October 23, 2014

Amstal Al Qur'an

AMTSAL DALAM AL-QUR’AN
Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Yuyun Affandi,Dr.,Hj.,Lc.,M.A.


Disusun oleh :
1.    M. Ahsanul Waro           (131311122)
2.    M. Nasik Alhamd           (131311123)               
3.    Akhlia Chairani              (131311124)
4.    Umi Dzunur Aini            (131311125)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sandaran Islam yang senantiasa dinamis dan menjadi mu’jizat abadi, serta mampu mengalahkan kekuatan manusia manapun sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Allah menggunakan banyak perumpamaan (amtsal) dalam Al-Qur’an. Perumpamaan-perumpamaan itu dimaksudkan agar manusia memperhatikan, memahami, mengambil pelajaran, berpikir dan selalu mengingat. Sayangnya banyaknya perumpamaan tidak selalu membuat manusia mengerti, melainkan tetap ada yang mengingkarinya atau percaya. Karena memang tidaklah mudah untuk memahami suatu perumpamaan.[1]
Kita perlu ilmu untuk memahaminya. Sudah digambarkan dengan perumpamaan saja masih susah apalagi tidak. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan sedikit tentang ilmu amtsal Al-Qur’an.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian ilmu amtsal Al-Qur’an ?
2.    Apa sajakah faedah-faedah amtsal Al-Qur’an ?
3.    Apakah ciri-ciri amtsal Al-Qur’an ?
4.    Apa sajakah unsur-unsur amtsal Al-Qur’an ?
5.    Apa sajakah macam-macam amtsal dalam Al-Qur’an ?
6.    Apa sajakah manfaat amtsal Al-Qur’an ?










PEMBAHASAN


1.             PENGERTIAN
Kata Amtsal adalah jamak dari kata matsal. Matsal, mitsl, dan matsil sama dengan syabah, syibh dan syabih (semakna). Matsal diartikan dengan keadaan, kisah dan sifat yang menarik perhatian, menakjubkan.
Orang yang pertama kali menyebut matsal ialah Al-Hakam ibn Yaghus yang membuat suatu perumpaan bagi orang yang biasanya tidak tepat lemparannya, yang sesekali tepat lemparannya.
Amtsal adalah menyerupakan sesuatu yang sesuatu yang lain dalam hal hukunya dan mendekatkan sesuatu yang abstrak, bahwa amtsal dalam al-Qur’an merupakan sarana untuk menggambarkan kondisi dan untuk menggambarkan akhlaknya yang sudah sirna.[2]
Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat, yaitu:
a.              Menurut istilah ulama ahli Adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
b.             Menurut istilah ulama ahli Bayan amtsal adalah ungkapan majaz yang disamakan dengan asalnya karena adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut tasybih.
c.              Menurut ulama ahli tafsir amtsal adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal.
d.             Menurut Ibnul Qoyyim amtsal Al-Qur’an adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukum dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan yang kongkrit (mahsus), atau mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya sebagai yang lain. Sebagian besar contoh amtsal Al-Qur’an menurut Ibnul Qoyyim menggunakan tasybih shorih seperti firma Allah:
“Sesunggguhnya matsal kedudukan dunia itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit” (QS.Yunus: 24)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa amtsal Al-Qur’an adalah ilmu yang menerangkan tentang majaz, perbandingan, penyerupaan sesuatu dengan yang lain dalam Al-Qur’an.
إِبْرَازُ الْمَعْنَى فِي صُوْرَةٍ رَائِعَةٍ مُوْجِزَةٍ لَهَا وَقَعُهَا فِي الْنَّفْسِ سَوَاءٌ كَانَتْ تَشْبِیْهًا أَوْ قَوْلًا مُرْسَلًا
Yaitu menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat yang mengenai dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas).
Definisi inilah yang relevan dengan yang terdapat dalam al-Qur’an, karena mencakup semua macam amtsal al-Qur’an.


2.             FAEDAH-FAEDAH AMTSAL
Di antara faedah-faedah amtsal, ialah:
a.         Melahirkan sesuatu yang dapat dipahami dengan akal dalam bentuk rupa yang dapat dirasakan oleh panca indera, lalu mudah diterima oleh akal, lantaran makna-makna yang dapat dipahamkan dengan akal tidaklah tetap didalam ingatan, terkecuali apabila dituang dalam bentuk yang dapat dirasakan yang dekat kepada paham. Contohnya
Q.S. Al-Baqarah: 264
  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.
b.        Mengungkap hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang jauh dari pikiran seperti mengemukakan sesuatu yang dekat pada pikiran.Contohnya Q. S. Al-Baqarah: 275
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni- penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
c.         Mengumpulkan makna yang indah dalam suatu ibarat yang pendek.
Allah swt. berfiman:
Dan sungguh telah Kami buat untuk manusia dalam Al Qur-an ini berbagai macam rupa matsal. Mudah-mudahan mereka mengambil pengajaran dari padanya.” (Q.S. 39,Ar Zumar: 27).
Itulah matsal-matsal yang kami buat untuk manusia dan tidaklah dapat dipahamkan matsal-matsal itu melainkan oleh orang-orang yang berilmu.” (Q.S. 29, Al Ankabut:43).
d.        Menjauhkan (tanfir, kebalikan no.4) jika isi masal berupa sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya firman Allah tentang larangan bergunjing :
Q.S. Al-Hujurat: 12
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ  بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
e.             Menghindarkan diri dari perbuatan negatif

3. CIRI-CIRI AMTSAL AL-QUR’AN
Adapun ciri-ciri amysal Al-Qur’an, yaitu:
a.         Mengandung penjelasan atas makna yang samar atau abstrak sehingga menjadi jelas, konkret, dan berkesan.
b.        Amtsal memiliki kesejajaran antara situasi-situasi perumpamaan yang dimaksud dan padanya.
c.         Ada keseimbangan (Tawazun) antara perumpamaan dan keadaan yang dianologikan.
4. UNSUR-UNSUR AMTSAL AL-QUR’AN
Al-Qur’an sebagian Ulama mengatakan bahwa Amtsal memiliki empat unsur, yaitu:
1. Wajhu Syabah: segi perumpamaan
2. Adaatu Tasybih: alat yang dipergunakan untuk tasybih
3. Musyabbah: yang diperumpamakan
4. Musyabbah bih: sesuatu yang dijadikan perumpamaan.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Wajhu Syabah pada ayat di atas adalah “pertumbuhan yang berlipat- lipat”. Adaatu tasybihnya adalah kata matsal. Musyabbahnya adalah infaq atau shadaqah di jalan Allah. Sedangkan musyabbah bihnya adalah benih.

5. MACAM- MACAM AMTSAL DALAM AL-QUR’AN
Amtsal dalam Al-Qur’an ada 3 macam:
a.              Amtsal yang tegas (musharrahah)
b.             Amtsal yang tersembunyi (kaminah)
c.              Amtsal yang terlepad (mursalah)
Amtsal musharrahah, ialah yang ditegaskan di dalamnya lafal matsal atau yang menunjuk kepada tasybih.
Di antaranya perumpamaan yang Allah berikan terhadap orang-orang munafik dalam surat Al-Baqarah.[3] Di dalam ayat-ayat ini Allah membuat dua perumpamaan bagi orang munafik. Pertama, perumpamaan yang berhubungan dengan api. Dan yang kedua, perumpamaan yang berhubungan dengan air. Dan Allah membuat dua perumpamaan pula, perumpamaan yang berhubungan dengan air dan perumpamaan yang berhubungan dengan api dalam surat Ar Ra’d.[4]
Amtsal kaminah, ialah yang tidak ditegaskan lafal tamsil. Tetapi dia menunjuk kepada beberapa makna yang indah yang mempunyai tekanan apabila ia dipindahkan kepada yang menyerupainya. Maka ulama telah membuat contoh tentang amtsal ini dengan beberapa perumpaan.
Amtsal mursalah, ialah kalimat-kalimat yang disebut secara terlepas tanpa ditegaskan lafal tasybih. Tetapi dapat dipergunakan untuk  tasybih.
Di antaranya, ialah:
“.... sekarang ini, jelaslah kebenaran itu.....” (Q.S. 12, Yusuf:51)

6. MANFAAT AMTSAL AL-QUR’AN
Ungkapan-ungkapan dalam bentuk amtsal dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa manfaat, di antaranya:
a.              Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang konkrit yang dapat ditangkap dengan indera manusia.
b.             Dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkonkritkan hal yang abstrak.
c.              Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang singkat dan padat.
d.             Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yang menarik dalam Al-Qur’an.
e.              Menghindarkan dari perbuatan terela.



[2] Ahsin, W.al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta : Amzah, 2012)
[3] Q.S. 2, Al Baqarah: 17,20.
[4] Q.S. 13, Ar Ra’d: 17.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates