Amstal Al Qur'an
AMTSAL DALAM AL-QUR’AN
Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen
Pengampu : Yuyun Affandi,Dr.,Hj.,Lc.,M.A.
Disusun oleh :
1.
M. Ahsanul Waro (131311122)
2.
M. Nasik Alhamd (131311123)
3.
Akhlia Chairani (131311124)
4.
Umi Dzunur Aini (131311125)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Al-Qur’an merupakan sandaran Islam
yang senantiasa dinamis dan menjadi mu’jizat abadi, serta mampu mengalahkan
kekuatan manusia manapun sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Allah menggunakan banyak
perumpamaan (amtsal) dalam Al-Qur’an. Perumpamaan-perumpamaan itu dimaksudkan
agar manusia memperhatikan, memahami, mengambil pelajaran, berpikir dan selalu
mengingat. Sayangnya banyaknya perumpamaan tidak selalu membuat manusia
mengerti, melainkan tetap ada yang mengingkarinya atau percaya. Karena memang
tidaklah mudah untuk memahami suatu perumpamaan.[1]
Kita perlu ilmu untuk memahaminya.
Sudah digambarkan dengan perumpamaan saja masih susah apalagi tidak. Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan sedikit tentang ilmu
amtsal Al-Qur’an.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian ilmu amtsal Al-Qur’an ?
2. Apa
sajakah faedah-faedah amtsal Al-Qur’an ?
3. Apakah
ciri-ciri amtsal Al-Qur’an ?
4. Apa
sajakah unsur-unsur amtsal Al-Qur’an ?
5. Apa
sajakah macam-macam amtsal dalam Al-Qur’an ?
6. Apa
sajakah manfaat amtsal Al-Qur’an ?
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
Kata Amtsal adalah jamak
dari kata matsal. Matsal, mitsl, dan matsil sama dengan syabah,
syibh dan syabih (semakna). Matsal diartikan dengan keadaan,
kisah dan sifat yang menarik perhatian, menakjubkan.
Orang yang pertama kali menyebut
matsal ialah Al-Hakam ibn Yaghus yang membuat suatu perumpaan bagi orang yang
biasanya tidak tepat lemparannya, yang sesekali tepat lemparannya.
Amtsal adalah menyerupakan sesuatu
yang sesuatu yang lain dalam hal hukunya dan mendekatkan sesuatu yang abstrak,
bahwa amtsal dalam al-Qur’an merupakan sarana untuk menggambarkan kondisi dan
untuk menggambarkan akhlaknya yang sudah sirna.[2]
Sedangkan menurut istilah ada
beberapa pendapat, yaitu:
a.
Menurut istilah ulama ahli Adab, amtsal
adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan
sesuatu yang dituju.
b.
Menurut istilah ulama ahli Bayan amtsal
adalah ungkapan majaz yang disamakan dengan asalnya karena adanya
persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut tasybih.
c.
Menurut ulama ahli tafsir amtsal adalah
menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan
menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun
majaz mursal.
d.
Menurut Ibnul Qoyyim amtsal Al-Qur’an
adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukum dan
mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan yang kongkrit (mahsus), atau
mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang lain dan menganggap salah
satunya sebagai yang lain. Sebagian besar contoh amtsal Al-Qur’an menurut Ibnul
Qoyyim menggunakan tasybih shorih seperti firma Allah:
“Sesunggguhnya matsal kedudukan
dunia itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit” (QS.Yunus:
24)
Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa amtsal Al-Qur’an adalah ilmu yang menerangkan tentang majaz,
perbandingan, penyerupaan sesuatu dengan yang lain dalam Al-Qur’an.
إِبْرَازُ الْمَعْنَى فِي صُوْرَةٍ رَائِعَةٍ مُوْجِزَةٍ لَهَا وَقَعُهَا
فِي الْنَّفْسِ سَوَاءٌ كَانَتْ تَشْبِیْهًا أَوْ قَوْلًا مُرْسَلًا
Yaitu menampakkan pengertian yang
abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat yang mengenai dalam jiwa baik dalam
bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas).
Definisi inilah yang relevan dengan
yang terdapat dalam al-Qur’an, karena mencakup semua macam amtsal al-Qur’an.
2.
FAEDAH-FAEDAH AMTSAL
Di antara faedah-faedah amtsal,
ialah:
a.
Melahirkan sesuatu yang dapat dipahami
dengan akal dalam bentuk rupa yang dapat dirasakan oleh panca indera, lalu
mudah diterima oleh akal, lantaran makna-makna yang dapat dipahamkan dengan
akal tidaklah tetap didalam ingatan, terkecuali apabila dituang dalam bentuk
yang dapat dirasakan yang dekat kepada paham. Contohnya
Q.S. Al-Baqarah: 264
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ
مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ
كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا
يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ
Artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu
licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari
apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir”.
b.
Mengungkap hakikat-hakikat dan
mengemukakan sesuatu yang jauh dari pikiran seperti mengemukakan sesuatu yang
dekat pada pikiran.Contohnya Q. S. Al-Baqarah: 275
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا
يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ
الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى
فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ
النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil
riba), Maka orang itu adalah penghuni- penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.”
c.
Mengumpulkan makna yang indah dalam
suatu ibarat yang pendek.
Allah swt. berfiman:
“Dan sungguh telah Kami buat untuk
manusia dalam Al Qur-an ini berbagai macam rupa matsal. Mudah-mudahan mereka
mengambil pengajaran dari padanya.” (Q.S. 39,Ar Zumar: 27).
“Itulah matsal-matsal yang kami buat untuk
manusia dan tidaklah dapat dipahamkan matsal-matsal itu melainkan oleh
orang-orang yang berilmu.” (Q.S. 29, Al Ankabut:43).
d.
Menjauhkan (tanfir, kebalikan no.4) jika isi masal
berupa sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya firman Allah tentang larangan
bergunjing :
Q.S. Al-Hujurat: 12
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا
تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ
يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing
sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang.”
e.
Menghindarkan diri dari
perbuatan negatif
3. CIRI-CIRI AMTSAL AL-QUR’AN
Adapun ciri-ciri amysal Al-Qur’an, yaitu:
a.
Mengandung penjelasan atas makna yang samar atau abstrak sehingga
menjadi jelas, konkret, dan berkesan.
b.
Amtsal memiliki kesejajaran antara situasi-situasi perumpamaan yang
dimaksud dan padanya.
c.
Ada keseimbangan (Tawazun) antara perumpamaan dan keadaan yang dianologikan.
4. UNSUR-UNSUR AMTSAL AL-QUR’AN
Al-Qur’an sebagian Ulama mengatakan bahwa Amtsal
memiliki empat unsur, yaitu:
1. Wajhu Syabah:
segi perumpamaan
2. Adaatu
Tasybih: alat yang dipergunakan untuk tasybih
3. Musyabbah:
yang diperumpamakan
4. Musyabbah bih:
sesuatu yang dijadikan perumpamaan.
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
dia kehendaki dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Wajhu Syabah pada ayat di atas adalah “pertumbuhan yang berlipat- lipat”. Adaatu
tasybihnya adalah kata matsal. Musyabbahnya adalah infaq atau
shadaqah di jalan Allah. Sedangkan musyabbah bihnya adalah benih.
5. MACAM-
MACAM AMTSAL DALAM AL-QUR’AN
Amtsal dalam Al-Qur’an ada 3 macam:
a.
Amtsal yang tegas (musharrahah)
b.
Amtsal yang tersembunyi (kaminah)
c.
Amtsal yang terlepad (mursalah)
Amtsal musharrahah,
ialah yang ditegaskan di dalamnya lafal matsal atau yang menunjuk kepada
tasybih.
Di antaranya perumpamaan yang Allah
berikan terhadap orang-orang munafik dalam surat Al-Baqarah.[3]
Di dalam ayat-ayat ini Allah membuat dua perumpamaan bagi orang munafik.
Pertama, perumpamaan yang berhubungan dengan api. Dan yang kedua, perumpamaan
yang berhubungan dengan air. Dan Allah membuat dua perumpamaan pula,
perumpamaan yang berhubungan dengan air dan perumpamaan yang berhubungan dengan
api dalam surat Ar Ra’d.[4]
Amtsal kaminah,
ialah yang tidak ditegaskan lafal tamsil. Tetapi dia menunjuk kepada beberapa
makna yang indah yang mempunyai tekanan apabila ia dipindahkan kepada yang
menyerupainya. Maka ulama telah membuat contoh tentang amtsal ini dengan
beberapa perumpaan.
Amtsal mursalah,
ialah kalimat-kalimat yang disebut secara terlepas tanpa ditegaskan lafal
tasybih. Tetapi dapat dipergunakan untuk
tasybih.
Di antaranya, ialah:
“.... sekarang ini, jelaslah
kebenaran itu.....” (Q.S. 12, Yusuf:51)
6. MANFAAT
AMTSAL AL-QUR’AN
Ungkapan-ungkapan dalam bentuk
amtsal dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa manfaat, di antaranya:
a.
Pengungkapan pengertian yang abstrak
dengan bentuk yang konkrit yang dapat ditangkap dengan indera manusia.
b.
Dapat mengungkapkan kenyataan dan
mengkonkritkan hal yang abstrak.
c.
Dapat mengumpulkan makna yang indah,
menarik dalam ungkapan yang singkat dan padat.
d.
Mendorong giat beramal, melakukan
hal-hal yang menarik dalam Al-Qur’an.
e.
Menghindarkan dari perbuatan terela.
[1]
http://webnyakroya.blogspot.com/2013//11/amtsal-perumpamaan-dalam-al-quran.html.
diakses pada tanggal 25 mei 2014 pukul 17:41
[2]
Ahsin, W.al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta : Amzah, 2012)
[3]
Q.S. 2, Al Baqarah: 17,20.
[4]
Q.S. 13, Ar Ra’d: 17.
0 komentar:
Post a Comment