Perencanaan Manajemen Dakwah
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kerja dakwah dengan segala
ciri-cirinya merupakan sarana utama mewujudkan Islam sebagai rahmatan
lil'alamin. Kesempurnaan Islam dan kemanfaatan Islam bagi hidup ini, hanya akan
dirasakan apabila mereka yang berada di dalam Islam memahami Islam secara
sempurna yang utuh. Hal ini pun menuntut syarat lain, yaitu adanya sekelompok
manusia yang bergerak membimbing dan menyebarkan risalah untuk seluruh manusia.
Dan semua itu memerlukan perencanaan, organisasi dan pengurusan yang tinggi.
Untuk itu dalam pelaksanaan
pengelolaan organisasi dakwah tidak bisa pula kita lepas dari kajian manajemen
yang lebih difokuskan lagi kedalam fungsi-fungsi manajemen dalam pelaksanaan
dakwah, karena fungsi manajemen merupakan suatu hal yang pokok yang harus
dilakukan oleh seseorang dalam pelaksanaan pengelolaan organisasi dakwah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan dalam
dakwah islam bukan merupakan sesuatu yang baru, akan tetapi aktivitas dakwah
diera modern membutuhkan sebuah perencanaan yang baik dan mejadi agenda yang
harus dilakukan sebelum melangkah panjang dalam dakwah selanjutnya. Jadi, dalam
makalah ini akan dicoba untuk memaparkan salah satu dari empat fungsi manajemen
dalam pelaksanaan pengelolaan organisasi atau lembaga dakwah yaitu Fungsi
Perencanaan Dakwah.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
a. Apa
pengertian perencanaan dakwah?
b.
Apa manfaat dari perencanaan dakwah?
c.
Apa saja jenis-jenis perencanaan dakwah?
d. Apa
sasaran dasar sebuah perencanaan?
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perencanaan Dakwah
Perencanaan dakwah
terdiri dari dua kata, yaitu Perencanaan dan Dakwah yang berbeda artinya.
Perencanaan merupakan tugas utama yang
harus dilakukan dalam pengelolaan dakwah. Adapun beberapa pengertian
Perencanaan menurut Para Ahli, di antaranya:
1. Menurut
Robin, Planning is the proses of determine objectif and assesing the way these
objective can best be achived. Artinya, perencanaan adalah proses menentukan
tujuan dan menetapkan cara-cara yang terbaik dalam mencapai tujuan.
2.
Menurut G.R Terry, perencanaan adalah
memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi
mengenai masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan
kegiatan-kegiatan yang di perlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.[1]
3. Menurut
Sondang, perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah di
perhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dilakukan dimasa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Dari beberapa pendapat
para ahli tentang pengertian perencanaan, maka dapat disimpulkan bahwa
perencanaan adalah suatu proses pemikiran terhadap penentuan pekerjaan yang
akan dikerjakan untuk waktu kedepannya dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Kata dakwah ditinjau
dari segi bahasa dapat diartikan sebagai panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk
perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut sebagai mashdar. Sedangkan dari
segi istilah terdapat berbagai pendapat yang disimpulkan, bahwa da’wah adalah
proses penyelenggaraan usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan
sengaja.[2]
Jadi jika pengertian
perencanaan dihubungkan dengan pengertian dakwah, maka dapat diketahui bahwa
perencanaan dakwah adalah suatu proses menetapkan tujuan dan menentukan
strategi untuk
mencapainya dalam dunia dakwah. Atau dengan kata lain, perencanaan dakwah yaitu
proses pembuatan strategi guna mencapai tujuan dalam dakwah dan pengembangan
rencana aktivitas kerja suatu organisasi dakwah.
B. Manfaat
Perencanaan Dakwah
Secara umum perencanaan
membantu untuk menghindari penundaan-penundaan yang disebabkan oleh kegagalan dalam
melaksanakan suatu tindakan, dan untuk mengambil langkah tindakan sedini
mungkin atas kegagalan. Jadi, perencanan merupakan sesuatu yang sangat urgen
dan dapat memberi manfaat bagi keberhasilan suatu aktivitas dakwah. Adapun
manfaat dari perencanaan dakwah antara lain:
1.
Membantu organisasi untuk mengembangkan “fokus”
kemudian mengontrol proses. Sebuah organisasi yang memiliki fokus tentu
mengetahui apa yang terbaik untuk dilakukan, mengetahui kebutuhan para
langganan, mengetahui bagaimana menberi servis terhadap mereka.
2. Mengembangkan
fleksibilitas, membuat menyadari peruabahan apa yang perlu dilakukan, sebuah
organisasi yang memiliki fleksibilitas, akan berjalan secara dinamis dengan
pandangan ke depan. Ia sanggup mengadakan perubahan dalam rangka meresponsi dan
mengantipasi problema-problema dan peluang yang sedang muncul.
3. Memberikan
peluang terhadap pengembangan koordinasi di dalam organisasi di dalam
organisasi, sehingga jelas siapa berbuat apa. Semua sub sistem yang ada dengan
aneka ragam tujuan objektivitasnya dapat ditata dan dikoordinir sehingga satu
sama lain saling menunjang dan membantu sekaligus tidak saling menghalangi.[3]
4. Dapat
memberikan batasan tujuan dakwah sehingga mampu mengarahkan para da’i secara
tepat dan maksimal.
5. Dapat
melakukan prediksi dan antisipasi mengenai berbagai problema dan merupakan
sebuah persiapan dini untuk memberikan solusi dari setiap problem dakwah.
6. Dapat
melakukan perorganisasian dan penghematan waktu dan pengelolanya secara baik.
8. Meminimumkan
pekerjaan yang tidak pasti.
9. Membantu
penetapan tanggung jawab lebih tepat.
Dengan perencanaan yang matang, maka
dapat memantapkan aktivitas dakwah yang terakomodasi. Perencanaan akan
mengurangi ketidakpastian dengan mendorong pada da’i untuk melihat ke depan,
mengatisipasi perubahan kondisi umat, mempertimbangkan feedback-nya yang
kemudian menyusun tanggapan-tanggapan yang tepat.
C. Jenis-jenis
Perencanaan Dakwah
Jenis-jenis
perencanaan dakwah meliputi:
1. Rencana
Strategis vs Rencana Opersional
Rencana strategis
merupakan rencana yang berlaku bagiseluruh organisasi, yaitu menentukan sasaran
umum organisasi dan berusaha menempatkan organisasi tersebut kedalam
lingkungannya. Sedangkan rencana operasional adalah rencana yangmenempatkan
rincian tentang cara mencapai keseluruhan rencana organisasi.
Letak perbedaan kedua
rencana tersebut terletak pada kerangka waktu jangkauan dan mencantumkan
rangkaian sasaran organisasi yang telah ditentukan. Posisi dakwah dalam rencana
ini adalah mencakup sudut pandang yang lebih luas karena mencakup segala aspek
kehidupan. Pada akhirnya, rencana strategis mencakup perumusan sasaran,
sementara perencanaan operasional mengasumsikan adanya sasaran. Jadi, rencana
operasional merumuskan cara-cara untuk mencapai sasaran tersebut.
2. Rencana
Jangka Pendek vs Rencana Jangka Panjang
Rencana
jangka pendek adalah rencana dengan asumsi kerangka waktu paling tidak selama
satu tahun. Sedangkan rencana jangka panjang adalah rencana dengan kerangka
batas waktu tiga tahun keatas. Untuk jangka menengah adalah periode waktu
diatara keduanya. Dalam program organisasi dkwah klasifikasi waktu ni bisa
berlangsung sangat fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan umat atau kondisi
yang berlaku. Dalam hal ini sebuah organisasi dapat merancang batas waktu
berapa saja yang diinginkan untuk tujuan-tujuan perencanaan.
3. Rencana
yang Mengarahkan (directional) vs Rencana Khusus
Rencana khusus adalah
sebuah rencana yang dirumuskan denga jelas serta tidak meyediakan ruang bagi
interpretasi. Misalnya, seorang manajer dakwah berusaha untuk lebih gencar
menggalakkan program dakwahnya, karena melihat kondisi masyarakat tertentu yang
mengkhwatirkan. Langkah yang harus dilaksanakan oleh sang manajer tadi dalam
menyusun sebuah rencana dengan menetukan prosedurprosedur tertentu,
mengalokasikan anggaran, dan menjadwalkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai
sasaran tersebut. inilah yang dimaksud dengan rencana khusus ini terdapat
beberapa kekurangan, karena dalam rencana-rencana khusus ini dibutuhkan
kemampuan memprediksi tentang segala hal. Oleh karenanya, sebuah manajemen
harus fleksibel dalam menanggapi perubahan-perubahan yang sifatnya tak terduga.
Sedangkan pada rencana directional
lebih menekankan pengidentifikasian garis-garis pedoman umum.
Rencana-rencana itu memberikan fokus, tetapi tidak mengunci para manajer
kedalam sasaran khusus atau berupa rangkaian tindakan. Jadi, rencana directional
adalah rencana yang fleksibel yang menetapkan pada pedoman umum. Namun
perlu diingat sisi negatif dari rencana directional adalah hilangnya
kejelasan pada rencana khusus.
4. Rencana
Sekali Pakai
Rencana sekali pakai
atau yang biasa disebut dengan “frekuensi penggunaan” adalah rencana yang
digunakan sekali saja yang secara khusus dirancang untuk memenuhi
kebtuhan-kebutuhan situasi khusus dan diciptakan sebagai respons terhadap
keputusan-keputusan yang tidak terprogram yang diambil oleh para manajer.
Kebalikan rencana ini adalah rencana tetap, yaitu rencana-rencana tetap ada
memberikan bimbingan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang
dalam organisasi.[6]
D. Sasaran
Dasar Perencanaan Dakwah
Secara general tugas dari
perencanaan yang paling utama dalah menentukan sasaran. Menentukan sasaran yang
ingin di capai serta pembagiannya menjadi sasaran-sasaran yang bersifat
temporal dan sektoral serta menentukan skala prioritas pelaksanaannya, dapat
menjamin hal-hal lain yang tak kalah pentingnya.
Hasil-hasil yang
diharapkan dapat dicapai oleh penyelenggaraan dakwah dalam setiap tahapan
itulah yang disebut sasaran atau target dakwah. Peranan sasaran bagi
penyelenggaraan dakwah adalah penting, maka sasaran yang hendak dicapai
haruslah dirumuskan dengan jelas sehingga mudah dipahami oleh setiap orang
terutama para pelaku dakwah. Perumusan sasaran dakwah yang tidak jelas dapat
berakibat timbulnya kekaburan, penafsiran yang bermacam-macam dan sebagainya.
Hal ini tentu saja akan mengakibatkan kesimpangsiuran dan kekacauan.
Selanjutnya sesuai
dengan pentingnya peranan sasaran bagi seluruh tindakan dakwah yang akan
dilakukan, maka haruslah diusahakan agar sasaran yang ditetapkan dapat
dirumuskan itu benar-benar efektif. Untuk itu ada beberapa faktor yang
diperhatikan, yaitu :
1. Tujuan
dakwah
2.
Masalah-masalah yang dihadapi masyarakat
3. Hasil
penyelenggaraan dakwah di masa lampau
Dalam perencanaan
dakwah, tujuan yang dimaksud adalah suatu hasil akhir atau titik akhir yang
akan dicapai yaitu terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
di akhirat yang diridhoi Allah SWT. Sedangkan sasaran yang dimaksud yaitu hasil
yang dicapai dari setiap kegiatan-kegiatan untuk mendukung terwujudnya tujuan
dakwah. Yang menjadi sasaran dakwah disini adalah manusia yang di dalam dunia
dakwah yang disebut mad’u.
Dengan perencanaan yang
mantap dan matang dalam pelaksanaan dakwah islam, maka dakwah islamiyah akan
berlangsung secara efektif dan efisien. Untuk itu perlu adanya sususan mengenai
langkah-langkah perencanaan dakwah, baik untuk masa kini dan masa yang akan datang,
baik tentang perumusan sasaran target pencapaian tujuan dakwah, mengenai
tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaannya, mengenai metode, penjadwalan
waktu dan lain lain.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perencanaan merupakan
sebuah proses yang menentukan cara mengimplementasikan sebuah strategi atau
melaksanakan sebuah proyek dengan cara yang efektif. Dengan perencanaan, penyelenggaraan dakwah dapat berjalan secara lebih
terarah dan teratur rapi.hal ini dapatlah dapat dipertimbangkan
kegiatan-kegiatan apa yang harus mendapat prioritas dan didahulukan dan mana
kegiatan-kegiatan yang harus dikemudiankan. Perencanaan dakwah juga diperlukan
untuk menentukan mana dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat, sesuai situasi
dan kondisi.
Perencanaan
dakwah mutlak diperlukan. Sehingga pesan-pesan dakwah yang disampaikan para
pelaku dapat diterima, bahkan bukan hal mustahil diaplikasikan oleh Mad’unya. Karenanya
pula, kegiatan dakwah dapat berjalan efektif dan efisien.
B.
Saran
Penulis berharap dengan
adanya makalah ini, dapat memenuhi mata kuliah Manajemen Dakwah dengan baik dan
benar. Di sisi lain, penulis juga berharap dengan adanya makalah ini dapat
menjadi bahan bacaan yang bermanfaat baik bagi mahasiswa maupun kalangan
akademika pada khususnya.
Saya menyadari dalam
penulisan makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hani,
Handoko T. Manajemen,(Yogyakarta:
BPFE,1995).
Hasibuan,
Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Prof. Dr. Azhar Arsyad, NA. Pokok-pokok
Manajemen, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003).
Redi
Putra. Manajemen Dakwah Perencanaan
Dakwah, http://an-des-gu.blogspot.com/2011/10/v-behaviourldefaultvmlo.html
di akses pada 21/03/2015 pada pukul 13.51
Shaleh,
A. Rosyid. Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta: Bilah Bintang, 1977).
Wahidin
Saputra. Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012).
[1]
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara),
2009, hlm:249
[2]
Shaleh, A. Rosyid, Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta: Bilah Bintang),
1977, hlm.19
[3]
Prof. Dr. Azhar Arsyad, NA. Pokok-pokok Manajemen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2003,
hal 38- 39.
[4]
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada), 2012, hlm:291
[5]
Handoko, T. Hani, Manajemen, (Yogyakarta:
BPFE), 1995, hlm:81
[6]
Shaleh, A. Rosyid, op.cit,hlm:73
0 komentar:
Post a Comment