September 02, 2014

Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Dakwah

I.         PENDAHULUAN
Pada dasarnya tidak ada sistem informasi yang sempurna untuk masa yang terhingga. Adanya keperluan-keperluan baru, pertumbuhan organisasi/usaha, perkembangan teknologi, dan pengaruh luar lain mengharuskan adanya usaha pengembangan sistem informasi baru untuk mengimbangi dinamika organisasi dimana sistem informasi yang ditetapkan.
Kenyataan ini mengakibatkan setiap sistem perlu dirubah pada masa selanjutnya. Proses pengembangan sistem informasi melewati beberapa tahapan mulai sistem itu direncanakan sampai diimplementasikan, hingga suatu saat perlu dikembangkan kembali sistem yang baru. Siklus demikian merupakan suatu daur hidup pengembangan sistem informasi yang merupakkan suatu bentuk yang digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah didalam tahapan tersebut untuk proses pengembangannya.[1]
II.       RUMUSAN MASALAH
A.       Bagaimana Penerapan Pengembangan Sistem Informasi Pada Organisasi Dakwah?
B.       Bagaimana tahapan pengembangan SIM D?
C.       Bagaimana pendekatan pengembangan SIM D?
D.       Apa saja metode pengembangan SIM D?
III.   PEMBAHASAN
A.  Penerapan Pengembangan Sistem Informasi Pada Organisasi Dakwah
Pengembangan sistem merupakan penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
Tiga sasaran utama dalam penerapan system informasi dalam suatu organisasi. Pertama, memperbaiki efesiensi kerja dengan melakukan otomasi berbagai proses yang mengelola informatkan asi. Kedua, meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaska kebutuhan informasi guna pengambilan kputusan. Ketiga, memperbaiki daya saing atau meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis.
Ketiga sasaran tersebut dapat tercapai secara optimal apabila adanya jaminan keselarasan antara strategi sisitem informasi dengan strategi bisnis organisasi, dimana nantinya strategi bisnis skan memberikan arahan terhadap tercapainya suatu goal organisasi, dan strategi system informasi akan memberikan dukungan terhadap pencapaian goal organisasi melalui penyiapan infrastruktur teknologi informasi yang sesuai dengan teknologi bisnis organisasi untuk menentukan strategi sisitem informasi yang dapat mendukung pencapaian visi dan misi organisasi, maka perlu pemahaman tentang strategi bisnis organisasi melalui perencanaan strategi Bisnis dan stategi system informasi perencanaanformasi, metodologi Ward-peppar.
Namun sering ditemukan bahwa penerapan TI kurang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja dan kesuksesan bisnis organisasi maupun peningkatan daya saing organisasi. Hal tersebut terjadi akibat penerapan SI/TI yang hanya berfokus pada teknologinya saja. Oleh karena itu, cara efektif untuk mendapatkan manfaat strategis dari penerapan SI/TI adalah dengan berkonsentrasi pada kaji ulang bisnis (rethinking business) melalui analisis masalah bisnis saat ini dan perubahan lingkungannya serta mempertimbangkan TI sebagai bagian solusi.
Permasalahan di dalam penerapan SI/TI pada suatu organisasi dapat dikatakan sebagai paradoks produktivitas. Dimana didalam penerapan SI/TI sudah diimplementasikan secara baik, namun dari sisi lain seperti halnya keamanan, sumber daya manusia, transparansi, dan lain-lain bersifat sebaliknya.Sebagai contoh Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menginvestasikan sedikitnya Rp. 200 milyar untuk pengadaaan perangkat dan aplikasi SI/TI dengan harapan agar penghitungan suara hasil pemilu dapat berjalan dengan cepat, akurat dan transparan.[2]
B.  Tahapan Pengembangan SIM D
Pengembangan sistem informasi manajemen Dakwah terdiri dari 5 tahapan adalah sebagai berikut :
1.    Perencanaan Sistem
Dalam fase perencanaan sistem dibentuk suatu struktur kerja strategis yang luas dan pandangan sistem informasi baru yang jelas akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pemakai informasi. Selama fase perencanaan sistem, harus dipertimbangkan :
a.         Faktor – faktor kelayakan yang berkaitan dengan kemungkinan berhasilnya sistem informasi yang dikembangkan dan digunakan.
b.         Faktor – faktor strategis yang berkaitan dengan pendukung sistem informasi dari sasaran bisnis dipertimbangkan untuk setiap proyek yang diusulkan. Nilai-nilai yang dihasilkan dievaluasi untuk menentukan proyek sistem mana yang akan menerima prioritas yang tertinggi.
Perencanaan sistem merupakan tahap paling awal yang memberikan pedoman dalam melakukan langkah selanjutnya. Tahap perencanaan sistem meliputi kegiatan sebagai berikut:
a.         Mengenali masalah
b.         Menentukan masalah
c.         Menentukan tujuan
d.        Mengenali kendala
e.         Studi kelayakan
f.          Laporan ke manajemen
Tahap perencanan sistem menguraikan mengenai proses bisnis yang dirumuskan dan kemudian diidentifikasi produk dan sumber daya yang ada serta daur hidupnya.[3]
2.    Analisis Sistem
Analisis sistem (system analysis) merupakan tahap setelah perencanaan sistem sebelum perancangan sistem. Analisis sistem sangat menentukan keberhasilan pengembangan sistem informasi, karena kesalahan dalam tahap ini akan mempengaruhi langkah pengembangan sistem selanjutnya. Bagan alir sistem akan digambarkan dalam tahap ini sebagai alat komunikasi antar analis sistem dan pemakai, serta personil yang terlibat di dalam tim. Tahap analisis sistem meliputi kegiatan sebagai berikut :         
a.         Menentukan kebutuhan informasi
b.         Menentukan kriteria kinerja sistem
c.         Laporan ke manajemen
3.    Desain/Perancangan sistem
Fase perancangan sistem secara detail menyediakan spesifikasi untuk perancangan secara konseptual. Pada fase ini semua komponen dirancang dan dijelaskan secara detail. Perencanaan output (layout) dirancang untuk semua layar, form-form tertentu dan laporan-laporan yang dicetak. Semua output direview dan disetujui oleh pemakai dan didokumentasikan. Semua input ditentukan dan format input baik untuk layar dan form-form biasa direview dan disetujui oleh pemakai dan didokumentasikan.
Berdasarkan perancangan output dan input, proses-proses dirancang untuk mengubah input menjadi output. Transaksi-transaksi dicatat dan dimasukkan secara online atau batch. Macam-macam model dikembangkan untuk mengubah data menjadi informasi. Prosedur ditulis untuk membimbing pemakai dan personil operasi agar dapat bekerja dengan sistem yang sedang dikembangkan.
Database dirancang untuk menyimpan dan mengakses data. Kendali-kendali yang dibutuhkan untuk melindungi sistem baru dari macam-macam ancaman dan error ditentukan. Pada beberapa proyek sistem, teknologi baru dan berbeda dibutuhkan untuk merancang kemampuan tambahan macam-macam komputer, peralatan dan jaringan telekomunikasi.
Pada akhir fase ini, laporan rancangan sistem secara detail dihasilkan. Laporan ini mungkin berisi beribu-ribu dokumen dengan semua spesifikasi untuk masing-masing rancangan sistem yang terintegrasi menjadi satu kesatuan. Laporan ini dapat juga dijadikan sebagai buku pedoman yang lengkap untuk merancang, membuat kode dan menguji sistem; instalasi peralatan; pelatihan; dan tugas-tugas implementasi lainnya.
4.    Implementasi Sistem
Sistem baru/ sistem lama yang telah dimodifikasi selanjutnya diinstal/ dijalankan pada organisasi. Tahapan ini merupakan tahap yang paling penting dalam pembangunan atau pengembangan sebuah sistem, dimulai setelah sebelumnya sistem tersebut dicoba dan distujui oleh pengguna.
Secara detail, beberapa hal yang terdapat dalam tahap implementasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Akuisisi perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan
Yaitu penambahan atau pengadaan perangkat keras maupun lunak serta layanan untuk mendukung system baru. Akuisisi perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan ini disesuaikan kebutuhan. Dengan adanya akuisisi, diharapkan system nantinya akan memiliki fungsi dan kemampuan yang optimal dalam operasi.
b.    Pembangunan atau modifikasi (pengembangan) perangkat lunak
Organisasi dapat membangun atau mengembangkan perangkat lunak sendiri, selain itu dapat membeli atau menyewa dari pihak lain (developer).
c.    Pelatihan atau user
System yang diterapkan dalam sebuah organisasi merupakan system yang baru dibangun atau dikembangkan.
d.   Dokumentasi system
Bertujuan untuk mempermudah dalam penggunaan system tersebut.dokumentasi system dilakukan dalam bentuk dokumentasi system secara teknis (menjelaskan karakteristik perangkat keras, lunak, fasilitas,utilitas, logical model, dan segala hal yang mendukung secara teknis system tersebut) serta petunjuk penggunaan atau pengoprasian (operasional) system secara detail (panduan penggunaan).
e.    Konveresi system
Yaitu penerapan dari system lama ke system baru. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan system baru adalah bagaimana caranya agar perubahan system dapat dilakukan secara tepat dan tidak mengganggukelancaran aktivitas organisasi. Konversi atau penerapan system baru dalam organisasi dapat dilakukan dengan cara:
1)        Pararel, yaitu dengan menerapkan system baru, akan tetapi system lama masih dijalankan hingga waktu tertentu dimana system baru tersebut secara total dapat diterima dan diaplikasikan dan system lama dapat ditinggalkan.
2)        Pilot (percontohan), konversi system ini yaitu dengan melakukan penerapan system pada subunit organisasi sebagi objek percontohan (pilot) system yang baru.
3)        Phased (bertahap), konversi model ini hampir sama dengan pilot, karena pada awalnya system baru diterapkan pada sebagian kecil unit organisasi yang ada, selanjutnya secara bertahap system lama akan digantikan system baru.
4)        Plunge, konversi system dengan cara ini menggantikan system lama dalam organisasi tersebut dengan system yang baru secara langsung (direct cut over) dan total untuk semua unit yang ada diorganisasi. Pergantian system tidak dilakukan secara bertahap. [4]
5.    Penggunaan/Review/Evaluasi Sistem
Penggunaan/ review/ evaluasi system merupakan tahap terakhir dalam pengembangan sistem berupa penggunaan/ operasi hasil implementasi system. Penggunaan/ review/evaluasi system meliputi kegian sebagai berikut:

a.    Operasional system
b.    Evaluasi system
c.    Memelihara system
d.   Mempertahankan kinerja system
e.    Meningkatkan kinerja system
f.     Laporan kemenejemen[5]
C.  Pendekatan Pengembangan SIM D
a.         Pendekatan klasik vs pendekatan terstruktur
Pendekatan klasik menekankan behwa pengembangan suatu system informasi akan berhasil apabila mengikuti tahapan ssuai daur hidup pengembangan system. Namun pada kenyataannya tidaklah cukup karena pendekatan tidak memberikan pedoman lebih lanjut tentang bagaimana melakukan tahapan’tersebut dengan terinci.
Pendekatan pengembangan system muncul karena pendekatan klasik menemui beberapa kelemahan, diantaranya adalah sebagi berkut:
1)   Pengembangan perangkat lunak menjadi sulit
2)   Biaya pemeliharaan system menjadi lebih mahal
3)   Kemungkinan kesalahan cukup besar
4)   Keberhasilan system kurang terjamin
5)   Masalah-masalah dalam penerapan system
b.    Pendekatan sepotong vs pendekatan system
Pendekatan seotong merupakan pengembangan system yang menekankan pada suatu kegiatan atau aplikasi tertentu saja. Pada pendekatan ini pendekatan atau aplikasi yang dipilih, yang dikembangkan tanpa memperhatikan posisinya dalam system informasi atau tanpa sasaan keseluruhan dari organisasi.pendekatan ini hanya memerhatikan sasaran dari kegiatan atau aplikasi itu saja.
Pendekatan system merupakan pendekatan pengembangan system yang memerhatikan system informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi untuk masing-masing kegiatan atau aplikasinya. Pendekatan ini juga menekankan ada pencapaian sasaran keseluruhan dari organisasi.
D.  Metode Pengembangan SIM D
Pengembangan system dilakukan dengan menggunakan metode system development life cycle (SDLC), atau dapat juga dilakukan dengan pendekatan prototyping.
1)      System development life cycle (SDLC)
Pengembangan system dapat dilakukan dengan 3 cara: pertama, dikembangkan secara mandiri (in house development); kedua, dikembangkan oleh pihak lain(outsourcing development) dan katiga membeli produk jadi.
System development life cycle (SDLC) merupakan sebuah metodologi dalam pembangunan tau pengembangan system. system development life cycle memberikan kerangka kerja yang konsisten terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembangunan dan pengembangan system. Metodologi sdlc  dimulai dengan ide-ide dari pengguna melalui study kelayakan analisis dan desain system, pemrograman, pilot testing, implementasi, dan analisis setelah diimplementasikan (evaluasi).
Beberapa ahli sistem informasi menyatakan bahwa sdlc merupakan pengembangan system secara tradisional dan memiliki beberapa tahapan. Langkah-lankah dalam metodologi sdlc adalah :
a)        mengevaluasi system yang ada
b)        mendefinisikan kebutuhan system baru anga akan dibutuhkan
c)        mendesai system yang diusulkan
d)       pengembangan system yang baru
e)        penggunaan system yang baru
f)         evaluasi harus dilakukan terhadap system informasi baru yang telah atau sedang berjalan.
2)      Prototyping
Proses pembangunan atau pembangunan system informasi dapat dilakukan dengan pendekatan Prototyping . Prototyping  merupakan pembuatan model system prototype yang pembangunan atau pengembangannya dapat dilakukan dengan cepat. Prototyping  mengakibatkan proses pembangunan atau pengembangan lebih cepat dan mudah.
Tujuan utama Prototyping adalah melibatkan pengguna dalam mendesain system dan merespon umpan balik dari pengguna pada tahap awal pembangunan atau pengembangan system akibatnya, waktu dan biaya dapat dihemat. Prototyping memberikan cara untuk membanguan system yang lebih efektif dan efisien untuk memperbaiki dan mengoptimalkan system melalui diskusi, eksplorasi, percobaan, perbaikan secara berulang-ulang.
Prototyping disebut sebagai pengembangan system secara evolusioner (evoliutionary development) atau sering kali juga disebut sebagai Rapid Application Design (rad), karena hal terpenting adalah bagaimana menghasilkan system secara cepat dan dapat ditunjukan kepeda pengguna untuk dicoba.
Prototyping juga memiliki kelemahan. Analisis system kemungkinan besar tidak membuat dokumentasi formal untuk programmer selama Prototyping berlangsung. Hal ini sangat berbeda dengan pengembangan sissten yang menggunakan metode konvensional sdlc. Jika orang yang berkompeten dbidang TI pada organisasi tersebut tudak mengikuti proses Prototyping, maka akan kesulitan dalam pemeliharaan system dikemudian hari karena dokumentasi sstem yanga ada kurang memadai. Kelemahan lain adalah, setelah pembuatan prototype selesai, kemungkinan pengguna tidak mengerti tambanhan lain yang diperlukan agar system tsersebut sesuai dengan standar atau kemauan organisasi.

IV.   PENUTUP
A.  Kesimpulan
Tiga sasaran utama dalam penerapan system informasi dalam suatu organisasi. Pertama, memperbaiki efesiensi kerja dengan melakukan otomasi berbagai proses yang mengelola informatkan asi. Kedua, meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaska kebutuhan informasi guna pengambilan kputusan. Ketiga, memperbaiki daya saing atau meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis.
Pengembangan sistem informasi manajemen Dakwah terdiri dari 5 tahapan yaitu perencanaan sistem, analisis sistem, desain/perancangan sistem, implementasi sistem, Penggunaan/Review/Evaluasi Sistem.
Pendekatan pengembangan sistem manajemen dakwah yaitu pendekatan klasik vs pendekatan terstruktur, Pendekatan sepotong vs pendekatan system.
Pengembangan system dilakukan dengan menggunakan metode system development life cycle (SDLC), atau dapat juga dilakukan dengan pendekatan prototyping.

B.  Saran
Demikian yang dapat pemakalah sampaikan, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Sehingga pemakalah mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat dan menambah pengetahuan kita. Amiin…
DAFTAR PUSTAKA

Marimin m.sc. dkk, system informasi manajemen (sumber daya manusia), Jakarta:grasindo.
Sutanta, Edhy. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu.



[1] Edhy Sutanta, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2003). Hal. 119
[2] http://jakabillal.blogspot.co.id/2011/09/makalah-sistem-komunikasi-manajemen.html. Diakses pada tanggal 29 September 2015 pukul 14.00 WIB
[3] Edhy Sutanta, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2003,.... hal. 123
[4] Prof. dr. ir. Marimin m.sc. dkk, System Informasi Manajemen (Sumber Daya Manusia), (Jakarta:Grasindo). Hal. 100.
[5] Edhy Sutanta, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2003 ). Hal 123

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates