Hubungan Individu, Keluarga, Masyarakat, Budaya
PENGANTAR
A. LATAR
BELAKANG
Manusia
sebagai makhluk sosial berperan sebagai individu. Berperan sebagai keluarga dan
masyarakat dan oleh karenanya manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok atau berorganisasi
dan membutuhkan orang lain. Seorang individu untuk memperoleh suatu kebudayaan
membutuhkan keluarga dan masyarakat sebagai sarana dan pembentuk kebudayaan itu
sendiri. Sebelum mengetahui hubungan antara keempatnya, ada baiknya kita
mengetahui pengertian individu, keluarga, masyarakat dan budaya secara singkat.
Karena dari empat elemen tersebut saling berkesinambungan, pembahasan dalam
makalah ini terdapat pula bab masyarakat, namun tidak menyimpang dari judul.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang dimaksud individu, keluarga, masyarakat dan budaya ?
2. Bagaimana
hubungan antara individu, keluarga, masyarakat dan budaya ?
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Individu, Keluarga, Masyarakat dan Budaya
1. INDIVIDU
a. Pengertian
Individu
Kata
individu berasal dari bahasa latin “individuum” yang artinya tidak terbagi.
Individu merupakan unit terkecil dari pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial,
individu berarti bagian terkecil dari
kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah menjadi bagian yang lebih kecil
lagi. Cotntohnya, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Anak
merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat
dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil. Individu menekankan penyelidikan
kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi
kehidupan manusia. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan
yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai
manusia perseorangan.[1]
2. KELUARGA
a. Pengertian
Keluarga
Keluarga
adalah unit kecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. Di dalam keluarga terdapat dua atau lebih
dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain
dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. Keluarga berasal dari bahasa Sanskerta "kulawarga",
"ras" dan "warga" yang berarti "anggota" yang
berarti lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah.
b.
Peran Keluarga
Keluarga
merupakan salah satu faktor dalam pembentukan sifat seorang individu. Misalkan
seorang anak dengan latar belakang keluarga yang tidak harmonis, yang sering
melihat ayahnya memukul ibunya maka anak itu akan meniru perilaku yang dia
lihat. Dia akan suka memukul teman sekolah nya, dia akan menjadi anak yang
menyebalkan, suka membentak teman-temannya dan sebagainya. Keluarga yang tidak
harmonis itu juga akan membuat psikologis anaknya terganggu. Dia mungkin tidak
bisa diterima dalam suatu masyarakat karena sifat jelek nya atau
ketidakmampuannya dalam bersosialisasi dengan masyarakat lain. Ketidakditerimanya
dia di kalangan masyarakat dan minimnya bimbingan dari orang tua juga akan
berpengaruh terhadap budayanya kelak. Jadi, keluarga adalah faktor yang sangat
penting mengingat fungsi keluarga adalah sebagai media transmisi atas nilai,
norma dan simbol yang dianut masyarakat kepada anggotanya yang baru.
3. MASYARAKAT
a.
Pengertian Masyarakat
Masyarakat (society) adalah sekelompok
orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Umumnya, masyarakat adalah kumpulan dari penduduk yang
menjalani kehidupan sosial di suatu wilayah. Masyarakat dapat juga dikatakan
sebagai kumpulan manusia yang hidup dalam auatu daerah tertentu, yang telah
cukup lama dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka dan menuju pada
tujuan yang sama.[2]
Kata society berasal dari bahasa latin
“societas” yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas
diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society
berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung
makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama
dalam mencapai tujuan bersama.
b.
Peran Masyarakat
Tokoh masyarakat merupakan orang yang di hormati dan yang di hormati
dalam masyarakat karena memiliki kesuksesan atau kekayaan dalam kesuksesan
dalam kehidupan. Ia menjadi contoh dan teladan karena pola pikirnya yang di
bangun karena pengetahuan yang di dapat dalam hidupnya, dengan kekayaan
intelektual dan keberhasilan yang di milikinya ia memiliki peran dalam
pembangunan nasional,karena kekayaan intelektual dan kesuksesan tokoh
masyarakat selalu di tunggu peranan dan pertimbangannya serta kebijakan yang di
buat dalam menghadapi suatu permasalahan di masyarakat. Seorang tokoh
masyarakat dalam kebudayaan mencakup seorang agama dan budayawan, seorang
agamawan merupakan tokoh yang di hormati karena agama adalah suatu kepercayaan
yang saat di patuhi oleh masyarakat,sedangkan budayawan di sebut tokoh
masyarakat sebab budayawan memiliki ilmu tentang budaya dan mengerti sejarah
budaya dan pelestariannya. Peran tersebutlah yang di gunakan untuk menyebarkan
pelestariann kebudayaan dan membimbing individu menjadi seorang yang berbudaya.
4. BUDAYA
a.
Pengertian Kebudayaan
Dari sudut
bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah” yang
merupakan bentuk jamak dari budi atau akal. Menurut E.B. Tylor dalam bukunya
“Primitive Culture”, kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan
kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hukum, adat
istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagai
anggota masyarakat.[3]
Menurut ilmu
Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan
manusia adalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu naluri
dan refleks.[4]
B. Hubungan
Antara Individu, Keluarga, Masyarakat dan Budaya
a. Hubungan
Individu dengan Keluarga
Individu
dilahirkan dari keluarga, tumbuh dan berkembang untuk kemudian membentuk
sendiri keluarga batinnya. Terjadi hubungan dengan ibu, ayah, dan kakak-adik.
Dengan orang tua, dengan saudara-saudara kandung, terjalin relasi biologis yang
disusul oleh relasi psikologis dan sosial pada umumnya. Peranan-peranan dari
setiap anggota keluarga merupakan tolak ukur dari efek biologis, psikologis,
dan sosial. Hal khusus oleh kebudayaan yang dibahas di lingkungan keluarga
dinyatakan melalui bahasa yaitu tentang adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma,
bahkan nilai-nilai agama sekalipun yang ada dalam masyarakat.
b. Hubungan
Individu dengan Masyarakat
Manusia
hidup dalam di dalam masyarakat. Hal ini bukan sekedar ketentuan semata, tapi
memiliki arti yang lebih dalam. Hidup bermasyarakat itu adalah rukun bagi
manusia agar benar-benar dapat mengembangkan budayanya dan mencapai
kebudayaannya. Tanpa masyarakat, hidup manusia tidak dapat menunjukkan
sifat-sifat kemanusiaan. Misalnya Kala dan Komala, dua anak yang ditemukan di
sarang serigala di India, walau sudah dibawa masuk ke dalam kehidupan
masyarakat, kondisi mereka tetap liar dan belum bisa berinteraksi dengan
masyarakat di sana.
c. Hubungan
Individu dengan Kebudayaan
Manusia
dapat ditinjau dari dua segi dari sudut pandang antropologi, yaitu:
1. Manusia
sebagai makhluk biologi, dipelajari dalam ilmu biologi.
2. Manusia
sebagai makhluk sosio-budaya, yang dipelajari dalam antropologi budaya,
berkesimpulan bahwa hanya manusialah yang dapat menghasilkan kebudayaan, dan
sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa manusia. Hal ini dikarenakan manusia
dapat belajar dan memahami bahasa, dengan akal budi dan struktur fisiknya dapat
mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya, yang semua itu bersumber pada
akal manusia.[5]
Singkatnya,
hubungan antara individu dan masyarakat sangat erat. Karena hanya manusia saja
yang dapat hidup bermasyarakat yaitu hidup bersama-sama dengan manusia
lain. Masyarakat merupakan satuan
lingkungan sosial yang bersifat makor. Sifat makro diperoleh dari kenyataan,
bahwa masyarakat pada hakikatnya terdiri dari sekian banyak komunias yang
berbeda, sekaligus mencakup berbagai macam keluarga, lembaga dan
individu-individu.
d. Hubungan
Masyarakat dengan Budaya
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Kebudayaan
tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat. Dan eksistensi masyarakat itu hanya
dapat dimungkinkan oleh adanya kebudayaan. Dalam masyarakat, individu selalu
memperoleh pengetahuan baru dan kecakapan. Semakin lama, semakin banyak
pengetahuan yang ditampung individu dari masyarakat yang membuatnya sebagai
sumber kebudayaan. jadi, erat sekali hubungan antara masyarakat dan kebudayaan.[6]
e. Hubungan
Individu, Keluarga, Masyarakat dan Budaya
Manusia
yang memiliki hidup yang panjang dan adanya ikatan antara anggota keluarga
lainnya membuat suatu keluarga dapat bertahan lama. Hal itu memberi kesempatan
untuk meneruskan tradisi kebudayaan kepada seorang individu. Maksudnya,
individu yang membentuk sebuah keluarga akan menghasilkan sebuah budaya baru
dalam keluarga tersebut yang akan berlaku untuk semua anggota keluarganya.
Seorang individu memerlukan keluarga untuk membentuk sifat kemanusiaannya.[7]
Orang
tua yang berasal dari daerah yang berbeda tentunya memiliki kebudayaan yang
berbeda, sehingga memang tak dapat dipungkiri jika kadangkala orang tua yang
berasal dari kebudayaan yang berbeda memiliki perbadaan dalam hal kebiasaan dan
cara mengasuh anak. Namun, hal tersebut bukanlah menjadi penghambat bagi orang
tua dalam mengajarkan kebudayaan Indonesia pada anaknya. Justru sebaliknya,
orang tua yang berasal dari kebudayaan yang berbeda dapat mengajarkan pada anak
lebih banyak ragam budaya yang ada, sehingga anak memiliki referensi lebih
banyak tentang kebudayaan yang ada di Indonesia. Individu membutuhkan
masyarakat untuk mengembangkan potensi yang telah ia bentuk dalam keluarganya
dan membawa budaya yang lahir dalam keluarganya itu ke dalam masyarakatnya. Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai
individu adalah lingkungan keluarga. Sementara itu, masyarakat merupakan
lingkungan sosial individu yang lebih luas. Di dalam masyarakat, individu
menerapkan apa saja yang sudah dipelajari dari keluarganya.[8] Dan di
dalam masyarakat itu pula terdapat aturan-aturan, tradisi, adat istiadat yang juga
akan menuntun individu ke dalam sebuah budaya.
A. KESIMPULAN
Individu,
keluarga, masyarakat dan kebudayaan merupakan aspek sosial yang tidak bisa
dipisahkan dan saling melengkapi satu sama lain. Dalam membentuk eksistensi seorang
individu, individu itu harus mempunyai keluarga yang menjadi latar belakang
kehidupannya dan masyarakat sebagai latar belakang keberadaannya. Tanpa
individu, sebuah keluarga tidak akan bisa terbentuk. Di samping itu, individu
juga membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan
mencapai potensinya sebagai manusia. Lingkungan sosial yang pertama kali
dijumpai individu dalam hidupnya adalah lingkungan keluarga. Individu-individu
yang membentuk sebuah keluarga, akan menghasilkan sebuah budaya baru dalam
keluarga tersebut yang berlaku untuk semua anggota keluarganya kelak. Sorang
individu memerlukan media keluarga untuk membentuk sifat kemanusiaannya, media
masyarakat untuk mengembangkan potensi yang telah ia bentuk dalam keluarganya
dan membawa budaya yang lahir dalam keluarganya itu ke tengah-tengah
masyarakatnya.
B. SARAN
Penulis
berharap dengan adanya makalah ini, dapat memenuhi tugas mata kuliah
Antropologi dengan baik dan benar. Di sisi lain, penulis juga berharap dengan
adanya makalah ini akan bisa menjadi bahan bacaan yang baik. Baik untuk
mahasiswa maupun kalangan akademika pada khususnya. Sebagai motivasi maupun
inspiratif dalam mengembangkan kreativitasnya.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu tidak luput dari kesalahan,
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Goode,Wiliam J. (1995).
Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
Prasetya, Joko Tri.
(2011). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu. (1991). Ilmu
Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat.
(2000). Pengantar Ilmu
Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta.
[1] Abu
Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:
Rineka Cipta), hlm.23.
[2] Joko Tri
Prasetya, Ilmu Budaya Dasar,
(Jakarta: PT Rineka Cipta), hlm.36.
[3] Joko Tri
Prasetya, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta
: PT Rineka Cipta), hlm.28.
[4]
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta), hlm.179.
[5] Joko Tri
Prasetya, Ilmu Budaya Dasar,
(Jakarta: PT Rineka Cipta), hlm.35.
[6] Joko Tri
Prasetya, Ilmu Budaya Dasar,
(Jakarta: PT Rineka Cipta), hlm.35.
[7] Wiliam J
Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta:
Bumi Aksara),hlm.35.
[8] Wiliam J
Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta:
Bumi Aksara), hlm.36.
0 komentar:
Post a Comment