November 02, 2014

Behaviorism

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Teori behaviorisme adalah salah satu aliran psikologi utama pada abad kedua puluh  yang walau di kemudian hari muncul berbagai aliran baru sebagai reaksi terhadap teori ini. Psikologi behaviorisme awalnya timbul di Rusia namun dipopulerkan di Amerika Serikat oleh John Buardus Watson, salah satu tokoh behaviorisme. Behaviorisme artinya serba tingkah laku maka psikologi behaviorisme dapat disebut dengan psikologi tingkah laku yang menekankan pada tingkah laku dan didasarkan pada ajaran materialisme. Behaviorisme beranggapan bahwa semua objek ilmu jiwa harus dapat diamati dan dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati.







RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana perilaku teori behaviorisme menurut para ahli ?
2.    Apa saja eksperimen yang mendukung teori behaviorisme ?
3.    Apa saja teori penting yang dihasilkan oleh kelompok behaviorisme ?

TUJUAN MASALAH
1.      Untuk mengetahui perilaku teori behaviorisme menurut para ahli.
2.      Untuk mengetahui eksperimen yang mendukung teori behaviorisme.
3.      Untuk mengetahui teori penting yang dihasilkan oleh kelompok behaviorisme.




















PEMBAHASAN

PERILAKU TEORI BEHAVIORISME MENURUT AHLI
1.             J. B. WATSON
Perilaku menurut Watson memiliki 3 ciri penting, yaitu :
a.       Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen-elemen atau bangunan perilaku.
b.      Menekankan pada perilaku yang dipelajari daripada perilaku yang tidak dipelajari.
c.       Ciri ketiga dari behaviorisme difokuskan pada binatang. Menurut Watson, tidak ada perbedaan esensial antara perilaku manusia dan perilaku bbinatang dan bahwa kita dapat belajar banyak dari perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.[1]

2.             B.F. SKINNER
Perilaku menurut Skinner membagi perilaku menjadi 2, yaitu :
a.         Perilaku alami (innate behavior), juga disebut sebagai respondent behavior yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas.
b.         Perilaku operan (operant behavior), adalah perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang berupa penguatan, tetapi hanya semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.
Perilaku operan belum tentu didahului oleh stimulus dari luar. Dalam penelitiannya B. F. Skinner ada pada kondisioning operan. Menurut Skinner perilaku itu merupakan rangkaian perilaku-perilaku yang lebih kecil atau sederhana. Misalnya untuk datang ke sekolah tidak terlambat, maka merupakan rangakian perilaku perilaku bangun lebih pagi, mandi lebih pagi, dan seterusnya. Karena itu untuk membentuk perilaku baru, perlu perilaku tersebut dianalisis menjadi perilaku-perilaku yang lebih kecil dan juga dianalisis mengenai reward yang akan digunakannya, yang pada akhirnya reward hanya akan diberikan pada perilaku yang ingin dibentuk. Misalnya untuk membentuk perilaku tidak terlambat sekolah. Anak bangun lebih pagi, diberi hadiah atau reward. Apabila telah terbentuk perilaku bangun pagi, kemudian hadiah diberikan setelah anak mandi. Apabila anak mandi lebih pagi telah terbentuk, maka hadiah diberikan pada perilaku berikutnya yang akan dibentuk, demikian seterusnya yang pada akhirnya hadiah hanya diberikan kalau perilaku yang ingin dibentuk itu telah terbentuk, misalnya anak tidak datang terlambat ke sekolah. Ini disebut dengan metode shaping dari Skinner.

3.             I. P. PAPLOV
Perilaku menurut Paplov dibedakan atas :
a.       Perilaku yang bersifat refleksif, yaitu perilaku organisme yang tidak disadari oleh organisme yang bersangkutan. Organisme membuat respons tanpa disadari sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
b.      Perilaku yang disadari, yaitu perilaku atas kesadaran oragisme itu sendiri. Hal ini merupakan respons dari kemauan berdasarkan stimulus yang diterima.[2]







EKSPERIMEN YANG MENDUKUNG TEORI BEHAVIORISME

A.                IVAN PETROVICH PAPLOV (Paplov’s dog)

Paplov menggunakan seekor anjing untuk percobaannya. Sebelumnya, anjing percobaan dioperasi terlebih dahulu agar jika anjing tersebut mengeluarkan air liur, liur itu dapat ditampung di tempat yang disediakan.
a.                   Sebelum pengkondisian 1
Dalam percobaannya, anjing dibiarkan lapar dan dimasukkan ke dalam kandang dan dikondisikan agar anjing dapat melihat perangsang (makanan) yang terdapat di luar kandang.  Hasilnya, anjing tersebut mengeluarkan air liur yang kemudian ditampung. Menurut Paplov, hal ini merupakan respon yang alami dan refleksif yang disebut sebagai  unconditioned response (UCR).
b.                  Sebelum pengkondisian 2
Percobaan ini menggunakan bel sebagai unconditioned stimulus (UCS). Ketika bel tersebut dibunyikan, yang terjadi adalah telinga anjing bergerak yang merupakan respon alami sebagai unconditioned response (UCR).
c.                   Saat pengkondisian
Langkah ini menggunakan bel dan makanan. Anjing itu akan mendengar suara bel dan melihat makanan pada saat yang sama. Percobaan ini diujikan berulang-ulang. Hasilnya setelah anjing menggerakkan telinganya, air liur anjing keluar .
d.                  Setelah pengkondisian
Langkah percobaan ini menghilangkan makanan sebagai perangsangnya. Ketika sebuah bel dibunyikan, air liur anjing tetap keluar walaupun tidak ada makanan disana.

Dari ekspermen ini, hasil akhirnya adalah perilaku yang diteliti Paplov tersebut membuktikan bahwa perilaku tersebut dapat dibentuk dengan cara memberikan conditioned stimulus (CS) bersamaan atau sebelum diberikan stimulus yang alami (UCS) secara berulang-ulang hingga pada akhirnya akan terbentuk conditioned response (CR) yaitu keluarnya air liur walaupun tidak ada makanan.[3]

B.                 BURRHUS FREDERICK SKINNER (Skinner Box)
B.1. Tikus       
Setelah dimasukkan ke dalam kotak, tikus tersebut mengeksplorasi kotak dengan berlari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Tingkah laku tikus yang demikian disebut dengan  emmited behavior  (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa memedulikan stimulus tertentu. Sampai tikus secara tak sengaja menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.
Butir-butir makanan yang muncul merupakan reinforce bagi tikus yang disebut dengan tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi reinforcement, yaitu penguatan berupa butiran-butiran makanan kedalam wadah makanan.

B.2. Merpati

Seekor burung merpati dimasukkan kedalam kotak skinner yang kedap suara. Salah satu sisi dinding kotak terdapat bintik yang akan mengeluarkan cahaya merah jika dipatuk dan kemudian keluar makanan (reinforcement).[4]
Unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk-bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
C.                 JOHN BUARDUS WATSON
Eksperimen Watson yang paling terkenal adalah “The Little Albert” yaitu percobaannya terhadap seorang bayi sebelas bulan bernama Albert. Watson dan Rosalie Rayner, istrinya dengan menggunakan tikus putih dan gong. Pada permulaan eksperimen, Albert tidak takut pada tikus putih tersebut bahkan dia berusaha ingin memegangnya. Kemudian di suatu waktu ketika Albert hendak memegang tikus, ditabuhlah gong yang mengagetkan Albert dan membuatnya takut sekaligus takut kepada tikusnya. Penabuhan gong ini dilakukan berulang-ulang. Pada akhir eksperimen, ketika tikus didekatkan pada Albert walau tidak ada penabuhan gong, Albert ketakutan, menangis dan mencoba merangkak menjauhi tikus. Eksperimen ini dapat dilihat DISINI 

D.                EDWARD LEE THORNDIKE (Trial and Error)
Percobaan Thorndike  menggunakan kucing yang diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dimana terdapat pintu yang dapat membuka jika kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Pada mulanya kucing itu berputar, mencakar dan akhirnya secara tidak sengaja menyentuh kenop pembuka pintu. Setelah percobaan ini diuji berulang-ulang, ternyata waktu yang diperlukan kucing untuk membebaskan diri semakin cepat. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat kesalahan.[5]

TEORI PENTING YANG DIHASILKAN OLEH KELOMPOK BEHAVIORISME

1.        Classical Conditioning (Ivan Paplov)
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
·         Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan, maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
·         Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.[6]

2.        Operant Conditioning (B.F. Skinner)
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
·         Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
·         Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.[7]

3.        Connectionism (Thorndike)
Dari eksperimen yang telah dilakukannya terhadap kucing, diperolehlah hukum belajar yaitu :
  • Law of Effect artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus - Respons.
  • Law of Readiness
Menurut Thorndike, belajar yang baik harus ada kesiapan. Jika tidak ada kesiapan, maka hasilnya tidak maksimal. Hal ini dapat dipaparkan seperti ini :
Ø  Jika subjek mempunyai kesiapan dan dapat melakukan kesiapan itu, maka hasilnya akan timbul kepuasan.
Ø  Jika subjek mempunyai kesiapan namun tidak dapat melakukan kesiapan itu, maka akan timbul kekecewaan.
Ø  Jika subjek tidak mempunyai kesiapan namun dituntut untuk melakukannya, maka akan timbul keadaan yang tidak memuaskan.
·         Law of Exercise artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat jika sering dilatih (the law of use) dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih (the law of disuse).[8]
                      
4.        Social Learning (Albert Bandura)
Prinsipnya, belajar menurut teori ini adalah mempelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral yang terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modelling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Contohnya, anak kecil akan menunjukkan perilaku jongkok saat berjumpa dengan anjing, karena dia mengamati orang tuanya berperilaku tersebut saat berjumpa dengan anjing.
PENUTUP

KESIMPULAN
Behaviorisme dapat disebut perspektif belajar adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Teori-teori psikologi yang disusun oleh aliran behaviorisme didasarkan pada tiga hal pokok, yaitu ilmu jiwa tidak menyelidiki kesadaran melainkan menyelidiki tingkah laku. Segala tingkah laku terjadi berdasarkan refleks dan pembawaan. Dan perilaku dalam psikologi ini, lepas dari faktor keturunan.

SARAN
Makalah ini disusun agar para pembaca dapat mengetahui tentang psikologi behaviorisme terutama perilakunya. Disarankan agar pembaca bisa mencari tahu lebih lanjut dari sumber-sumber yang ada agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami mengucapkan mohon maaf atas kekurangan kami dan kami mohon kepada pembaca untuk membenarkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Hardy, Malcolm dan Heyes, Steve. (1985). Pengantar Psikologi, Jakarta : Erlangga.
Prawira, Purwa Atmaja. (2012). Psikologi Umum dengan Perspektif Baru, Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.
Suryobroto, Sumadi. (1984). Psikologi Perkembangan, Yogyakarta : RAKE Press Yogyakarta.
Walgito, Bimo. (1981). Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : ANDI.



[1] Diringkas http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_umum_1/Bab_1.pdf
[2] Dalam hal ini, Paplov memusatkan perhatiannya ke refleks. Oleh karena itu, psikologi Paplov disebut juga psychoreflexology.
[3] Pengantar Psikologi Umum, Bimo Walgito. Hal 67.
[4] Percobaannya sama seperti tikus.
[5]Psikologi umum, Purwa Atmaja Prawira, hal 247-248
[8] Pengantar Psikologi Umum, Dr. Bimo Walgito, hal 69-70.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates