January 02, 2016

Hubungan Individu, Keluarga, Masyarakat, Budaya

PENGANTAR
     A.    LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk sosial berperan sebagai individu. Berperan sebagai keluarga dan masyarakat dan oleh karenanya manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok atau berorganisasi dan membutuhkan orang lain. Seorang individu untuk memperoleh suatu kebudayaan membutuhkan keluarga dan masyarakat sebagai sarana dan pembentuk kebudayaan itu sendiri. Sebelum mengetahui hubungan antara keempatnya, ada baiknya kita mengetahui pengertian individu, keluarga, masyarakat dan budaya secara singkat. Karena dari empat elemen tersebut saling berkesinambungan, pembahasan dalam makalah ini terdapat pula bab masyarakat, namun tidak menyimpang dari judul.
      B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud individu, keluarga, masyarakat dan budaya ?
2.      Bagaimana hubungan antara individu, keluarga, masyarakat dan budaya ?

PEMBAHASAN
     A.    Pengertian Individu, Keluarga, Masyarakat dan Budaya
     1.      INDIVIDU
      a.       Pengertian Individu
Kata individu berasal dari bahasa latin “individuum” yang artinya tidak terbagi. Individu merupakan unit terkecil dari pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti  bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Cotntohnya, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Anak merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil. Individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.[1]
     2.      KELUARGA
     a.       Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit kecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Keluarga berasal dari bahasa Sanskerta "kulawarga", "ras" dan "warga" yang berarti "anggota" yang berarti lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
     b.      Peran Keluarga
Keluarga merupakan salah satu faktor dalam pembentukan sifat seorang individu. Misalkan seorang anak dengan latar belakang keluarga yang tidak harmonis, yang sering melihat ayahnya memukul ibunya maka anak itu akan meniru perilaku yang dia lihat. Dia akan suka memukul teman sekolah nya, dia akan menjadi anak yang menyebalkan, suka membentak teman-temannya dan sebagainya. Keluarga yang tidak harmonis itu juga akan membuat psikologis anaknya terganggu. Dia mungkin tidak bisa diterima dalam suatu masyarakat karena sifat jelek nya atau ketidakmampuannya dalam bersosialisasi dengan masyarakat lain. Ketidakditerimanya dia di kalangan masyarakat dan minimnya bimbingan dari orang tua juga akan berpengaruh terhadap budayanya kelak. Jadi, keluarga adalah faktor yang sangat penting mengingat fungsi keluarga adalah sebagai media transmisi atas nilai, norma dan simbol yang dianut masyarakat kepada anggotanya yang baru.
     3.      MASYARAKAT
a.       Pengertian Masyarakat
Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Umumnya, masyarakat adalah kumpulan dari penduduk yang menjalani kehidupan sosial di suatu wilayah. Masyarakat dapat juga dikatakan sebagai kumpulan manusia yang hidup dalam auatu daerah tertentu, yang telah cukup lama dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka dan menuju pada tujuan yang sama.[2]
Kata society berasal dari bahasa latin “societas” yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
b.      Peran Masyarakat
Tokoh masyarakat merupakan orang yang di hormati dan yang di hormati dalam masyarakat karena memiliki kesuksesan atau kekayaan dalam kesuksesan dalam kehidupan. Ia menjadi contoh dan teladan karena pola pikirnya yang di bangun karena pengetahuan yang di dapat dalam hidupnya, dengan kekayaan intelektual dan keberhasilan yang di milikinya ia memiliki peran dalam pembangunan nasional,karena kekayaan intelektual dan kesuksesan tokoh masyarakat selalu di tunggu peranan dan pertimbangannya serta kebijakan yang di buat dalam menghadapi suatu permasalahan di masyarakat. Seorang tokoh masyarakat dalam kebudayaan mencakup seorang agama dan budayawan, seorang agamawan merupakan tokoh yang di hormati karena agama adalah suatu kepercayaan yang saat di patuhi oleh masyarakat,sedangkan budayawan di sebut tokoh masyarakat sebab budayawan memiliki ilmu tentang budaya dan mengerti sejarah budaya dan pelestariannya. Peran tersebutlah yang di gunakan untuk menyebarkan pelestariann kebudayaan dan membimbing individu menjadi seorang yang berbudaya.
    4.      BUDAYA
    a.       Pengertian Kebudayaan
Dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari budi atau akal. Menurut E.B. Tylor dalam bukunya “Primitive Culture”, kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hukum, adat istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.[3]
Menurut ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu naluri dan refleks.[4]
    
     B.     Hubungan Antara Individu, Keluarga, Masyarakat dan Budaya
     a.       Hubungan Individu dengan Keluarga
Individu dilahirkan dari keluarga, tumbuh dan berkembang untuk kemudian membentuk sendiri keluarga batinnya. Terjadi hubungan dengan ibu, ayah, dan kakak-adik. Dengan orang tua, dengan saudara-saudara kandung, terjalin relasi biologis yang disusul oleh relasi psikologis dan sosial pada umumnya. Peranan-peranan dari setiap anggota keluarga merupakan tolak ukur dari efek biologis, psikologis, dan sosial. Hal khusus oleh kebudayaan yang dibahas di lingkungan keluarga dinyatakan melalui bahasa yaitu tentang adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma, bahkan nilai-nilai agama sekalipun yang ada dalam masyarakat.
     b.      Hubungan Individu dengan Masyarakat
Manusia hidup dalam di dalam masyarakat. Hal ini bukan sekedar ketentuan semata, tapi memiliki arti yang lebih dalam. Hidup bermasyarakat itu adalah rukun bagi manusia agar benar-benar dapat mengembangkan budayanya dan mencapai kebudayaannya. Tanpa masyarakat, hidup manusia tidak dapat menunjukkan sifat-sifat kemanusiaan. Misalnya Kala dan Komala, dua anak yang ditemukan di sarang serigala di India, walau sudah dibawa masuk ke dalam kehidupan masyarakat, kondisi mereka tetap liar dan belum bisa berinteraksi dengan masyarakat di sana.
     c.       Hubungan Individu dengan Kebudayaan
Manusia dapat ditinjau dari dua segi dari sudut pandang antropologi, yaitu:
1.      Manusia sebagai makhluk biologi, dipelajari dalam ilmu biologi.
2.  Manusia sebagai makhluk sosio-budaya, yang dipelajari dalam antropologi budaya, berkesimpulan bahwa hanya manusialah yang dapat menghasilkan kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa manusia. Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar dan memahami bahasa, dengan akal budi dan struktur fisiknya dapat mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya, yang semua itu bersumber pada akal manusia.[5]
Singkatnya, hubungan antara individu dan masyarakat sangat erat. Karena hanya manusia saja yang dapat hidup bermasyarakat yaitu hidup bersama-sama dengan manusia lain.  Masyarakat merupakan satuan lingkungan sosial yang bersifat makor. Sifat makro diperoleh dari kenyataan, bahwa masyarakat pada hakikatnya terdiri dari sekian banyak komunias yang berbeda, sekaligus mencakup berbagai macam keluarga, lembaga dan individu-individu.
   d.      Hubungan Masyarakat dengan Budaya
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat. Dan eksistensi masyarakat itu hanya dapat dimungkinkan oleh adanya kebudayaan. Dalam masyarakat, individu selalu memperoleh pengetahuan baru dan kecakapan. Semakin lama, semakin banyak pengetahuan yang ditampung individu dari masyarakat yang membuatnya sebagai sumber kebudayaan. jadi, erat sekali hubungan antara masyarakat dan kebudayaan.[6]
    e.       Hubungan Individu, Keluarga, Masyarakat dan Budaya
Manusia yang memiliki hidup yang panjang dan adanya ikatan antara anggota keluarga lainnya membuat suatu keluarga dapat bertahan lama. Hal itu memberi kesempatan untuk meneruskan tradisi kebudayaan kepada seorang individu. Maksudnya, individu yang membentuk sebuah keluarga akan menghasilkan sebuah budaya baru dalam keluarga tersebut yang akan berlaku untuk semua anggota keluarganya. Seorang individu memerlukan keluarga untuk membentuk sifat kemanusiaannya.[7]
Orang tua yang berasal dari daerah yang berbeda tentunya memiliki kebudayaan yang berbeda, sehingga memang tak dapat dipungkiri jika kadangkala orang tua yang berasal dari kebudayaan yang berbeda memiliki perbadaan dalam hal kebiasaan dan cara mengasuh anak. Namun, hal tersebut bukanlah menjadi penghambat bagi orang tua dalam mengajarkan kebudayaan Indonesia pada anaknya. Justru sebaliknya, orang tua yang berasal dari kebudayaan yang berbeda dapat mengajarkan pada anak lebih banyak ragam budaya yang ada, sehingga anak memiliki referensi lebih banyak tentang kebudayaan yang ada di Indonesia. Individu membutuhkan masyarakat untuk mengembangkan potensi yang telah ia bentuk dalam keluarganya dan membawa budaya yang lahir dalam keluarganya itu ke dalam masyarakatnya. Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai individu adalah lingkungan keluarga. Sementara itu, masyarakat merupakan lingkungan sosial individu yang lebih luas. Di dalam masyarakat, individu menerapkan apa saja yang sudah dipelajari dari keluarganya.[8] Dan di dalam masyarakat itu pula terdapat aturan-aturan, tradisi, adat istiadat yang juga akan menuntun individu ke dalam sebuah budaya.
PENUTUP
     A.    KESIMPULAN
Individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan merupakan aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan dan saling melengkapi satu sama lain. Dalam membentuk eksistensi seorang individu, individu itu harus mempunyai keluarga yang menjadi latar belakang kehidupannya dan masyarakat sebagai latar belakang keberadaannya. Tanpa individu, sebuah keluarga tidak akan bisa terbentuk. Di samping itu, individu juga membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan mencapai potensinya sebagai manusia. Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai individu dalam hidupnya adalah lingkungan keluarga. Individu-individu yang membentuk sebuah keluarga, akan menghasilkan sebuah budaya baru dalam keluarga tersebut yang berlaku untuk semua anggota keluarganya kelak. Sorang individu memerlukan media keluarga untuk membentuk sifat kemanusiaannya, media masyarakat untuk mengembangkan potensi yang telah ia bentuk dalam keluarganya dan membawa budaya yang lahir dalam keluarganya itu ke tengah-tengah masyarakatnya.
     B.     SARAN
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat memenuhi tugas mata kuliah Antropologi dengan baik dan benar. Di sisi lain, penulis juga berharap dengan adanya makalah ini akan bisa menjadi bahan bacaan yang baik. Baik untuk mahasiswa maupun kalangan akademika pada khususnya. Sebagai motivasi maupun inspiratif dalam mengembangkan kreativitasnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu tidak luput dari kesalahan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Goode,Wiliam J. (1995). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
Prasetya, Joko Tri. (2011). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta :  Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu. (1991). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. (2000).  Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta.





[1] Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta), hlm.23.
[2] Joko Tri Prasetya, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta), hlm.36.
[3] Joko Tri Prasetya, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta : PT Rineka Cipta), hlm.28.
[4] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta), hlm.179.
[5] Joko Tri Prasetya, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta), hlm.35.
[6] Joko Tri Prasetya, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta), hlm.35.
[7] Wiliam J Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara),hlm.35.
[8] Wiliam J Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara), hlm.36.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates