan lengkap. Definisi harus mencakup semua unsur mengenai
semua soal yang akan didefinisikan. Selain itu, karena definisi bertugas
membatasi suatu pengertian secara jelas, singkat, dan padat maka definisi itu
mau tidak mau harus mampu membedakan sebuah pengertian dan pengertian yang
lainnya.[3]
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
definisi adalah perumusan dari suatu onjek atau suatu hal yang singkat, padat,
jelas dan tepat, yang mampu menerangkan apa sebenarnya pengertian dari sesuatu
atau objek tersebut, sehingga daat dimengerti dan dibedakan dengan jelas dari
semua hal yang lainnya.
II.
Patokan Membuat
Definisi
Agar pembuatan definisi terhindar
dari kekeliruan perlu kita perhatikan patokan berikut :
a.
Definisi tidak
boleh lebih luas atau lebih sempit dari konotasi kata yang didefinisikan.
Contoh definisi yang luas : merpati adalah burung yang dapat terbang cepat.
(Banyak burung yang dapat terbang cepat selain merpati). Contoh definisi yang
terlalu sempit : kursi adalah tempat duduk yang terbuat dari kayu, bersandaran
dan berkaki. (Banyak juga kursi yang tidak terbuat dari kayu).
b.
Definisi tidak
boleh menggunakan kata yang didefinisikan. Definisi yang melanggar patokan ini
disebut definisi sirkuler, berputar atau tautologi, atau tahsilul hasil
seperti:
i. Wajib adalah
perbuatan yang harus dikejakan oleh setiap orang.
ii. Kafir adalah
orang yang ingkar.
Perlu kita ketahui bahwa tidak semua pengulangan melanggar patokan
ini. Pengulangan seperti dibawah ini diperbolehkan.
i. Amalan wajib adalah perbuatan yang diberi pahala bila dikerjakan
dan mendapat siksa bila ditinggalkan.
ii. Hukum waris adalah hukum yang mengatur pembagian harta kekayaan
dari seseorang yang telah meninggal.
c.
Definisi tidak
boleh memakai penjelasan yang justru membingungkan. Definisi yang melanggar
patokan ini disebut definisi obscurum per obscurius artinya menjelaskan
sesuatu dengan keterangan yang justru tidak jelas.
d.
Defini tidak
boleh menggunakan bentuk negatif. Misal
benar adalah sesuatu yang tidak salah. Tidak semua yang negatif tidak
boleh digunakan akan tetapi ada keadaan yang tidak mungkin dihindari bentuk
negatif. Misalnya orang buta adalah orang yang indera penglihatannya tidak
berfungsi.[4]
III.
Macam-macam
Definisi
Secara garis besar definisi
dibedakan menjadi tiga macam, antara lain :
A.
Definisi Nominalis
Definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain
yang lbih umum dimengerti. Jadi sekedar menjelaskan kata sebagai tanda, bukan
menjelaskan hal yang ditandai, misalnya nirwana adalah surga. Definisi nominalis
terutama dipakai pada permulaan sesuatu pembicaraan, diskusi, perdebatan,
dengan mkasud menunjukkan apa yang menjadi pokok pembicaraan, diskusi maupun
perdebatan. Definisi nominalis ini dibagi menjadi enam macam yaitu :
1.
Definisi
Sinonim
Definisi sinonim yaitu penjelasan dengan memberikan persamaan kata
atau memberikan penjelasan dengan kata yang lebih dimengerti, misalnya : dampak
adalah pengaruh yang membawa akibat, arca adalah patung. Definisi ini adalah
definisi yang paling singkat dan yang digunakan didalam kamus.
2.
Definisi
Simbolis
Definisi simbolik adalah penjelasan dengan memberikan persamaan
pernyataan berbentuk simbol-simbol. Definisi ini digunakan dalam bidang
matematika termasuk juga logika untuk memberikan penjelasan secara simbolis,
misal :
(P
=> Q) ó (-P
V Q)
3.
Definisi
Etimologis
Definisi etimologis yaitupenjelasan dengan memberikan asal-usulnya
kata, misalnya : demokratis dari asal kata “demos” berarti rakyat,
“kratos/kratein” berarti kekuasaan/ berkuasa, jadi demokrasi pemerintahan rakyat
atau rakyat yang berkuasa.
4.
Definisi
Sematis
Definisi sematis yaitu penjelasan tanda dengan suatu arti yang
telah dikenal, misalnya: tanda
=> berarti : jika ............ maka ...........
<=>
berarti : bila dan hanya bila
5.
Definisi
Stipulatif
Definisi stipulatif adalah penjelasan dengan cara memberikan nama
atas dasar kesepakatan bersama. Misal: planet tertentu disebut “mars”. Definisi
seperti ini banyak digunakan dalam lapangan ilmu pengetahuan, terutama dalam
penemuan hal-hal baru, misal pemberian nama lembah-lembah yang ada di bulan,
pemberian nama tumbuh-tumbuhan baru hasil perkembangan.
6.
Definisi
Denotatif
Definisi denotatif yaitu penjelasan term dengan cara menunjukkan
atau memberikan contoh suatu benda atau yang termasuk dalam cakupan term, misal:
tanaman adalah seperti jagung, padi, kedelai, dan sebangsanya. Definisi seperti
ini ada dau macam yakni:
a.
Definisi
Ostentik, yakni memberikan batasan sesuatu dengan memberikan contoh, misalnya
mendefinisikan apakah itu batu krikil, dengan mengambil batu krikil dan
kemudian berkata “inilah batu krikil”.
b.
Definisi
Enumeratif, yakni memberikan batasan sesuatu term dengan memberikan perincian
satu demi satu secara lengkap mengenai hal-hal yang termasuk dalam cakupan term
tersebut, misalnya : Propinsi di Indonesia adalah Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Barat, dan seterusnya sampai terakhir Timor Timur.
Dalam Membuat definisi Nominalis ada tiga
syarat yang perlu diperhatikan ialah: (1) Apabila sesuatu kata sesuatu kata
hanya memiliki sesuatu arti tertentu, hal ini harus selalu dipegang. Juga
kata-kata yang sangat biasa diketahui umum, hendaknya dipakai juga menurut arti
dan pengertiannya yang sangat biasa. (2) jangan menggunakan kata untuk
mendefinisikan jika tidak tahu artinya secara tepat dan terrumus jelas. (3)
apabila arti dan pengertian suatu term menjadi suatu objek pembicaraan,
definisi nominalis atau definisi taraf pertamanya harus sedemikian rupa
sehingga dapat secara tetap diakui oleh kedua pihak yang berdebat.
B.
Definisi Realis
Definisi realis adalah menjelaskan tentang hal-hal yang ditandai
oleh suatu term. Jadi bukan sekedar menjelaskan term, tetapi menjelaskan isi
yang terkandung dalam term. Definisi realis banyak digunakan dalam bidang ilmu
pengetahuan serta hal-hal yang bersifat teknis. Definisi ini dibagi menjadi dua
macam :
1.
Definisi
esensia, yakni menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian yang menusun
suatu hal. Definisi ini dibedakan menjadi dua yaitu :
a.
Definisi
analitis, yakni menunjukkan bagian-bagian sesuatu benda yang mewujudkan
esensinya. Definisiini disebut juga definisi esensia fisik, karena dengan cara
analisis fisik. Misalnya “manusia” dapat didefinisikan : suatu subtansi yang
terdiri dari badan dan jiwa. Air adalah H2O.
b.
Definisi
konotatif, yakni menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri dari jenus dan
deferensia. Definisi ini juga disebut definisi essensial metefisik, memberikan
jawaban yang berdasarkan dengan menunjukkan predikable subtansinya, misal :
manusia adalah hewan yang berakal. Definisi konotatifdicapai melalui tiga
langkah :
i.
Membandingkan
hal yang hendak didefinisikan dengan semua hal-hal lain.
ii.
Menunjukkan
jenis atau golongan yang memuat hal tadi.
iii.
Menunjukkan
ciri-ciri yang memperbedakan hal tadi dari semua hal-hal lain yang termasuk
golongan yang sama.
2.
Definisi
deskriptif
Definisi deskriptif yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan
sifat-sifat yang dimiliki oleh hal yang didefinisikan. Definisi ini dibedakan
menjadi dua yaitu :
a.
Definisi
Aksidental, yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan jenis dari halnya dengan
sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut. Misal manusia adalah makhluk
sosial.
b.
Definisi Kausal,
yaitu penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi atau
terwujud. Misal murtad adalah orang yang berpindah dari suatu agama ke agama
lain.
C.
Definisi
Praktis
Definisi praktis yaitu penjelasan tentang hal sesuatu ditinjau dari
segi penggunaan dan tujuannya yang sederhana. Definisi ini merupakan gabungan
dari definisi nomonalis dan definisi realis, namun tidak dapat dimasukkan dalam
salah satu diantara keduanya. Misal : filsafat adalah berfikir ilmiah mencari
kebenaran hakiki. Definisi ini dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a.
Definisi
operasional, yaitu penjelasan suatu term dengan cara menegaskan langkah-langkah
pengujian khusus yang harus dilaksanakan atau dengan metodepengukuran serta
menunjukkan bagaimana hasil yang dapat dialamati. Definisi ini dibagi menjadi
dua macam yaitu :
i.
Kualitatif :
berdasarkan isi dan kekuatan, misal : magnit adalah logam yang dapat menarik
gugus besi, emas adalah logam jika diuji secara fisis dan kimiawi ternyata
mengandung unsur yang bernilai.
ii.
Kuantitatif :
berdasarkan banyaknya. Misal : panjang adalah jumlah kali ukuran standard
memenuhi jarak.
b.
Definisi
persuasip, yakni penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat
mempengaruhi orang lain, misal tepat waktu adalah keutamaan dari orang-orang
modern. Definisi ini pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk dilakukannya
perbuatan tertentu atau untuk membangkitkan emosi seseorang.
c.
Definisi fungsional,
yakni penjelasan sesuatu berdasarkan guna atau tujuan, misal : bahasa adalah pernyataan pikiran atau perasaan
sebagai alat komunikasi.[5]
IV.
Tujuan
Pembuatan Definisi
Menurut Ihromi (1987) ada lima
tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang yang membuat definisi. Tujuan itu
antara lain adalah:
a.
Tujuan untuk
meningkatkan kosa kata
Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali menemukan kata-kata
yang tidak lazim sehingga kita tidak mengerti artinya. Dalam hal ini definisi
berperan untuk menyelami arti pengertian kata-kata tersebut. Disini jelas bahwa
membuat definisi untuk kata-kata tersebut memerlukan penguasaan kosa kata yang
sempurna agar apa yang didefinisikan itu menjadi jelas, singkat, dan lengkap.
Dengan demikian jelas bahwa dalam membuat definisi tampak kaitannya dengan
usaha untuk meningkatkan kosa kata.
b.
Menghilangkan
anbiguitas
Kita sering menemukan
beberapa kata yang sama dalam sebuah bahasa yang memiliki arti yang
berbeda. Untuk memperjelas arti itu kita membutuhkan definisi.
c.
Memperjelas
arti
Memperjelas arti disini berbeda dengan ambigu. Sebuah kata akan
dianggap ambigu dalam sebuah konteks tertentu , bila ia memiliki dua arti yang
berbeda dan konteks itu tidak dapat membedakan secara jelas arti mana yang
dimaksud. Sebaliknya, sebuah kata dianggap tidak jelas bila didalamnya
terkandung garis pembatas yang menyulitkan penentuan apakah kata itu dapat
digunakan atau tidak.
d.
Memberikan
penjelasan sacara teoritis
Dalam hal ini defininisi dapat membuat rumusan yang epat secara teoritis atau secara ilmiah,
untuk menentukan sifat-sifat obyek yang dipelajari. Contoh, seorang ahli fisika
mendefinisikan ‘kekuatan’ sebagai hasil dari massa dan akselerasi. Disini jelas
bahwa definisi tidak dimaksudkan untuk memperjelas art, melainkan semata-mata
untuk menyatakan hukum mekanika Newton kedalam arti kata ‘kekuatan’.
e.
Memengaruhi
sikap orang lain
Dalam kehidupan sehari-hari definisi dimaksudkan untuk mempengaruhu
sikap orang lain, hal ini dapat kita jumpai dalam berbagai kegiatan. Contoh,
pengertian ‘keadilan’ dapat didefinisikan oleh orang-orang tertentu sesuai
dengan orientasi polotik danpemikirannya. Keadlan bisa saja diartikan secara
politis sebagai ‘sama rasa sama rata’ atau dengan definisi lain sesuai dengan
keinginan yang membuat definisi itu sendiri agar orang lain yakin terhadap
kpnsep-konsep politiknya.[6]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Definisi adalah perumusan yang
singkat, padat, jelas dan tepat yang mampu menerangkan apa sebenarnya
pengertian dari suatu hal itu sehingga dapat dimengerti dan dibedakan dengan
jelas dari semua hal lain.
Patokan-patokan yang harus
diperhatikan dalam membuat definisi antara lain adalah : (1) definisi tidak
boleh terlalu luas atau terlalu sempit dari konotasi kata yang didefinisikan,
(2) definisi tidak boleh menggunakan kata yang
didefinisikan, (3) definisi tidak boleh memakai penjelasan yang
membingungkan. (4) definisi tidak boleh menggunakan kbentuk negatif.
Secara garis besar definisi
dibedakan menjadi tiga yaitu : (1) definisi nominalis (menurut kata atau nama),
(2) definisi realis (berdasarkan kenyataan), (3) definisi praktis ( berdasarkan penggunaan dan
tujuannya).
Tujuan pembuatan definisi adalah untuk meningkatkan kosa kata, untuk
menghilangkan ambiguitas, untuk memperjelas arti, untuk memberikan penjelasan
secara teoritis, dan untuk memengaruhi sikap orang lain.
B.
Saran
Dengan adanya makalah ini penulis
berharap dapat memenuhi tugas mata kuliah Logika dengan baik. Penulis berharap
makalah ini bisa menjadi bacaan dan inspirasi yang baik khususnya mahasiswa dan
kalangan akademika. Penulis menyadari makalah ini banyak kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran penulis harapkan untuk memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bakry,Noor Ms.Logika Praktis. Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta.1986.
Karomani.Logika.Yogyakarta:GRAHA
ILMU.2012.
Molan,Benyamin.Logika:Ilmu dan
Seni Berpikir Kritis. Jakarta Barat:PT INDEKS.2014.
Mundiri.Logika. Jakarta:
Rajawali Pers. 2014.
Surajiyo.Filsafat Ilmu dan
Perkembangan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010.
[1] Benyamin
Molan, Logika: Ilmu dan Seni Berpikir Kritis, Jakarta Barat:PT INDEKS,
2014, hlm.101
[2]
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangan di Indonesia, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2010, hlm. 108
[3]
Karomani, Logika, Yogyakarta:GRAHA ILMU, 2012, hlm.37
[4] Mundiri, Logika, Jakarta: Rajawali
Pers, 2014, hlm,39-42.
[5] Noor Ms
Bakry, Logika Praktis, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,1986, hlm.32-37
[6] Karomani,Logika,
Yogyakarta:GRAHA ILMU, 2012,hlm.40-41
0 komentar:
Post a Comment