October 23, 2014

Makkiyah dan Madaniyah

PENDAHULUAN

I.         LATAR BELAKANG
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan cara sedikit demi sedikit (tanjim) dan berurutan (tartil). Dalam proses yang cukup panjang yakni lebih-kurang 23 tahun. Tepatnya menurut sebagian ulama diantaranya Syaikh Muhammad al-Khundhari Bek, turunnya Al-Qur’an memakan waktu 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari. Dimulai tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari kenabian Muhammad SAW, dan berakhir pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijrah (bertepatan dengan tahun 610-632 M).
Mengingat Nabi Muhammad SAW, pernah bertempat tinggal di dua kota ternama, yakni Makkah dan Madinah, maka mudah dipahami jika para ahli ilmu-ilmu Al-Qur’an membedakan surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an antara yang turun pada fase Makkah dengan surat-surat dan ayat-ayat yang diturunkan pada periode Madinah.
Dari sini (Makkah-Madinah tempat kediaman Nabi Muhammad SAW), lahirlah salah satu cabang ilmu pengetahuan dari ilmu-ilmu Al-Qur’an yaitu ilmu al-makki wa al-madani. Ilmu ini memiliki kedudukan yang cukup penting dalam mempelajari ulum Al-Qur’an pada umumnya dan dalam menafsirkan  ayat-ayat Al-Qur’an pada khususnya.[1]

II.      RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang dimaksud Makki ?
2.    Apa saja Ciri–ciri surat/ayat Makki ?
3.    Apa yang dimaksud Madani ?
4.    Apa saja Ciri–ciri surat/ayat Madinah ? 
5.    Apa Saja faedah dan kedudukan Ilmu Makki dan Madani ?
6.    Bagaimana cara mengetahui surat Makki dan surat Madani ?






PEMBAHASAN

1.         Pengertian Makki
Melihat kepada masa turunnya, Al-Makkiy yaitu ayat-ayat Al-Qur’an yang turun sebelum hijrah sekalipun tidak di Makkah.[2] Periode Makkah memakan waktu 12 tahun, 5 bulan dan 13 hari; yakni sejak tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 hingga awal Rabi’ul Awwal tahun ke 54 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Melihat kepada pembicaraan bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat yang khitab-nya ditujukan kepada penduduk Makkah.[3] Melihat kepada tempat turunnya, Al-Makkiy yaitu ayat yang turun di Mekah, dan di daerah sekitarnya. Seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah.
a.         Surah-surah yang turun di Makkah
Menurut buku karya Drs. H. Kahar Mansyur, menyebutkan jumlah surat Al-Makkiy ada 86, yaitu : [4]
No
Nama Surat
Nomor Urut Dalam Mushhaf
Jumlah Ayat
Rukuknya
Ket
1
Al-‘alaq
96
19
1

2
Al-Qalam
68
52
2

3
Al-Muzammil
73
20
2

4
Al-Mudattsir
74
56
2

5
Al-Faatihah
11
7
1

6
Al-Lahab
101
5
1

7
Attakwiir
81
29
9

8
Al-A’laa
87
19
1

9
Allail
92
21
1

10
Al-Fajru
89
30
1

11
Ad-Dhuhaa
93
11
1

12
Al-Insyiraah
94
8
1

13
Al-‘Ashri
103
3
1

14
Al-‘Aadiyaat
100
11
1

15
Al-Kawtsar
108
3
1

16
Attakaatsur
102
8
1

17
Al-Maa’uun
107
7
1

18
Al-kaafirun
109
6
1

19
Alfiil
105
5
1

20
Al-falaq
113
5
1

21
Annas
114
6
1

22
Al-ikhlas
112
4
1

23
Annajmu
53
62
3

24
‘Abasaa
80
42
1

25
Al-Qadar
97
5
1

26
Assyamsu
91
15
1

27
Al-Buruuj
85
22
1

28
Attin
95
8
1

29
Quraisy
106
4
1

30
Al-Qaari’ah
101
11
1

31
Al-Qiyaamah
75
40
2

32
Al-Humazah
104
9
1

33
Al-Mursalaat
77
45
2

34
Qaaf
50
45
2

35
Al-Balad
90
20
1

36
Atthariq
86
17
1

37
Al-Qamar
54
55
3

38
Asshaad
38
88
5

39
Al-A’raaf
7
206
22

40
Al-jinnu
72
28
2

41
Yaasiin
36
83
4

42
Al-Furqaan
25
77
6

43
Faathir
35
45
5

44
Maryam
19
98
6

45
Thaahaa
20
135
8

46
Al-Waaqi’ah
56
96
3

47
Assyu’araak
26
227
11

48
Annamal
27
93
7

49
Al-qashash
28
88
9

50
Al-israak
17
111
11

51
Yunus
10
109
9

52
Huud
11
123
10

53
Yusuf
12
111
10

54
Al-hijir
15
99
6

55
Al-An’aam
6
165
20

56
Asshaafat
37
182
5

57
Luqman
31
34
3

58
Sabak
34
54
6

59
Azzumar
39
75
8

60
Ghaafir
40
85
9

61
Fusshilat
41
54
6

62
Assyuuraa
42
53
5

63
Azzukhruf
43
53
5

64
Addukhaan
44
89
7

65
Al-jaatziyah
45
37
4

66
AL-ahqaaf
35
35
3

67
Addzaariyaat
51
60
3

68
Al-Ghaasyiyah
88
26
1

69
Al-kahfi
18
110
12

70
Annahl
16
128
16

71
Nuuh
71
28
2

72
Ibrahim
14
52
6

73
Al-anbiyaak
21
112
7

74
Al-mukminuun
23
118
6

75
Assajadah
32
30
3

76
Athuur
52
49
2

77
Al-mulk
67
67
2

78
Al-haaqqah
19
52
2

79
Al-ha’aarij
70
44
2

80
Annabaak
78
40
1

81
Annazi’aat
79
46
2

82
Al-infithaar
82
19
1

83
Al-insyiqaaq
84
25
1

84
Arruum
30
60
6

85
Al-‘angkabut
29
69
7

86
Al-huthaffif
83
35
1


2.         Ciri-ciri khusus surat/ayat Makkiyah
1.         Setiap surat/ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata ياايهاالناس (wahai manusia).
2.         Surat/ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata يابني ادم (hai bani Adam), kecuali dalam surat Al-Ma’idah : 27.
3.         Surat/ ayat yang di dalamnya terdapat kata كلا (sekali-kali tidak, atau jangan begitu).
4.         Setiap surat/ayat yang di dalamnya terdapat kata sajada dan atau ayat as-sajdah (السجدة).
5.         Semua surat yang diawali huruf tahajji seperti (Ù‚), nun (Ù†), ha mim (حم).
6.         Surat/ayat makkiyah umumnya pendek-pendek.
7.         Semua surat yang memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu.
8.         Isi surat/ayat makkiyah pada umumnya berkenaan dengan perihal akidah/keimanan atau tauhid, akhlaq, surga, pahala dan dosa.[5]

3.         Pengertian Madani
Melihat kepada masa turunnya, Al-Madaniyyah yaitu ayat-ayat Al-Qur’an yang turun sesudah hijrah sekalipun di Madinah. Periode Madinah, menghabiskan waktu 9 tahun, 9 bulan dan 9 hari, yakni sejak awal Rabi’ul-Awwal 54 hingga tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-63 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Atau ke 10 Hijrah.[6] Melihat kepada pembicaraan bahwa ayat-ayat yang turun di Madinah dan ayat-ayat yang khithab-nya ditujukan kepada penduduk Madinah. Melihat kepada tempat turnnya Al-Madiniy, yaitu ayat yang turun di Madinah dan di daerah sekitarnya, seperti di Uhud, Qubak, dan Sil’u.[7]
a.    Surah-surah yang turun di Madinah
Menurut buku karya Drs. H. Kahar Mansyur, menyebutkan jumlah surat Al-Madani ada 28, yaitu :[8]
No
Nama Surat
Nomor Urut Dalam Mushhaf
Jumlah ayat
Rukuknya
Ket
1
Al-Baqarah
2
286
37

2
Al-Anfaal
8
75
10

3
Ali’imran
3
200
20

4
Al-Ahzaab
33
73
9

5
Al-Mumtahinah
60
13
2

6
Annisaak
4
176
24

7
Azzalzalah
99
8
1

8
Alhadiid
57
29
4

9
Muhammad
47
38
4

10
Arra’du
13
43
6

11
Arrahmaan
55
78
3

12
Al-Insaan
76
31
2

13
Atthalaaq
65
12
2

14
Al-Bayyinah
98
8
1

15
Al-Hasyru
99
24
3

16
Annuur
24
64
9

17
Al-Hajji
22
78
10

18
Al-Hunaafiquun
63
11
2

19
Al-Mujaadilah
58
22
2

20
Al-Hujuraat
49
18
2

21
Attahriim
66
12
2

22
Attaghaabun
64
18
2

23
Asshaafu
61
14
2

24
Al-Jumu’ah
62
11
2

25
Al-Fat-hu
48
29
4

26
Al-Maa-idah
5
120
16

27
Attawbah
9
129
14

28
Annashru
110
3
1


4.         Ciri-ciri khusus surat/ayat Madaniyah
1.         Semua surat yang padanya terdapat kalimat “orang-orang yang beriman” (ياايها الذين امنوا).
2.         Semua surat yang padanya terdapat hukum-hukum faraidh, hudud, qishahsh dan jihad
3.         Semua surat yang menyebut “orang-orang munafik” kecuali Al-Ankabut.
4.         Semua surat yang memuat bantahan terhadap Ahlu Al-Kitab (Yahudi dan Nashrani).
5.         Semua surat yang memuat hukum syara’, seperti ibadah, mu’ammalah dan al-ahwal al syakhshiyah.
6.         Ayat-ayat Madaniyah pada umumnya panjang-panjang.[9]

5.         Faedah dan kedudukan Ilmu Makki dan Madani
a.       Faedah Ilmu Makki dan Madani
·           Sebagai penolong dalam menafsirkan Al-Qur’an. Mengetahui tempat-tempat turun ayat itu menolong untuk memahami ayat dan menafsirkannya.[10]
·           Sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi klasifikasi berbagai periwayatan, pembenaran teks-teks dan pembelaan terhadap pelurusan kebenaran sejarah.
·           Umat islam dapat meningkatkan keyakinan akan kebenaran, kebesaran, kesucian dan kemurnian Al-Qur’an.
·           Seorang mufassir dan atau yang lainnya dapat mengenali dan sekaligus menelusuri jejak (napak tilas) rangkaian fase-fase dakwah islamiyah dari awal hingga akhir dan sekaligus akan memperoleh inspirasi dalam memunculkan cara-cara yang prima dalam membangun sistem berpikir keislaman sepanjang zaman dan dalam seantero keadaan.[11]
b.      Kedudukan Ilmu Makki dan Madani
Ilmu Makki dan Madani memiliki kedudukan penting dan strategis serta sekaligus mempunyai nilai guna yang sangat berarti dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Ilmu al-Makki wal-Madani mempunyai kedudukan signifikan bagi mufassir, paling sedikit sebagai ilmu penopang/pendukung atau ilmu bantu. Bahkan, bagi mufassirin yang mengakui keberadaan konsep nasakh mansukh dalam Al-Qur’an, hampir dapat dipastikan harus menjadikan ilmu al-makki wal-madani sebagai salah satu perangkat bagi mereka.
Diantara ulama tafsir yang memandang eksistensi ilmu al-makki wal-madani jauh lebih diperlukan dibandingkan dengan ilmu sabab nuzul misalnya. Di antaranya, kata mereka, mengingat ilmu tersebut lebih luas ruang lingkupnya dibandingkan dengan ilmu asbabin-nuzul. Menurut Subhi as-Shalih berpendapat bahwa ilmu al-makki wal-madani, jauh lebih luas dan bersifat menyeluruh dibandingkan dengan ilmu asbabin-nuzul yang bersifat partikel (juz’i) dan berorientasikan masa lalu sedangkan ilmu al-makki wal-madani bisa juga berorientasi ke masa-masa depan.[12]

6.         Cara-cara mengetahui surat Makki dan surat Madani
Dalam mengetahui Al-Makki dan Al-Madani maka ulama-ulama berpedoman kepada dua metode yang menjadi asas. Yaitu metode sam’i naqli (mendengar saja apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW). Kedua, metode Al-Qiyasi Al-Ijtima’i (kias dan ijtihad).
Metode sima’i naqli itu dikaitkan kepada riwayat yang sah dari sahabat-sahabat yang hidup dimasa turunnya wahyu itu. Mereka ini menyaksikan sendiri turunnya. Atau dari tabi’in yang mendapatkannya dari sahabat. Mereka itu mendengar dari sahabat bagaimana cara turunnya, tempat-tempat turunnya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu itu. Kata Qadhi Abubakar Ibnu Thayib Al Baqalaniy dalam kitabnya Al Intishar, untuk mengetahui Al-Makki dan Al-Madani ini maka orang harus kembali kepada hafalan sahabat dan tabi’in bila perkataan itu tidak terdapat dari Rasulullah. Hal ini bukanlah merupakan perintah. Menurut sepanjang yang diketahui masalah ini oleh Allah tidak diwajibkan kepada umat. Sebagian hanya diwajibkan kepada ahli-ahli ilmu. Orang yang mengetahui sejarah nasikh dan mansukh bukan nash dari Rasul.
Metode kias ijtihadiy itu dikaikan kepada keistimewaan Al-Makki dan Al-Madani. Apabila terdapat dalam surat Al-Makki ayat yang mengandung tabi’at yang diturunkan di Al-Madani, atau mengandung sesuatu dari peristiwa-peristiwanya itu maka dalam hal ini orang mengatakan bahwa dia adalah Madaniyah. Apabila terdapat pada surat Madaniyah ayat yang mengandung tabi’at ayat yang diturunkan di Al-Makki, atau mengandung sesuatu dari peristiwa-peristiwanya, maka dalam hal ini orang mengatakan ayat ini adalah Makiyyah. Apabila terdapat dalam ayat itu keistimewaan-keistimewaan Makkiy, orang mengatakan dia adalah Makkiyah. Dan sebaliknya, apabila terdapat keistimewaan-keistimewaan Al-Madaniy, maka orang mengatakan bahwa dia adalah Madaniyah. Ini kias ijtihadiy.
Untuk ini orang mengemukakan contoh tiap-tiap surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi-nabi dan bangsa-bangsa yang sudah lenyap, maka ayat ini adalah Makkiyah. Tiap-tiap surat yang di dalamnya terdapat kewajiban-kewajiban atau hukum, maka surat ini adalah Madaniyyah, beginilah kata Al Ja’bariy. Untuk mengetahui Al-Makkiy dan Al-Madaniy dua caranya. Sama’i dan kiasi.[13]

 PENUTUP
KESIMPULAN

Masih dalam kaitan dengan ilmu asbabin nuzul, ilmu makki wal-madani yang secara khusus membahas Al-Qur’an dari segi periodesasi turunnya Al-Qur’an saat Nabi Muhammad SAW. Bertempat tinggal Makkah dan setelah beliau hijrah ke Madinah, merupakan salah satu cabang ilmu Al-Qur’an yang sangat signifikan dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an. Terutama dalam kedudukannya sebagai sarana untuk mencermati ayat-ayat Al-Qur’an dari segi makkiyah dan madaniyah-nya. Dan ini sangat berguna bagi mufassirin terutama dalam menganalisis hubungan antara ayat yang satu dengan ayat yang lain di saat hendak menyimpulkan pemecahan suatu masalah dan peng-istimbatan hukum.
Ada dua cara untuk mengetahui surat Makki dan surat Madani, yaitu dengan cara sima’i dan kias. Metode sima’i naqli itu dikaitkan kepada riwayat yang sah dari sahabat-sahabat yang hidup dimasa turunnya wahyu itu. Mereka ini menyaksikan sendiri turunnya. Metode kias ijtihadiy itu dikaitkan kepada keistimewaan Al-Makki dan Al-Madani. Untuk ini orang mengemukakan contoh tiap-tiap surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi-nabi dan bangsa-bangsa yang sudah lenyap, maka ayat ini adalah Makkiyah. Tiap-tiap surat yang di dalamnya terdapat kewajiban-kewajiban atau hukum, maka surat ini adalah Madaniyyah.


DAFTAR PUSTAKA
Marzuqi Kamaluddin, ‘Ulum Al-Qur’an, Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 1994
Quthan Mana’ul, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1993
Suma Muhammad Amin, Ulumul Qur’an, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2013




[1] Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2013, hlm : 276
[2] Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, Jakarta : PT Rineka C6ipta, 1993, hlm 1:63
[3] Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Jakarta : PT RajaGrafindo P4ersada, 2013, hlm : 275
[4] Kamaluddin Marzuki, ‘Ulum Al-Qur’an, Bandung : PT Remaja Rosdaka62rya, 1994, hlm : 52
[5] Kamaluddin Marzuqi, ‘Ulum Al-Qur’an, Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 1994, hlm : 48
[6] Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2013, hlm : 275
[7] Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1993, hlm :64
[8] Kamaluddin Marzuki, ‘Ulum Al-Qur’an, Bandung : PT Remaja Rosdaka62rya, 1994, hlm : 58
[9] Kamaluddin Marzuqi, ‘Ulum Al-Qur’an, Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 1994, hlm : 49
[10] Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1993, hlm :62
[11] Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2013, hlm : 287
[12] Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2013, hlm : 286
[13] Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1993, hlm :63

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates