Pengembangan Dakwah
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Manajemen dakwah adalah suatu proses untuk
merencanakan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan
tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu dan kemudian
menggerakkannya ke arah pencapaian tujuan dakwah .[1]
Diawal sudah dibahas mengenai perencanaan dakwah, pengorganisasian
dakwah,pergerakan dakwah,pengendalian dan evaluasi dakwah,sumber daya manusia
dalam manajemen dakwah serta kepemimpinan dalam manajemen dakwah,dalam
kesempatan ini akan dibahas mengenai pengembangan dan peningkatan pelaksanaan
dakwah.
Peningkatan dan pengembangan pelaksanaan dakwah dilakukan setelah diadakan penelitian dan
penilaian terhadap jalannya proses dakwah. Dalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai pengembangan dan peningkatan pelaksanaan dakwah.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan pada latar belakang latar belakang
diatas maka rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah
pengertian pengembangan dakwah?
b. Apakah
prinsip-prinsip pengembangan dakwah?
PEMBAHASAN
A. Pengembangan
Dakwah
Pengembangan
(developing) merupakan salah
satu perilaku manajerial yang meliputi pelatihan (couching) yang digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan
seseorang dan memudahkan penyesuaian terhadap pekerjaan dan kemajuan kariernya.
Proses pengembangan ini didasarkan atas usaha untuk mengembangkan sebuah
kesadaran,kemauan,keahlian serta keterampilanpara elemen dakwah agar proses
dakwah berjalan secara efektif dan efisien.[2]
Rasulullah selalu mendorong umatnya untuk selalu
meningkatkan kualitas,cara kerja,dan sarana hidup,serta memaksimalkan potensi
sumber daya alam semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surat al-Jaatsiyah :13, yanh kurang lebih artinya :
“Dan
dia menundukkan untuk mu apa yang ada di langit dan apa yang ada semua di bumi,
(sebagai rahmad) dari pada-Nya. Sebenarnya yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
Dalam dunia manajemen,proses pengembangan (organization delevopment) merupakan
sebuah usaha jangka panjang yang didukung oleh manajemen puncak untuk
memperbaiki proses pemecahan masalah dan pembaruan organisasi. Secara
individual proses pengembangan yang
berorientasi kepada perilaku para da’i memiliki beberapa keuntungan potensial
dalam proses pergerakan dakwah khususnya bagi para pemimpin dakwah. Diantara
keuntungan-keuntungan tersebut antara lain adalah:
a. Terciptanya
hubungan kerja sama yang bersifat mutualisme antara seorang manajer atau
pemimpin dakwah serta para anggota lainnya.
b. Dapat
mengidentifikasi dan menyiapkan orang untuk mengisi posisi-posisi tertentu
dengan rasa tanggung jawab yang lebih besar dalam organisasi.
c. Dapat
memberikan suatu rasa kepuasan karena membantu anggotanya untuk tumbuh dan
berkembang.[3]
B. Prinsip-prinsip
Pengembangan Dakwah
Dalam sebuah proses pengembangan terdapat beberapa
prinsip yang akan membawa kearah pengembangan dakwah. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain adalah:
a. Mengidentifikasi
kebutuhan akan pelatihan
Proses pengembangan keterampilan da’i bertujuan
untuk menentukan apa yang mereka ketahui dan apa yang harus mereka ketahui
dalam menyiapkan mereka untuk terjun langsung ke objek dakwah. Kebutuhan akan
lebih banyak pelatihan dapat diidentifikasi pada perbedaan antara keterampilan
yang dimiliki sekarang dengan keterampilan yang dibutuhkan,yaitu dengan
melakukan analisis terhadap kinerja para da’i.
b. Membantu
rasa percaya diri da’i
Melatih (coach)[4]
akan lebih berhasil jika da’i merasa yakin bahwa ia akan berhasil
mempelajari suatu keterampilan. Dalam hal ini manajer dakwah harus memberikan
peluang yang cukup bagi para da’i untuk
memperoleh kemajuan dan keberhasilan dalam menguasai materi keterampilan,oleh
karena itu dibutuhkan sebuah kesabaran.
c. Membuat
penjelasan yang berarti
Dalam proses peningkatan pemahaman serta daya ingat
selama pelatihan harus dibangun atas dasar pengetahuan. Pada saat menjelaskan
sebuah prosedur maka harus diupayakan untuk menggunakan bahasa yang
jelas,lugas,dan menghindari instruksi yang kontradiktif. Dengan demikian penjelasan
dapat diterima sesuai dengan pemahaman yang dimiliki.
d. Membuat
uraian pelatihan untuk memudahkan dalam pembelajaran
Jika diadakan pelatihan formal atau pun nonformal,
maka sebelum mengajarkan suatu pengetahuan harus dijelaskan terlebih dahulu
mengenai prosedur keterampilan yang akan diajarkan. Selain hal tersebut dalam
penyampaian teori harus diusahakan untuk memberikan teori-teori yang mudah
terlebih dahulu,kemudian setelah itu baru teori-teori yang lebih kompleks.
e. Member
kesempatan untuk berpraktik secara umpan balik
Setelah semua materi diberikan, maka sehendaknya
memberikan kesempatan untuk mempraktekkan atau mendemonstrasikan materi-materi
yang telah disampaikan. Ketika mempraktekkan maka instruktur harus mampu
mengkondisikan keadaan. Apabila terjadi kesalahan dalam mempraktekkan materi
tersebut maka instruktur harus mampu membenarkan dan menyakinkan para da’i
bahwa kesalahan-kesalahan itu merupakan sebuah proses pengalaman belajar bukan
suatu kegagalan pribadi. Memberikan aplaus[5]
atas kemajuan da’I juga merupakan sebuah sugesti bagi nya akan sebuah
keberhasilan.
f. Memeriksa
apakah program pelatihan itu berhasil
Langkah terpenting dalam program pengembangan adalah
dengan meninjau atau memeriksa kembali, apakah keterampilan dan pengetahuan
yang ditargetkan telah berhasil dipelajari. Indikator keberhasilannya adalah
dengan membuat standar bahwa proses keberhasilan itu dapat diukur dengan
melakukan sebuah praktik yang kemudian disesaikan dengan teori yang telah
diberikan.
g. Mendorong
aplikasi dari keterampilan dalam kerja dakwah
Setelah dilakukan proses pelatihan kepada para
da’I,maka langkah penting selanjutnya bagi para manajer dakwah adalah
mengaplikasikan beberapa prinsip serta prosedur dalam pemecahan masalah-masalah
actual yang berhubunagan dengan kerja dakwah.[6]
Setelah kita mengetahui
prinsip-prinsip dalam pengembangan dakwah,agar para da’i dapat menterjemahkan
bakat dari kreativitas mereka menjadi sebuah hasil maka untuk meningkatkan daya
kreativitas dan kemampuan para anggota nya setidaknya para pemimpin dakwa harus
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Menghasilkan
sebuah ide
Dalam sebuah organisasi menghasilkan sebuah ide
sangat tergantung pada manusia dan arus informasi antara organisasi dan
lingkungannya.
b) Mengembangkan
ide
Dalam proses pengembangan ide dirangsang dengan
konteks eksternal,dan pengembangan ide dalam organisasi ini sangat tergantung
pada budaya organisasi dan proses organisasi dakwah itu sendiri.
c) Iplementasi
Iplementasi
merupakan sebuah proses kreatif organisasi,dimana terdiri dari langkah-langkah
pengembangan yang dapat membantu dalam pemecahan serta menciptakan tindakan
atau kegiatan kreatif dakwah.
Para pelaku dakwah akan banyak menghabiskan waktunya
dalam organisasi untuk membuat strategi masa depan yang mantap. Hal ini
berarti, bahawa elemen kunci kemajuan lembaga dakwah terletak pada perkembangan
para anggotanya.[7]
Pendidikan dan
pelatihan untuk para da’i sangat penting dan efektif dalam organisasi dakwah.
Namun usaha ini masih sedikit yang melakukan. Lemahnya pengembangan da’i ini
disebabkan oleh beberapa faktor,diantara nya adalah:
1. Pertumbuhan
profesionalitas dianggap sebagai tanggung jawab andividu da’i. Masing-masing
da’i dituntut untuk tetap adaptif dengan belajar secara autodidak.
2. In servis education (
program pendidikan lanjut untuk para praktisi dakwah ). Ini dapat
dilakukan dengan menyekolahkan mereka
sesuai dengan disiplin dan keahlian mereka pada instansi yang terkait.
3. Materi
yang ada secara teoretis harus relevan dengan aktivatas dakwah sesuai dengan
kehidupan umat. Artinya materi dakwah harus dapat merefleksikan sebuah inovasi
dakwah yang efektif serta proses perubahan yang direncanakan (planned change) dalam sebuah organisasi.[8]
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh pemimpin dakwahuntuk mengembangkan kemampuan para da’i, diantaranya
adalah:
a. Pemimpin
dakwa harus memiliki waktu yang cukup untuk melakukan perencanaan dan pelatihan
b. Menghadiri
program pelatihan dakwah tersendiri
c. Menyediakan
recources, bantuan logistik, serta
prasarana lainnya
d. Membuat
kebijakan-kebijakan untuk mengenali dan menghargai individu-individu yang ingin
berkembang.
Akan tetapi cara terpenting yang harus dilakukan
adalah seorang pemimpin dakwah harus menjadi figure yang selalu
kreatif,inovatif dan berusaha untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang kemudian dibuktikan secara aktualdalam memimpin organisasi dakwah.
Peningkatan dan penyempurnaan terhadap proses dakwah
dapat dilakukan setelah diadakan penelitian dan penilaian terhadap jalannya
proses dakwah secara menyeluruh setelah suatu proses usaha selesai.[9]
Misalnya suatu rencana dakwah ditetapkan untuk
jangka waktu lima tahun,maka pada akhir jangka waktu tersebut,pemimpin dakwah
perlu melakukan penelitian dan penilaian terhadap jalannya proses dakwah secara
menyeluruh. Melalui penelitian dan penilaian tersebut maka dapat diketahui
kelemahan dan kelebihan yang ada. Dengan data yang telah diperoleh maka
pemimpin dakwah dapat memperbaiki dakwah diperiode selanjutnya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa Pengembangan
(developing) merupakan salah
satu perilaku manajerial yang meliputi pelatihan (couching) yang digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan
keterampilan seseorang dan memudahkan penyesuaian terhadap pekerjaan dan
kemajuan kariernya.
Setidaknya ada tujuh
prinsip yang dapat dilakukan untu meningkatkan dan mengembangkan pelaksanaan
dakwah diantaranya yaitu:
1) Mengidentifikasi
kebutuhan akan pelatihan
2) Membantu
rasa percaya diri da’i
3) Membuat
penjelasan yang berarti
4) Membuat
uraian pelatihan untuk memudahkan dalam pembelajaran
5) Member
kesempatan untuk berpraktik secara umpan balik
6) Memeriksa
apakah program pelatihan itu berhasil
7) Mendorong
aplikasi dari keterampilan dalam kerja dakwah
Peningkatan dan
penyempurnaan terhadap proses dakwah dapat dilakukan setelah diadakan
penelitian dan penilaian terhadap jalannya proses dakwah secara menyeluruh
setelah suatu proses usaha selesai.
Untuk lebih
meningkatkan penyelenggaraan dakwah, terutama dalam menghadapi perubahan
masyarakat yang sangat pesat dan kompleks, para pelaku dakwah terutama
pimpinannya perlu meningkatkan kemampuan manajemennya.Sehingga penyelenggaraan
dakwah dapat berjalan secara efektif dan efisien.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kriteria sempurna. Untuk itu pemakalah mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pembuatan makalah
yang selanjutnya. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Munir ,Muhammad dan Wahyu Ilaihi.Manajemen Dakwa., ( Jakarta : Kencana
Prenada Media Group. 2006).
Shaleh,Abd.Rosyad
.Manajemen Da’wah Isla., ( Jakarta :
Bulan Bintang. 1993).
[1] Abd.Rosyad Shaleh, Manajemen
Da’wah Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1993), hlm.34
[2] Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi,
Manajemen Dakwah, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006),hlm.243
[3] Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi,
Manajemen Dakwah, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006),hlm.244.
[4] Coaching secara harfiah,
berarti latihan atau kegiatan latihan untuk mempertinggi keterampilan dan
kemampuan anggota organisasi.
[5] Merupakan sebuah bentuk
pengakuan yang memperlihatkan apresiasi kepada orang lain untuk kinerja yang telah dilakukan, keberhasilan
yang memadai,serta kontribusi yang penting bagi kemajuan organisasi.
[6] Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi,
Manajemen Dakwah, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2006),hlm.245-247.
[7] Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi,
Manajemen Dakwah, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006),hlm.248-249.
[8] Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi,
Manajemen Dakwah, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2006),hlm.250-251.
[9] Abd.Rosyad Shaleh, Manajemen
Da’wah Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1993), hlm.150.
0 komentar:
Post a Comment