Dakwah Muhammad Periode Makkah
SIRAH
NABAWIYAH
DAKWAH
NABI MUHAMMAD PERIODE MAKKAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sirah Nabawiyah
Dosen
Pengampu : Agus Riyadi, S.Sos.I,M.S.I.
Disusun
Oleh :
Latifatun
Istiqomah 131311102
Gabriella 131311103
Septiana
Nuri S.A. 131311104
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Jarak
antara wahyu pertama dan kedua Rasulullah yang cukup lama yaitu kurang lebih
dua setengah tahun lamanya, membuat Rasulullah diliputi perasaan cemas dan
khawatir. Akan tetapi ditetapkan hatinya dan beliau terus bertahan menunggu di
Gua Hira. Suatu ketika, tiba-tiba terdengar suara dari langit, kemudian beliau
menengadah dan tampaklah Malaikat Jibril a.s. yang duduk disebuah kursi, menggantung
antara langit dan bumi sehingga beliau menggigil ketakutan dan pulang kerumah.
Sesampainya dirumah, beliau meminta Siti Khadijah agar menyelimutinya. Dalam
keadaan berselimut itulah Malaikat Jibril datang dan menyampaikan wahyu Allah
yang kedua yang berbunyi :
يا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ(1) قُمْ
فَأَنْذِرْ (2) وَرَبَّكَ
فَكَبِّرْ (3) وَثِيابَكَ
فَطَهِّرْ (4) وَالرُّجْزَ
فَاهْجُرْ (5) وَلا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ (6) وَلِرَبِّكَ
فَاصْبِرْ (7)
Artinya : 1). Hai orang yang berselimut 2).
Bangunlah, lalu berilah peringatan! 3). Dan Tuhanmu agungkanlah! 4). Dan
pakaianmu bersihkanlah, 5). Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6). Dan janganlah
kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7). Dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah .
(QS.Al-Mudatsir-1-7)
Setelah turunnya wahyu ini, tugas
Rasulullah jelas adalah untuk mengajak umat manusia menyembah Allah SWT.[1]
Pada
masa Rasulullah, masyarakat kota Makkah masih menyembah berhala-berhala yang
disucikan dan peribadatan terhadap Ka’bah. Hal ini
membuat dakwah Rasulullah terbagi menjadi beberapa periode.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana strategi dakwah Rasulullah di Kota Makkah ?
2.
Apa materi dakwah Rasulullah di Kota Makkah ?
3.
Bagaimana dakwah Rasulullah periode rumah tangga ?
4.
Bagaimana dakwah Rasulullah periode keluarga ?
5.
Bagaimana dakwah Rasulullah periode konfrontasi ?
6.
Bagaimana dakwah Rasulullah periode kekuatan ?
7.
Bagaimana dakwah Rasulullah periode kesedihan ?
8.
Bagaimana reaksi kaum Quraisy terhadap dakwah Rasulullah ?
1.3.
TUJUAN MASALAH
1.
Untuk mengetahui strategi apa saja yang terbagi dalam dakwah Rasulullah
di Kota Makkah.
2.
Untuk mengetahui materi dakwah Rasulullah di Kota Makkah.
3.
Untuk mengetahui dakwah Rasulullah periode rumah tangga.
4.
Untuk mengetahui dakwah Rasulullah periode keluarga.
5.
Untuk mengetahui dakwah Rasulullah periode konfrontasi.
6.
Untuk mengetahui dakwah Rasulullah periode kekuatan.
7.
Untuk mengetahui dakwah Rasulullah periode kesedihan.
8.
Untuk mengetahui reaksi kaum Quraisy terhadap dakwah Rasulullah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
STRATEGI DAKWAH PERIODE MAKKAH
Setiap periode memiliki tahapan tersendiri dan kekhususan
masing-masing. Kita bisa membagi dakwah Rasulullah di Kota Makkah menjadi 2
periode menurut strateginya, yaitu :
·
Dakwah secara sembunyi-sembunyi.
·
Dakwah secara terang-terangan.
A.
Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi.
Tahapan dakwah ini berlangsung selama 3–4 tahun. Mengingat
Kota Makkah sudah memiliki keyakinan dan adat yang kental dalam masyarakat
mereka yang sudah berlangsung secara turun menurun, tentu tidaklah mudah bagi
Rasulullah untuk memperbaiki keadaan mereka.
Dalam kondisi seperti ini, tindakan yang paling bijaksana adalah memulai
dakwah secara sembunyi-sembunyi, agar penduduk Makkah tidak kaget menghadapi sesuatu yang mengganggu mereka. Selain
itu, dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, untuk menghindari tindakan buruk
orang-orang Quraisy.
Awal dari dakwahnya, beliau menyerukan dakwah
kepada keluarga satu atap dahulu yaitu Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid
bin Haritsah. Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Ash-Siddiq. Dan dengan
perantara Abu Bakar, banyak orang-orang yang memeluk agama Islam yang diberi
gelar As Saabiquunal awwalun.[2]
Orang-orang tersebut antara lain : Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam,
Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu
‘Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam, Fatimah binti Khaththab (adik
Umar bin Khaththab r.a.) beserta suaminya Said bin Zaid Al ‘Adawi dan beberapa
penduduk Makkah lainnnya dari kabilah Quraisy.[3]
Mereka mendapatkan ajaran agama Islam dirumah Arqam
bin Abil Arqam dalam Kota Makkah ketika orang yang menganut Islam lebih dari
tiga puluh lelaki dan wanita yang kemudian bertambah menjadi sekitar empat
puluhan orang. Wahyu diturunkan sedikit demi sedikit lalu berhenti setelah
turunnya awal surat Al-Muddatstsir. Diantara wahyu yang pertama-tama turun
adalah perintah shalat.
Ibnu
Hajar menuturkan bahwa sebelum Isra’, Rasulullah dan sahabat sudah pernah
shalat. Tetapi ada perbedaan pendapat, adakah shalat yang diwajibkan sebelum
ada kewajiban shalat lima waktu atau tidak? Ada yang berpendapat, yang
diwajibkan pada masa itu adalah shalat sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenamnya matahari. Al-Harits bin Usamah meriwayatkan bahwa pada awalnya,
Jibril mendatangi Rasulullah dan mengajarkan wudhu’ kepada beliau. Selesai
wudhu’ , beliau mengambil seciduk air lalu memercikkan ke kemaluan. Dan hal itu
termasuk kewajiban yang pertama diturunkan.[4]
B.
Tahapan dakwah secara terang-terangan.
Tahapan dakwah ini dimulai pada
tahun keempat setelah nubuwah[5]
hingga akhir tahun kesepuluh. Wahyu pertama dalam masalah ini adalah firman
Allah, yaitu :
(٢١٤)الأَقْرَبِينَ
وَ أَنذِرْ عَشِيرَتَك
Artinya : “Dan, berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat” (Asy-Syu’ara’ : 214)
Langkah
Rasulullah dalam strategi ini adalah :
1. Mengundang
Bani Hasyim
Rasulullah mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani
Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau
banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani
Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin
Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2. Mengumpulkan
orang di Bukit Shafa
Rasulullah SAW mengumpulkan para
penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar
Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa. Maka suatu hari beliau berdiri di atas
Bukit Shafa, dan berseru “Wahai semua orang !” Maka semua suku Quraisy
berkumpul, dan beliau kemudian mengajak mereka tauhid dan iman kepada risalah
dan akhirat.
3. Menyampaikan
kebenaran dan menentang tindakan orang musyrik
Seruan beliau semakin meluas di
Kota Makkah, dan kemudian turun ayat,
(٩٤)الْمُشْرِكِينَ عَنِ وَأَعْرِضْ
تُؤْمَرُ بِمَا فَاصْدَعْ
Artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik” (Al-Hijr : 94).[6]
Dengan seruan yang berlangsung secara terang-terangan ini,
berita Nabi Muhammad s.a.w. yang membawa agama Islam tersebar ke penjuru Kota
Makkah. Pada awalnya, mereka menganggap perbuatan Rasulullah tidak mempunyai
dasar dan tujuan dan meremehkan ajaran Rasulullah. Namun, lambat laun, pengikut
beliau bertambah banyak dan semakin banyak. Hal ini mengundang reaksi dari kaum
Quraisy.
2.2.
ISI MATERI DAKWAH RASUL DI KOTA MAKKAH
Untuk membimbing umat agar menjadi umat yang berakhlak
mulia, Rasulullah memulai dakwahnya tentang ajaran tauhid. Pernyataan ini
didukung oleh ayat-ayat Makiyyah yang merupakan materi dakwah Rasulullah.
Materi yang disampaikan Rasulullah antara lain :
a. Tauhid.
b. Iman kepada hari kiamat.
c. Pembersihan jiwa, dengan cara menjauhi kemungkaran dan kekejian.
d. Tawakal.
2.3.
DAKWAH RASULULLAH PERIODE RUMAH TANGGA
Segera setelah Rasulullah menerima wahyu yang kedua, mulailah Rasulullah
mengajak keluarga dalam rumah tangganya untuk meninggalkan agama berhala dan
menyembah hanya kepada Allah Yang Maha Esa. Dimulai dari isterinya sendiri Siti
Khadijah disusul oleh keponakannya Ali bin Abi Thalib kemudian budak yang
menjadi anak angkat beliau Zaid bin Haritsah, sahabat karibnya Abu Bakar
Ash-Siddiq.[7] Dalam
tahapan ini, dakwah Rasulullah masuk dalam periode secara sembunyi-sembunyi.
2.4.
DAKWAH RASULULLAH PERIODE KELUARGA
Dalam dakwah beliau
yang secara terang-terangan, hal yang dilakukan Rasulullah adalah mengundang
keluarga dekat, yaitu Bani Hasyim.
Orang-orang yang menghadiri undangan itu adalah beberapa dari Bani Al-Muthalib
bin Abdi Manaf. Namun pada pertemuaan yang pertama, suasana di rusak oleh Abu
Lahab, paman beliau dan Rasulullah hanya diam sama sekali dalam pertemuan itu.
Kemudian,
Rasulullah mengundang mereka untuk yang kedua kali dan bersabda “Segala puji
bagi Allah dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan, percaya dan tawakal kepada-Nya.
Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya” .
Dalam dakwah-dakwah Rasulullah di pertemuan itu, Abu Thalib berjanji bahwa dia
akan menjaga dan melindungi Rasulullah dalam dakwahnya. Namun berbeda dengan
Abu Thalib, Abu Lahab menjadi tambah ingkar dan tidak mau mengikuti ajaran
Rasulullah.
2.5.
DAKWAH RASULULLAH PERIODE KONFRONTASI
Pembebasan Mekkah ( Fathu Makkah) merupakan peristiwa
yang terjadi pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, dimana Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian menguasai Mekkah secara keseluruhan tanpa
pertumpahan darah sedikitpun, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan
di dalam dan sekitar Ka'bah.
Penaklukan Kota Mekah/Fath
al-Makkah (8 H) Fath al-Makkah terjadi di sekitar kota Mekah. Latar
belakang peristiwa ini adalah adanya anggapan kaum Quraisy bahwa kekuatan kaum
muslim telah hancur akibat kalah perang di Mu’tah. Kaum Quraisy beranggapan
Perjanjian Hudaibiyah (6 H)[8]
tidak penting lagi .10 tahun gencatan senjata dirusak oleh
Quraisy, dengan sekutunya Bani Bakr, menyerang Bani Khuza'ah yang merupakan
sekutu Muslim. Pada saat itu musyrikin Quraisy ikut membantu Bani Bakr, padahal
berdasarkan kesepakatan damai dalam perjanjian tersebut dimana Bani Khuza'ah
telah bergabung ikut dengan Nabi Muhammad dan sejumlah dari mereka telah
memeluk islam, sedangkan Bani Bakr bergabung dengan musyrikin Quraisy.
Abu Sufyan, kepala suku Quraisy di Mekkah, pergi ke Madinah untuk
memperbaiki perjanjian yang telah dirusak itu, tetapi Muhammad menolak, Abu
Sufyan pun pulang dengan tangan kosong. Sekitar 10.000 orang pasukan Muslim
pergi ke Mekkah yang segera menyerah dengan damai. Muhammad bermurah hati
kepada pihak Mekkah, dan memerintahkan untuk menghancurkan berhala di sekitar
dan di dalam Ka'bah. Selain itu hukuman mati juga ditetapkan atas 17 orang
Mekkah atas kejahatan
mereka terhadap orang Muslim, meskipun pada akhirnya beberapa di antaranya
diampuni.
2.6.
DAKWAH RASULULLAH
PERIODE KEKUATAN
Pasukan Islam berjalan
ke kampung halaman, sehingga menebarkan rasa gentar di hati musuh pada
setiap lembah dan kampung yang mereka lalui. Mereka berjalan sampai lembah Dzi
Thuwa sampai akhirnya memasuki Makkah yang sunyi, lenggang. Rasulullah SAW
menunggang untanya dengan memakai penutup kepala hitam dan merendahkan
kepalanya sehingga jenggotnya menyentuh pelana unta, sebagai bentuk tawadhu'
kepada Allah SWT. Dahulu beliau diusir dan diburu oleh kaum musyrik Quraisy
untuk dibantai. Sekarang, 8 tahun sesuadah semua kejahatan itu, beliau kembali
dengan kekuatan besar untuk menaklukkan kampung halaman.
Allah Yang Maha Esa berfirman:
"Sesungguhnya (Allah) Yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Rabbku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-Qashash (28): 85)
Tak ada kesombongan sedikit pun di dalam diri beliau, justru beliau menunjukkan kerendahan hati dan ketundukan di hadapan Allah Yang Maha Besar lagi Maha Perkasa. Beliau tidak melakukan pembakaran, perusakan, dan pembantaian, seperti yang biasa dilakukan oleh para pemenang perang.
Rasulullah kemudian mengumumkan
jaminan keamanan bagi penduduk Makkah, seperti yang sudah diumumkan oleh Abu
Sufyan sebelumnya. Rasa aman menyelimuti seluruh penduduk Makkah. Negeri yang
dahulu diwarnai penindasan kaum musyrik terhadap kaum muslimin kini sudah
menjadi negeri yang aman dan penuh kedamaian. Rasa aman itu disusul oleh
menjalarnya keislaman dan keimanan ke sanubari penduduk Makkah. Mereka pun
masuk Islam secara sukarela dengan berbondong-bondong. Inilah kemenangan
sejati.
2.7.
DAKWAH RASULULLAH PERIODE KESEDIHAN
Musibah
terjadi pada tahun kesepuluh dari kenabian yang disebut tahun “Aamul huzni”
yang artinya tahun kesedihan. Kesedihan yang terjadi akibat pemboikotan umum
yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy ternyata masih disusul dengan musibah
besar yaitu meninggalnya Abu Thalib yang berusia 87 tahun dan Siti Khadijah.
Abu Thalib adalah paman beliau yang menjaga dan melindungi Rasulullah dari
orang-orang jahat yang akan menyakitinya. Sedangkan Siti Khadijah adalah istri
beliau yang memberi dukungan material dan moral kepada Rasulullah dalam
dakwahnya. Kedua orang yang disayang dan berhaga bagi beliau meninggal pada
saat permusuhan dengan kaum Quraisy sedang gencar. Dan pasca meninggalnya Abu
Thalib, kaum Quraisy sudah berani menyakiti badan Rasulullah. Melihat Kota
Makkah sudah tidak bisa menjadi pusat dakwah Islam, Rasulullah pergi keluar
Makkah yaitu Tha’if dan Tsaqif untuk mengajak mereka ke jalan Islam. Namun
ajakan beliau dibalas dengan olok-olok dan ejekan.
2.8.
REAKSI KAUM QURAISY TERHADAP DAKWAH
RASULULLAH
Melihat
agama dan berhala-berhala mereka di salahkan dan dibodoh-bodohkan, orang-orang
Quraisy menjadi marah dan menyiksa para pengikut Nabi.
Faktor
yang mendorong orang Quraisy menentang ajaran Islam :
a. Persaingan
berebut kekuasaan
Mereka
tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Bagi mereka yang telah
menjalani tradisi berdasarkan golongan-golongan menganggap bahwa tunduk kepada
Nabi Muhammad s.a.w. sama dengan menyerahkan semua kekuasaan mereka.
b. Persamaan
hak dan martabat
Orang kafir
Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan
hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup
berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan,
sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
c. Taqlid
dengan tradisi
Orang kafir
Quraisy menolak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan
tradisi hidup bermasyarakat warisan leluhur mereka.
d.
Azab
Orang kafir
Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati
yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan
siksa kubur dan azab neraka.
Usaha
yang dilakukan untuk menghadang dakwah Rasulullah :
a. Memberi
beberapa penawaran untuk mempertemukan Islam dan Jahiliyah di satu jalan, dalam
firman Allah :
“Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak
lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu)” (Al-Qalam : 9)
Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan
di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut
Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kaum
kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala.
b. Penghinaan
dan ejekan terhadap orang-orang Muslim oleh kaum kafir Quraisy yang dimaksudkan
untuk menciutkan mental orang-orang Muslim. Mereka bahkan menyebut Rasulullah
gila (Al-Hijr : 6). Menyebut
Rasulullah sebagai penyihir yang berdusta (Shad
: 4). Menjelek-jelekkan beliau dengan amarah (Al-Qalam : 51).
c. Menjelek-jelekkan
Al-Qur’an dan menyebarkan isu yang membangkitkan keraguan seperti :
“Dongengan-dongengan orang terdahulu, dimintakan
supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan
petang”
(Al-Furqan :
5)
Dan
masih banyak lagi dalam Al-Furqan ayat 4, 5 dan 7.
d. Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu
Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para
pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
e. Pemboikotan
umum terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib dengan memutuskan hubungan
perkawinan, jual beli, ziarah menziarahi dan lain-lain. Dan keputusan mereka
ditulis diatas kertas dan digantungkan di Ka’bah. Sehingga selama 3 tahun,
mereka dan pengikut Rasulullah lainnya menderita kemiskinan dan kelaparan.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa kita ambil adalah berfikirlah secara terbuka untuk
mencari kebenaran dan kebaikan berdasarkan sumber yang ada untuk kita sendiri
dan janganlah mengukuhkan pendapat kita dan menutup telinga karena sifat itu
akan menyesatkan kita. Seperti pada SQ Al-Baqarah ayat 170 :
Apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah peraturan-peraturan yang
diturunkan Allah."
Mereka menjawab: "Kami tidak akan mengikutinya; kami hanya akan
mengikuti peraturan-peraturan yang kami pusakai dari nenek moyang kami."
“Apakah mereka akan mengikuti juga walaupun nenek moyang mereka tidak
mengetahui apapun dan tidak mendapat petunjuk?”
3.2.
SARAN
Makalah ini disusun agar para pembaca dapat mengetahui
perjalanan dakwah Nabi di Kota Makkah. Disarankan agar pembaca bisa mencari
tahu lebih lanjut dari sumber-sumber yang ada agar tidak terjadi
kesalahpahaman.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga bermanfaat
bagi kita semua. Kami mengucapkan mohon maaf atas kekurangan kami dan kami
mohon kepada pembaca untuk membenarkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mubarakfury, Syaikh
Shafiyyur-Rahman. (1997). Sirah Nabawiyah,
Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar.
Lings, Martin. (1991). Muhammad, Jakarta : PT Serambi Ilmu
Semesta.
Ramadhan, Muhammad
Sa’id. (1977). Sirah Nabawiyah, Jakarta
: Robbani Presss.
Al-Qur’an dan
Terjemahnya, waqaf dari Pelayan Dua Tanah Suci & Raja Abdullah bin Abdul
Aziz Ali Sa’ud (1427 H)
[1] Ayat ini
bertujuan untuk memberi peringatan, mengagungkan Rabb, meninggalkan perbuatan
dosa, membersihkan jiwa dan bertawakal. Penjelasan lebih rinci bisa dilihat di Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman
Al-Mubarakfury, hal 97-99.
[2] Artinya
: Orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama masuk agama Islam
[3] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Abdullah bin
Abdul Aziz Ali Sa’ud ( Raja Kerajaan Arab Saudi ) , hal 57.
[4]
Diringkas dari Sirah Nabawiyah,
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, hal 105.
[5] Artinya
: Pengangkatan menjadi Nabi
[6] Ayat
ini, dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud ( Raja Kerajaan Arab Saudi ) hal 57 muncul
sebelum Rasulullah memulai dakwah secara terang-terangan. Karena beliau baru
memulai dakwah secara terang-terangan karena ayat ini.
[7] Orang-orang yang disebutkan diatas adalah orang
yang masuk Islam dihari pertama dakwah Rasul.
[8] Isi perjanjian : "Dengan nama Tuhan. Ini perjanjian antara
Muhammad (SAW) dan Suhail bin 'Amru, perwakilan Quraisy. Tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun.
Siapapun yang ingin mengikuti Muhammad (SAW), diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang ingin
mengikuti Quraisy, diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang masih berayah atau berpenjaga,
jika mengikuti Muhammad (SAW) tanpa izin, maka akan dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila
seorang mengikuti Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad (SAW) akan kembali ke
Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk ke Mekkah, untuk melakukan tawaf disana selama tiga hari.
Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy akan mundur ke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata saat
memasuki Mekkah"
0 komentar:
Post a Comment