Filsafat Pra-Socrates
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Orang-orang
Yunani sebelum abad ke-6 SM masih mempercayai dongeng-dongeng atau mitos dari
nenek moyang mereka. Segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran
dan tidak perlu dibuktikan lagi. Saat itu, logos atau akal tidak berbicara.
Segala sesuatunya harus diyakini dengan iman. Kemudian pada abad ke-6 SM muncul
para pemikir yang tidak puas dengan dongeng-dongeng tersebut. Mereka
menginginkan jawaban yang rasional. Ini merupakan awal kebangkitan pemikiran
filsafat Yunani, dimana orang-orang mulai mencari kebenaran dengan menggunakan
akal. Pada saat itu, mereka sudah mengenal dan menganut asas demokraso.
Kebebasan berpikir yang diterapkan menyuburkan pemikiran filsafat disana.
Mereka berpikir secara murni karena senang berpikir. Jadi mereka berpikir bukan
dibebani tujuan praktis demi penerapan oleh apa yang ingin mereka ketahui
maupun atas perintah raja. Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang
filsafat pra-Socrates yang bermula dari para filsuf di Miletos.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
perkembangan fisafat pada masa pra-socrates ?
TUJUAN
MASALAH
1. Untuk
mengetahui perkembangan filsafat pada masa pra-socrates.
PEMBAHASAN
1. FILSAFAT
PRA SOCRATES
A. FILSUF
FILSUF PEMBAHAS ALAM
Karena
tokoh-tokohnya merupakan warga asli Miletos di Asia Kecil, yang merupakan
sebuah kota niaga yang maju kadang filsuf filsuf ini dikelompokkan sebagai
aliran Miletos. Berikut beberapa tokoh yang termasuk kedalam Aliran Miletos
atau dikenal pula dengan istilah Madzhab Milesian:
THALES
(624 -546 SM)
Thales
dari Miletos termasuk dalam orang yang disebut “tujuh orang bijak”. Thales
adalah orang pertama kali menghadapi masalah alam semesta. Thales adalah orang
yang pernah berhasil meramalkan gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 walaupun dia belum menganal gejala fisis dari
kejadian ini. Thales meramalkan kejadian ini setahun sebelum gerhana terjadi
karena dia memiliki penanggalan-penanggalan dari Babylonia.
Filosifi
Thales diajarkan lewat mulut saja, dan dikembangkan oleh murid-muridnya dari
mulut ke mulut pula. Barulah Aristoteles menuliskannya kemudian. Menurut
keterangan Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales adalah air.
Berikut
adalah ajarannya :
1. Segala
sesuatu berasal dari air dan semuanya kembali lagi menjadi air.
Menurut
Aristoteles, penemuan Thales didasarkan
pada kenyataan bahwa air dapat diamati dalam bentuknya yang bermacam-macam. Air
tampak seperti benda halus (uap), benda cair (air), dan benda keras (es). Ia
berpendapat seperti itu karena semua bahan makanan makhluk memiliki zat lembab dan
terdapat juga dengan benih pada semua makhluk
hidup.
2. Bumi
terletak diatas air.
Hal
ini berhubungan dengan ajaran yang pertama. Di pantai Miletos, air tampak
sebagai lautan yang luas. Kemudian dia berpikir bahwa bumi adalah benda yang
keluar dari laut dan sekarang sedang terapung-apung diatasnya.
3. Jagat
raya mempunyai jiwa (hylezoisme)[1]
Aristoteles
memberitahukan pendapat Thales yang lain yaitu “kesemuanya penuh dengan
allah-allah”. Dari perkataan itu, menurut Aristoteles adalah bahwa jagat raya
mempunyai jiwa. [2]
Dari
ajaran Thales ini, belum jelas kesimpulan-kesimpulan mana yang memiliki
kepastian untuk digabungkan dengan teori di kemudian hari. Pandangan pada
filsuf petama ini belum jelas. Namun, Thales membuktikan bahwa sudah ada yang
berfikir menghadapi masalah-masalah dengan menggunakan akal yang rasional.
ANAXIMANDROS
(610 – 546 SM)
Anaximandros
dikenal lebih besar dari Thales, gurunya. Ia lebih muda lima belas tahun dari
Thales namun lebih dulu meninggal. Dia juga mencari prinsip terakhir yang dapat
memberikan pengertian mengenai kejadia alam semesta. Berbeda dengan Thales, dia
memilih unsur yang tidak dapat dilihat oleh pancaindera.
Berikut
adalah ajarannya :
1. Asas
pertama adalah to apeiron
Asas
to apeiron (yang tak terbatas) disebut demikian karena tidak memiliki
sifat-sifat benda yang dikenal manusia. Seandainya air adalah asas pertama dari
segala sesuatu, air harus bisa didapatkan dimana-mana dan juga dapat meresapi
api yang merupakan lawan dari air. Barang yang dapat ditentukan oleh
pancaindera kita adalah barang yang mempunyai akhir. Segala yang tampak,
dibatasi oleh lawannya. Seperti panas dibatasi
yang dingin, terang dibatasi oleh
gelap, cair dibatasi oleh beku, dan lain-lain.[3] Unsur-unsur
ini seimbang dan tidak bisa menjadi dominan. Jadi, ada satu hukum yang
menguasai unsur-unsur dunia.
Terjadinya
dunia menurut Anaximandros terjadi setelah penceraian berikut. Hal itu
menyebabkan adanya gerak puting beliung yang memisahkan dingin dari panas. Yang
panas membalut yang dingin, sehingga membentuk sebuah bola raksasa. Karena
panas itu, air lepas dari tanah dan menjadi kabut. Udara menekan bola itu
hingga meletus menjadi sejumlah lingkaran yang berpusat di satu titik. Tiap
lingkaran terdiri dari api yang dibalut udara yang memiliki lubang sehingga api
yang ada didalam lingkaran itu terlihat seperti bintang, bulan, dan matahari.
2. Menurut
Anaximandros, bumi terletak di pusat jagat raya dan bukan di atas air. Digambarkan
langit itu bulat seperti bola dan bumi terkandung ditengah-tengahnya. Bumi berbentuk
silinder yang lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak jatuh
karena kedudukannya berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap
semua badan lain. Akibatnya, tidak ada alasan yang menyebabkan dia jatuh.
3. Semua
makhluk hidup berasal dari air.Bentuk hidup yang pertama adalah ikan. Saat
tanah menjadi semakin kering, maka makhluk hidup mulai berkembang di atas bumi.
Dan dia beranggapan bahwa manusia-manusia yang pertama, tumbuh di dalam tubuh
ikan. Dasar dari anggapan ini adalah observasinya pada ikan hiu yang melindungi
anaknya di dalam badannya dan ketika manusia mampu menjadi mandiri, manusia
tersebut dilemparkannya ke daratan.
Dari
ajaran-ajaran ini, dapat diketahui bahwa Anaximandros memiliki daya pikir dan
membuka jalan baru untuk mengerti dunia yang sangat mempengaruhi sejarah
filsafat selanjutnya. Misalnya, ajaran tentangunsur yang berlawanan dan
pendapat yang didasarkan pada observasi.
ANAXIMENES
(585 – 528 SM)
Anaximenes
lahir lebih muda daripada Anaximandros. Dan dia tidak dapat menerima pendapat
Anaximandros. Dia berpendapat bahwa seperti jiwa menjamin kesatuan tubuh kita,
demikianpun udara melengkapi segala-galanya.
Berikut
adalah ajarannya :
1. Asal-usul
segala sesuatu adalah udara atau hawa.[4]
Pemikiran ini muncul dari pandangannya terhadap udara. Karena udara meliputi
seluruh jagat raya dan manusia akan mati jika tidak ada udara. Udara melahirkan
semua benda dalam alam semesta karena suatu proses. Jika udara bertambah
kepadatannya, maka akan muncul secara urut angin, air, tanah, dan batu. Namun
jika bertambah encer, maka akan muncul api.
2. Bumi
bagaikan meja bundar yang melayang di udara. Demikian pula matahari dan
bintang-bintang. Jadi, badan jagat raya itu tidak terbenam dibawah bumi seperti
yang dipikirkan Anaximandros namun mengelili bumi yang datar tersebut. Hal ini
yang menyebabkan matahari lenyap pada waktu malam karena tertutup oleh
bagian-bagian yang tinggi.
Pandangan
Anaximenes mengalami kemrosotan dibandingkan dengan Anaximandros tentang
susunan jagat raya karena lebih bersifat spekulatif. Tetapi ada yang mengatakan
ajaran ini mengalami kemajuan karena proses pemadatan dan pengenceran yang
dikemukakan Anaximenes adalah pertama kalinya suatu hukum fisis diterapkan
dalam alam semesta.
B. FILSUF
FILSUF PEMBAHAS ILMU PASTI DAN METAFISIKA
PYTHAGORAS
( 570 – 490 SM)
Pythagoras mendirikan
suatu tarekat beragama.Dia tidak menulis apapun karena dia mengajarkan secara
lisan dan rahasia. Ada dua hal yang berpengaruh besar yaitu : suatu ajaran rahasia dengan suatu kepercayaan bahwa jiwa tidak dapat
mati dan usaha mempelajari ilmu pasti.
Berikut
adalah ajarannya :
1. Jiwa
tidak dapat mati.
Menurut pendapat
pythagoras, sesudah kematian manusia jiwanya berpindah ke bentuk hewan. Dan
jika hewan itu mati lagi maka berpindah ke bentuk manusia dan begitu
seterusnya.Namun, penyucian diri dengan berpantang memakan daging hewan dan
kacang dapat terhindar dari nasib perpindahan jiwa itu.
2. Jiwa adalah penjelmaan
dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa, dan akan kembali ke langit
apabila sudah dicuci dosanya. Adapun cara menyucikan jiwa dari
dosa tersebut adalah dengan hidup murni, tetapi hidup murni itu harus dilakukan
secara berangsur-angsur.[5] Menurutnya hidup di
dunia ini adalah persediaan untuk hidup di akhirat. Oleh sebab itu semua dari
sini dikerjakan untuk hidup di hari kemudian.
3. Alam ini menurutnya
tersusun sebagai angka-angka dimana ada matematika, ada susunan dan ada
kesejahteraan. Tetapi tidak di alam saja berkuasa matematika, ia juga berkuasa
dalam segala barang. Dengan jalan ini Pytagoras sampai kepada pokok ajarannya
yang menyatakan bahwa “segala barang adalah angka-angka.”
Dari
sini dapat dilihat kecakapan dia dalam matematik mempengaruhi terhadap
pemikiran filsafatnya, sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka
dan segala keadaan merupakan paduan dari unsur angka. Angka adalah asal dari
segalanya dan segala macam perhubungan dapat dilihat dari angka-angka.
HERAKLEITOS (535 – 475 SM )
1.
Herakleitos mempercayai bahwa asas yang pertama
dari alam semesta adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan
kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya
sesuatu itu menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi
abu atau asap, adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan
akan kembali ke api.
2.
Menurut pendapatnya, di dalam tiap unsur
terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh) yang disebutnya sebagai logos (akal
atau semacam wahyu). Logos inilah yang menguasai dan sekaligus mengendalikaan
keberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat apabila sesuai dengan
logos.
3.
Menurutnya, segala sesuatu yang ada di
dalam alam semesta itu mengalir atau berubah-ubah. Tidak ada suatupun yang
tinggal mantap tanpa mengalami perubahan.[6]
PARMENIDES (abad ke-5 SM)
Parmenides lahir di Elea sekitar tahun
515. Tahun ini dapat ditentukan dari keterangan Plato yang menceritakan bahwa
Parmenides pada usia 65 tahun bersama dengan muridnya berkunjung ke Athene
bercakap-cakap dengan Sokrates. Dia mengarang filsafatnya dalam bentuk puisi.
1.
Parmenides bersama
muridnya yaitu Zeno dan Ela mengubah fokus perhatian filsafat tertuju pada
teknik argumentasi sebagai pokok pendiriannya, disebutnya bahwa ada kebenaran
yang sepenuh-penuhnya. Parmenides membulatkan keterangannya dengan semboyannya
yang pendek yaitu: “Hanya yang ada itu ada, dan yang tiada itu tiada.” Bahwa
kebenaran terdapat pada pengakuan bahwa yang ada itu ada. Ia memandang bahwa
semuanya itu satu dan tetap. Ajaran Parmenides yang pokok kepada yang satu dan
tetap bertentangan dengan ajaran Heraklitos.
C.
FILSUF FIlSUF ELEA
Filosofi Elea mengajarkan bahwa unsur
dari semua unsur adalah satu. Penganut filosofi ini adalah Xenophanes, Zeno dan
Parmenides. Namun disini, Parmenides seperti yang tertulis diatas masuk dalam
kategori filsuf yang membahas metafisika.
XENOPHANES (580 – 470 SM)
Nama Xenophanes menjadi masyhur, karena
untuk pertama kali dalam sejarah Yunani, dialah yang mensianyalir konflik yang
sedang berlangsung antara pemikiran filsafat dan tanggapan-tanggapan mitologis
tradisional.
1. Xenophanes
menegaskan bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak memiliki permulaan.
Hal
itu karena kenyataan menunjukkan apabila semua orang memberikan konsep
ketuhanan sesuai dengan masing-masing orang, maka hasilnya akan bertentangan
dan kabur. Pendapat ini disimpulkan dari kritiknya yang membantah
antropomorfisme allah allah yang artinya tanggapan seakan Tuhan berupa manusia.
Ia mengatakan bahwa manusia selalu cenderung berpikir bahwa allah allah
dilahirkan. Bahkan “kuda menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda, sapi demikian
juga” kata Xenophanes.
ZENO (sekitar akhir abad ke-5)
Zeno adalah murid setia dan murid
terpintar dari Parmenides. Dia membela gurunya dalam perbedaan pendapat tentang
gerak dan perubahan dengan Herakleitos.
1.
Argumentasi melawan gerak
Untuk
membuktikan bahwa gerak tidaklah mungkin, dia mengemukakan argumen, contohnya
adalah Akhiless dan kura-kura. Akhiless adalah jago lari dalam mitologi Yunani
dan dia dalam larinya tidak dapat melewati kura-kura. Karena kura-kura lebiih
dulu berjalan didepan Akhiless, maka Akhiless harus mencapai titik dimana
kura-kura berada sesaat dia berangkat. Setibanya disitu, kura-kura sudah lebih
jauh lagi dan seterusnya. Hal ini menjadikan jarak kura-kura dan Akhiless
selalu berkurang, namun tak pernah habis.
2.
Argumentasi melawan pluralitas
Dimisalkan
suatu potongan garis memiliki titik-titik, maka potongan garis itu dapat
dibagi-bagi. Karena tiap bagian setidaknya memiliki dua titik, maka pembagian
dapat diteruskan sampai tak terhingga. Timbul pertanyaan kalau titik-titik ini
memiliki panjang atau tidak. Jika punya, dapat disimpulkan bahwa potongan garis
itu tak berhingga panjangnya. Jika tidak, dapat disimpulkan bahwa panjang garis
sama dengan nol. Kedua kesimpulan ini sama mustahilnya karena suatu garis
memiliki panjang yang berhingga. Dengan keadaan ini, suatu benda tidak terdiri
dari banyak unsur. Atau kata lain, pluralitas tidak mungkin.
3.
Argumentasi melawan ruang kosong
Andaikan ruang
kosong itu ada, ruang itu pasti berada di tempat atau ruang lain yang harus
ditempatkan pada ruang lain lagi sampai tak terhingga. Menurutnya itu mustahil,
dan dapat disimpulkan bahwa ruang kosong tidak ada.
D.
FILSUF FILSUF PLURALIS
Filsafat Thales, Anaximandros dan
Anaximenes dapat dikategorikan sebagai filsafat monisme. Monisme adalah
pandangan filsafat yang mengandaikan prinsip alam semesta ke dalam satu unsur
saja. Namun, para filsuf pluralis berkeyakinan bahwa unsur alam semesta bukan
satu, melainkan banyak.
EMPEDOKLES
(490-430 SM)
Lahir
di Akragas Sisislia awal abad ke-5 SM. ia menulis buah pikirannya dalam bentuk
puisi.
1. Ia mengajarkan bahwa alam ini pada mulanya satu yaitu
disatukan oleh cinta. Cinta merupakan kodrat yang membawa bersatu dan
bercampur. Tetapi alam yang satu tadi dipecah oleh benci yang mana benci
membalikan semua keadaan tersebut sehingga semua terpisah-pisah dan tidak ada
yang bercampur lagi. Dalam keadaan yang dikuasai oleh benci tersebut barang
satu-satunya pun tidak ada, yang ada hanyalah unsur yang empat yang tidak
bercampur sedikitpun juga.
2. Menurutnya ada empat unsur yang terdapat dalam alam
semesta, yaitu : tanah, api, udara dan air. Dia menyebut unsur tersebut
“akar-akar”. Setiap benda berasal dari kombinasi keempat unsur tersebut.
Komposisi unsur tersebut menghasilkan benda yang berbeda-beda. Misalnya, benda
hidup memiliki lebih banyak unsur lain dari pada benda mati.
ANAXAGORAS
(500-428 SM)
Lahir
di Ionia di Italia Selatan. Ia berpendapat bahwa realitas seluruhnya bukan satu
tetapi banyak. Yang banyak itu tidak dijadikan, tidak berubah, dan tidak berada
dalam satu ruang yang kosong. Anaxagoras menyebut yang banyak itu dengan
spermata (benih).
1.
Dia tidak setuju dengan pendapat
Empedokles dengan hanya mengemukakan empat unsur. Menurutnya, unsur-unsur itu
jumlahnya tak terhingga dan masing-masing unsur bercampur baur dengan
unsur yang lain. Alam semesta terbentuk
karena pencampuran semua unsur tersebut. Terbentuknya benda baru disebabkan
oleh pemisahan unsur tertentu dari pencampuran unsur sebelumnya.
E.
FILSUF FILSUF ATOMIS
Pelopor atomisme ada dua yaitu Leukippos
dan Demokritos. Ajaran aliran filsafat ini ikut berusaha memecahkan masalah
yang pernah diajukan oleh aliran Elea. Aliran ini mengajukan konsep mereka
dengan menyatakan bahwa realitas seluruhnya bukan satu melainkan terdiri dari
banyak unsur. Dalam hal ini berbeda dengan aliran pluralisme maka aliran
atomisme berpendapat bahwa yang banyak itu adalah “atom” (a = tidak, tomos =
terbagi).
LEUKIPPOS ( pertengahan abad ke-5 SM)
1.
Menurut pendapatnya
tiap benda terdiri dari atom. Yang dipakai sebagai dasar teorinya tentang atom
ialah yang penuh dan kosong. Atom dinamainya yang penuh sebagai benda betapapun
kecilnya dan bertubuh. Dan setiap yang bertubuh mengisi lapangan yang kosong.
Jadi di sebelah yang penuh dan yang kosong itulah kejadian alam ini. Keduandan
yang penuh dan yang kosong mesti ada sebab kalau tak ada yang kosong atom itu
tidak dapat bergerak.
2.
Dia menyatakan tidak mungkin
ada penciptaan dan pemusnahan mutlak, akan tetapi ia tidak ingin menolak
kenyataan banyak, bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak pada
segala sesuatu. Banyak, gerak, lahir dan hilang tidak mungkin kita paham tanpa
adanya tidak ada (non-being), dalam hal ini ia selendapat dengan Parmenides,
namun ia menambahka bahwa tidak ada (non-being) mempunyai arti pula sebagaimana
ada (being). Being berarti pemenuhan ruang, berarti pula penuh, non-being
berarti kekosongan.
DEMOKRITOS ( 460 – 370 SM )
Demokritos mencetuskan
bahwa atom itu tidak bermula dan tidak berakhir yang jumlahnya sangat banyak
dan merupakan benda yang bertubuh meskipun tidak dapat dilihat.
1.
Sependapat dengan
Leukippos bahwa
alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir, dan jumlahnya
sangat banyak. Dan ia sependapat dengan Heraklitos,
bahwa unsur pertama adalah api. Api terdiri dari atom yang sangat halus,
licin dan bulat. Atom apilah yang menjadi dasar dalam segala yang hidup. Atom
api adalah jiwa.
2.
Jiwa itu tersebar
keseluruh badan kita, yang menyebabkan badan kita bergerak. Waktu bernafas kita
tolak ia keluar. Kita hidup hanya selama kita bernafas. Demikianlah Demokratis
menjadikan atom sebagai asas hidup penglihatan, perasaan dan pendengaran,
semuanya timbul dari gerak atom.
3.
Di antara atom tersebut
terdapat lapang yang kosong, tempat atom bergerak. Untuk menyatakan bahwa ada
lapang yang kosong, ia mengemukakan empat fase, yaitu:
i.
Penggerak berkehendak
akan lapang yang kosong.
ii.
Sesuatu barang bisa
jadi kembang atau pandai jika ada lapang yang kosong.
iii.
Hidup dari kecil
menjadi besar disebabkan karena makanan dapat masuk ke dalam lapang yang kosong
di dalam badan.
iv.
Jika dimasukan abu ke
dalam sebuah gelas yang berisi air maka melimpahkan sebagian dari pada air
tersebut.
PENUTUP
KESIMPULAN
Para filosof
pada masa pra Socrates di antaranya adalah Thales, Anaximandros, Anaximenes,
Pythagoras, Heraklitos, Parmenides, Leukippos dan Demokratis merupakan filosof
yang tidak mempercayai cerita-cerita tentang keadaan alam begitu saja tanpa
mempersoalkannya lebih jauh. Mereka tidak sama dengan kebanyakan orang pada
saat itu yang hanya menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang
ditangkap oleh inderanya dan cukup puas walau hanya menerima keterangan tentang
kejadian alam dari cerita nenek moyang atau
legenda pada saat itu.
Thales
merupakan salah satu dari filosuf alam yang memiliki pemikiran bahwa “Semuanya
itu air”, dari pemikiran yang diungkapannya itu tersimpul dengan sengaja atau
tidak. Suatu pandangan yang dalam, yaitu bahwa “Semuanya itu satu”. Selain itu,
Anaximandros salah satu dari murid Thales juga mengungkapkan pemikirannya yang
ia dapat bahwa prinsip dasar alam memang satu, akan tetapi bukanlah dari jenis benda
alam seperti air sebagaimana yang dikatakan oleh gurunya. Prinsip dasar
haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut
apeiron.
Meskipun mereka berdua seorang
filosuf dan memiliki hubungan yaitu guru dengan murid namun dalam segi
pemikiran mereka berbeda. Para filosuf tidak begitu saja mempercayai pemikiran
atau cerita, meskipun orang terdekat mereka yang mengemukakan, apalagi itu
tentang keadaan alam. Mereka lebih berusaha untuk mendapatkan keterangan
tentang inti dasar alam itu sendiri dari daya pikirnya sendiri. Seperti Thales
dan Anaximandros begitu juga dengan filosuf lainnya. Maka mereka pantas
mendapat sebutan sebagai pemikir yang radikal, karena pemikiran mereka begitu
mendalam hingga ke akar-akarnya.
SARAN
Dengan
adanya makalah ini, penulis berharap agar dapat memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Filsafat dengan baik. Makalah ini disusun agar para pembaca dapat
mengetahui perkembangan filsafat pada masa Pra-Socrates.
Disarankan agar pembaca dapat
mencari tahu lebih lanjut dari sumber-sumber yang ada agar tidak terjadi
kesalahpahaman. Demikianlah makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi kita
semua. Kami mengucapkan mohon maaf atas kekurangan kami dan kami mohon kepada
pembaca untuk membenarkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. (2012). Pengantar Filsafat Barat, Jakarta :
Rajawali Press
Bertens, Kees. (1975). Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta :
Kanisius
Hadiwijoyo, Harun. (1996). Sari Sejarah Filsafat Barat 1,
Yogyakarta : Kanisius
Hatta,
Mohammad. (1986). Alam Pikiran Yunani, Jakarta
: Universitas Indonesia (UI-Press)
Russell, Bertrand. (2002). Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
[1] Artinya : teori mengenai materi
yang hidup
[2]
Kees Bertens, Sejarah Filsafat Yunani,( Yogyakarta: Kanisius), hlm.26.
[3] Dikenal
istilah penceraian.
[4] “Udara”
pada masa ini meliputi udara, kabut dan uap pada masa modern. Karena pada masa
itu orang Yunani belum membedakan udara dari uap. Pembedaan itu baru muncul
saat Empedokles mengemukakan bahwa udara merupakan unsur yang berbeda dari uap.
[5] Hidup
murni yang dimaksudkan adalah berbuat kebaikan dan menghindari keburukan serta
berpantang pada makanan tertentu seperti daging hewan dan kacang.
0 komentar:
Post a Comment