October 23, 2014

Timbulnya dan Perkembangan Ulumul Qur'an

PENDAHULUAN
                  A.    Latar Belakang
Al-Quran merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, yang diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, baik lafal maupun uslub-nya. Al-Quran bukan hanya berisi petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya ( Hablum min Allah wa hablum min an-nas), serta manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (kaffah), diperlukan pemahaman terhadap kandungan al-Quran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.
Kitab suci al-Quran sebagai pedoman umat Islam harus dipahami dengan benar. Hasbi Ash-Shidieqi menyatakan untuk dapat memahami al-Quran dengan sempurna, bahkan untuk menterjemahkannya sekalipun, diperlukan sejumlah ilmu pengetahuan, yang disebut Ulumul Qur”an.[1] Berikut ini akan dibahas mengenai sejarah perkembangan Ulumul Qur’an.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
a)      Bagaimanakah sejarah timbulnya Ulumul Qur’an?
b)      Bagaimana sejarah perkembangan ilmu-ilmu al-Qur’an?
  
PEMBAHASAN
                  A.    Sejarah timbulnya Ulumul Qur’an
Dilihat dari aspek sejarah bahwa subtansi ulumul qur’an sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW. Penyampaian informasi-informasi  mengenai wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat secara langsung merupakan bagian dari materi ulumul qur’an. Namun timbulnya Istilah  Ulumul Qur’an sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri para ahli sejarah ulumul qur’an berbeda-beda pendapat, diantaranya :
1.      Shubhi Ash-Shalih dalam bukunya Mabahits Fi Ulumil Qur'an mengatakan, istilah Ulumul Qur'an sudah ada mulai dari abad ke-III H. sebab, paling lambat pada akhir abad ke-III itu sudah ada kitab yang berjudul Al-Hawi Fi Ulumil Qur'an yang ditulis Imam Ibnu Marzuban ( wafat 309 H ). yang jelas, dalam buku itu sudah menggunakan istilah Ulumul Qur'an, dan Imam Ibnu Marzuban meninggal tahun 309 H.
2.      Syekh AbduL'Adhim Az-Zarqani dalam kitabnya Manaahilul 'Irfan mengatakan,bahwa istilah Ulumul Qur'an itu sudah ada sejak abad ke-V itu sudah ada kitab yang berjudul Al-Burhan Fi Ulumil Qur'an yang terdiri dari 30 Juz. Karena itu, sejak abad ke-V H itu banyak orang yang mendengar istilah Ulumul Qur'an.
3.      Jumhur Ulama dan para ahli sejarah Ulumul Qur'an berpendirian, istilah Ulumul Qur'an yang Mudawwan itu ada pada abad ke-VII H. sebab,baru pada akhir abad ke-VII mulai ada kitab yang memakai istilah Ulumul Qur'an, yaitu kitab Fununul Afnan Fi 'Ulumil Qur'an” dan kitab Al-Mujtaba Fi Ulumin Tata 'allaqu Bil Qur'an yang ditulis oleh Abdul Faraj Ibnul Jauzi ( wafat 597 H).
4.      M.Hasbi Ash-Shidiqi dalam bukunya Syarah dan pengantar Ilmu Tafsir, menerangkan bahwa menurut hasil penelitian sejarah, ternyata Imam Al-Kafiji ( wafat 879 H ) adalah orang yang pertama kali membukukan Ulumul Qur'an. Karena itu istilah Ulumul Qur'an itu baru ada sejak abad ke-VII H.sebab, pada abad itulah baru ada buku Ulumul Qur'an itu.
Lahirnya istilah Ulumul Qur'an dapat dijelaskan bahwa istilah Ulumul Qur'an itu sudah ada sejak abad ke III H, dengan adanya kitab Al-Hawi fi'Ulumil Qur'an karya Imam Ibnu Marzuban (309 H ), yang diteruskan pada abad ke-V H dengan adanya kitab Al-Burhan Fi Ulumil Qur'an karya Ali Al-KHUFI ( 430 H ).kemudian dikembangkan pada abad ke-VII H dengan adanya kitab Fununul Afnan Fi Ulumil Qur'an tulisan Ibnu Jauzi (597 H) dan dilengkapi pada abad ke-VIII H oleh Syekh Badruddin Az-Zarkasih(794 H) Dengan karyanya Al-Burhan Fi Ulumil Qur'an. Selanjutnya, Ulumul Qur'an itu di sempurnakan Imam As-Suyuti (911 ) dalam kitabnya Al-Itqan Fi Ulumil Qur'an pada akhir abad ke-IX dan awal abad ke-X H.
Lahirnya istilah Ulumul Qur'an yang di maksud  ialah Ulumul Qur'an yang sudah sistematis, ilmiah, dan integratif, maka hal itu sebetulnya baru ada pada abad ke-VII H sesuai dengan pendapat Jumhur Ulama, sebagaimana penjelasan seperti yang diatas.[2]
                  
                B.     Sejarah Perkembangan Ilmu-ilmu al-Quran.
Ulumul Qur’an itu sendiri bermula dari Rasulullah SAW, sebagai penafsir utama dan pertama al-Qur’an. Allah menrunkan al-Qur’an kepadanya dan mengajarkan segala sesuatu yang belum diketahuinya. Penulisan tentang tafsir dan ilmu al-Qur’an belum dibutuhkan selama Rasulullah dan para sahabat utamanya masih ada. Ada beberapa alasan kenapa para sahabat ketika Nabi masih ada dan beberapa saat sepeninggal beliau tidak menulis apa yang mereka terima dari Nabi Muhammad SAW, yang berkenaan dengan Ulumul Qur’an diantaranya sebagai berikut.
Pertama para sahabatNabi mempunyai daya hafal yang sangat kuat. Kedua , sebagian besar sahabat Nabi adalah orang-orang yang buta aksara dan ketika mereka mendapatkan problem,maka langsung bertanya kepada Nabi SAW. Ketiga, sarana tulis menulis ketika itu sulit didapat. Keempat , Rasulallah SAW tidak menginginkan mereka menuliskan sesuatu dari dia selain al-Qur’an, karena dikhawatirkan al-Qur’an akan tercamput dengan yang lain.[3]
1.      Keadaan ilmu-ilmu al-Qur’an pada abad I dan II H
Pada masa Nabi dan pemerintahan Abu Bakar dan Umar ilmu-ilmu Al quran belum dibukukanb karena umat islam belum memerlukannya. Pada masa pemerintahan Usman rejadi perselisihan dikalangan umat Islam mengenai bacaan Al quran, maka khalifah Usman mengambil tidakan penyeragaman tulisan Al quran dan untuk menjaga persatuan umat islam. Dan tindakan khalifah Usman tersebut merupakan perintisan bagi lahirnya suatu ilmu yang kemudian dinamai “Ilmu Rasmil Qur’an” atau “Ilmu Rasmil Usmani”.[4]
Pada pemerintahan Ali makin bertambah banyak bangsa non arab yang masuk islam dan mereka tidak menguasai bahasa arab, sehingga bisa jadi mereka salah membaca Al quran, karena mereka tidak mengerti I’robmya (kedudukan kata-kata dalam sebuah kalimat), padahal pada waktu itu tulisan Al quran belum ada harokat-harokatnya huruf-hurufnya belum ada titiknya dan tanda-tanda lainnya yang memudahkan bagi yang membacanya. Karena itu khalifah Ali memerintahkan kepada Abul Aswad Alduali (wafat tahun 691 H) untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa arab, demi untuk menjaga keselamatan bahasa arab yang menjadi bahasa Al quran. Maka tindakan khalifah Ali yang bijaksana ini dipandang sebagai perintis bagi lahirnya ilmu nahwu dan ilmu I’robil Quran.
Pada zaman Bani Umayyah, kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu pada penyebaran ilmu-ilmu Al-Qur’an melalui jalan periwayatan dan pengajaran secara lisan, bukan melalui tulisan atau catatn. Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukuannya.[5]
Pada abad I dan II H selain Utsman dan Ali, masih terdapat banyak ulama yang diakuai sebagai perintis bagi lahirnya ilmu yang kemudian hari dinamai IlmuTafsir,Ilmu Asbabun Nuzul, Ilmu Makky wal Madani, Ilmun Nasikh wal Mansuk dan Ilmu Gharibul Qur’an.
Adapun tokoh-tokoh yang meletakkan batu pertama untuk lahirnya ilmu-ilmu al-Qur’an tersebut diatas ialah:
a.       Dari kalangan sahabat: Kholifah empat, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubaid bin Ka’ab, Abu Musa al-Asy’ari, Ibnu al-Zubair.
b.      Dari kalangan Tabiin : Mujahid, Atha’ bin Yasar, Ikrimah Qatadah, Al-Hasan al Basri, Said bin Jubair, Zaid bin Aslam
c.       Dari kalangan Tabi’ut Tabiin : Malik bin Anas.
Pada masa penyusunan ilmu-ilmu agama yang dimulai sejak permulaan abad II H, maka para ulama memberikan perioritas atas penyusunan tafsir, sebab tafsir adalah Umul ‘Ulum al-Qur’aniyah ( Induk ilmu-ilmu al-Qur’an).
Diantara Ulama abad II H yang menyusun Tafsir ialah:
a.       Syu’bah bin al-Hajjaj ( wafat tahun 160 H)
b.      Sufyan bin ‘Uyainah (wafat tahun 198 H)
c.       Waki’ bin al-Jarrah ( wafat 197 H)
Dari perkembangan kitab-kitab Tafsir sejak dimulai usaha penyusunan tafsir-tafsir al-Qur’an pada abad II H sampai sekarang ini, maka kita dapat mengetahui bahwa disamping ada ulama yang menafsirkan al-Qur’an dengan naqli ( tafsir bil manqul), ada yang menafsirkannya dengan ra’yi / akal (tafsir bin ma’qul). Demikian pula ada ulama yang menafsirkan al-Qur’an seluruhnya, ada yang menafsirkan satu juz atau satu surat atau kumpulan ayat tertentu, misalnya ayat Ahkam dan sebagainya.[6]
2.      Keadaan ilmu-ilmu al-Qur’an pada abad III dan IV H
Pada abad III H selain Tafsir dan Ilmu Tafsir, para ulama mulai menyusun pula beberapa ilmu al-Qur’an ialah :
a.       Ali bin al-Madini (wafat tahun 234 H) menyusun ilmu Asbabun Nuzul.
b.      Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (wafat 224 H) menyusun ilmu Nasikh wal Mansukh dan ilmu Qiraat.
c.       Muhammad bin Ayub al-Dhirris (wafat tahun 294 H) menyusun ilmu Makki wal Madani
d.      Muhammad bin Kholaf al-Marzuban (wafat tahun 309 H)  menyusun kitab al-Hawi fi Ulumil Qur’an ( 27 juz)
                        Pada abad IV H mulai disusun ilmu Gharibul Qur’an dan beberapa kitab Ulumul Qur’an dengan memakai istilah Ulumul Qur’an. Diantara ulama yang menyusun ilmu Gharibul Qur’an dan kitab-kitab Ulumul Qur’an pada abad IV ini adalah:
a.       Abu Bakar al-Sijistani (wafat tahun 330 H) menyusun ilmu Gharibul Qur’an
b.      Abu Bakar Muhammad bin al-Qasim al-Anbari (wafat 328 H) menyusun kitab ‘Ajaibu Ulumil Qur’an. Didalam kitab ini, ia menjelaskan atas tujuh huruf, tentang penulisan mashaf, jumlah bilangan surat-surat, ayat-ayat dan kata-kata dalam al-Qur’an.
c.       Abu Hasan al-Asy’ari (wafat tahun 324 H) menyusun kitab al-Mukhtazan fi Ulumil Qur’an/
d.      Muhammad bin ‘Ali al-Adwafi (wafat tahun 388 H) menyusun kitab al-Istighna’ fi Ulumil Qur’an (20 jilid).[7]
3.      Keadaan ilmu-ilmu al-Qur’an pada abad V dan VI H
Pada Abad V H mulai disusun ilmu I’rabil Qur’an dalam satu kitab. Disamping itu, penulisan kitab-kitab dalam Ulumul Qur’an masih terus dilakukan oleh para Ulama pada masa ini.
Adapun Ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul Qur’an pada abad V adalah :
a.       Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Chufi (wafat tahun 430 H) selain memplopori penyusunan Ilmu I’rabil Qur’an, kitab al-Burhan fi Ulumil Qur’an.
b.      Abu ‘Amr al-Dani (wafat tahun 444 H) menyusun kitab al-Taisir fil Qiroatis sab’I dan kitab Almuhkam fi al-Nuqoti.
Pada abad VI H disamping terdapat Ulama yang meneruskan pengembangan Ulumul Quran juga terdapat Ulama yang memulai menyusun ilmu Mubhamatil Qur’an, mereka di antaranya ialah:
a.       Abdul Qasim bin Abdurrahman al-Suhaili (wafat tahun 581 H) menyusun kitab tentang Mubhanatul Qur’an.
b.      Ibnu Jauhzi (wafat tahun 597 H) menyusun kitab Fununul Afnan fi ‘Ajaibil Qur’an dan kitab al-Mujtaba fi Ulumin Tata’alaku bil Qur’an.[8]
4.      Keadaan ilmu-ilmu al-Qur’an pada abad VII dan VIII H
Pada abad VII H ilmu-ilmu Al qur’an terus berkembang dengan mulai tersusunnya ilmu Majazul Qur’an dan tersusun pula ilmu Qiraat. Diantara ulama abad VII yang besar perhatiannya adalah:
a.       Ibnu ‘Abdis Salam yang terkenal dengan nama al,Izz (wafat tahun 660 H) adalah pelopor penulisan ilmu Majazul Qur’an dalam satu kitab.
b.      Alamudin al-Sakhawi (wafat tahun 643 H) menysun ilmu Qiraat dalm kitabnya Jamalul qurra’ wa Kamalul Iqra’.
c.       Abu Syamah (wafat tahun 655 H) menyusun kitab Al-Mursyidul Wajis fi Ma Yata’alaku bin Qur’an.
       Pada abad VIII H munculah beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru
tentang Al qur’an, sedang penulisan kitab-kitab tentang Ulumul Qur’an masih tetap berjalan terus. Diantara mereka ialah:
a.       Ibnu Abil Isba’ menyusun ilmu Badai’ul Qur’an.
b.      Ibnu Qayyim (wafat tahun 752 H) menyusun ilmu Aksamil Qur’an.
c.       Najmudin al-Thufi (716 H) menyusun ilmu Hujajil Qur’an atau ilmu Jadalil Qur’an.
d.      Abul Hasan al-Mawardi menyusun ilmu Amtsalil Qur’an.
e.       Badruddin al-Zarkasyi (wafat tahun794 H) menyusun kitab Al-Burhan fi Ulumil Qur’an.[9]
5.      Keadaan ilmu-ilmu al-Qur’an pada abad IX dan X H
Pada abad IX dan permulaan abad X H, banyak karangan-karangan yang ditulis oleh ulama tentang ilmu-ilmu al-Qur’an dan pada masa ini perkembangan ulumul Qur’an mencapai kesempurnaannya. Diantara ulama yang menyusun Ulumul Qur’an pada masa ini adalah :
a.       Jalaluddin al-Bulqini (wafat tahun 824 H) menyusun kitab Mawaqi’ul Ulum min Mawaqi’in Nujum.
b.      Muhammad bin Sulaiman al-Kafiyaji ( wafat tahun 879 H) menyusun kitab al-Taisir fi Qowaidid Tafsir.
c.       Al-Suyuti (wafat tahun 199 H) menyusun kitab al-Tahbir fi Ulumit Tafsir. Penyusunan kitab ini selesai pada tahun 872 H dan merupakan kitab tentang Ulumul Qur’an yang paling lengkap karena memuat 102 macan ilmu-ilmu al-Qur’an.
Setelah al-Suyuti wafat pada tahun 911 H, perkembangan ilmu-ilmu al-Qur’an seolah-olah telah mencapai puncaknya dan berhenti dengan berhentinya kegiatan ulama dalam mengembangkan ilmu-ilmu al-Qur’an,dan keadaan semacam itu berjalan sejak wafatnya Imam al-Suyuti (911 H) sampai akhir abad XIII.[10]
6.      Keadaan ilmu-ilmu al-Qur’an pada abad XIV H dan XV
Setelah memasuki abad XIV H ini maka bangkit kembali perhatian ulama menyusun kitab-kitab yang membahas al-Qur’an dari berbagai segi dan macam ilmu al-Qur’an. Diantara mereka adalah:
a.       Thahir al-Jazairi menyusun kitab al-Tibyan fi Ulumil Qur’an yang selesai pada tahun 1335 H.
b.      Jamaluddin al-Qasimi (wafat tahun 1332 H) mengarang kitab Mahasinut Ta’wil.
c.       Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani menyusun kitab Manahilul ‘Ifran fi Ulumil Qur’an ( 2 jilid).
d.      Muhammad Ali Salamah mengarang kitab Manhajul Furqon fi Ulumil Qur’an.
e.       Thanthawi Jauhari mengarang kitab Al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an dan kitab Al-Qur’an wal Ulumul Ashriah.[11]

PENUTUP
            A.    Kesimpulan
            Pertumbuhan dan perkembangan ‘Ulumul Qur’an berlangsung dalam rentang waktu yang panjang. Walaupun pada masa nabi hidup di siplin ilmu ini belum dibukukan, sebab sahabat merasa cukup meminta penjelasan dari rasul akan sesuatu yang tidak dipahami. Namun hal ini berkembang, dimana wilayah Islam telah luas dan banyak orang ‘Ajam (non Arab) yang masuk Islam, tentunya mereka mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami Al-Qur’an. Lahirlah inisiatif dari Usman untuk menyalin Al-Qur’an kembali dari Salinan Al-Qur’an  yang pernah ditulis di masa Nabi hidup dan diperbanyak. Tindakan ini disusul dengan berbagai kegiatan para sahabat dan para tabi’in untuk menggali berbagai ilmu dalam Al-Qur’an, sehingga lahirlah berbagai kitab. Akhirnya pada abad ke-2 H ‘Ulumul Qur’an mulai dibukukan. Dengan kitab-kitab yang sudah ditulis tersebut semakin meramaikan pembahasan para Ulama tentang Al-Qur’an. Imam As-Suyuthi adalah salah satu Ulama ‘Ulumul Qur’an yang berpengaruh, karena kitabnya menjadi pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini.

           B.     Saran
              Ulumul Qur’an adalah merupakan ilmu yang dapat digunakan sebagai metode dalam mempelajari al-Quran dengan berbagai perspektif dan cabang-cabangnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Syad ayat 29 yang menegaskan bahwa: ‘Ini adalah kitab al-Qur’an yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah agar mereka merenungkan ayat-ayatNya dan supaya mereka mempunyai pikiran dan mauidhah yang berguna dan bermanfaat’. Diturunkannya al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. adalah sebagai tadabbur, direnungkan maknaya, dipikirkan dan diamalkan, bukan sekadar dibaca tanpa pengamalan dari isi dan maknanya, dan wajib hukumnya bagi umat Islam untuk mempelajari, memahami dan menerapkannya dalam sendi-sendi kehidupan sehari-hari.[12]


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Mawardi.Ulumul Qur’an. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011). Cet.I.
Ash-Shidieqi,T.M. Hasbi.Sejarah dan pengantar Ilmu Al-Qur’an/ Tafsir.(Jakarta: Bulan Bintang.1980).Cet. VII.
Zuhdi,Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an. (Surabaya: PT Bina ILmu.1993).Cet. IV. http://nasserdaulay.blogspot.com/2013/05/ulumul-quran-pengertian-dan-sejarah.html.2.02-06-1=2014



[1] T.M. Hasbi Ash-Shidieqi, Sejarah dan pengantar Ilmu Al-Qur’an/ Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), Cet. VII, H. 112
[3] Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet.I, H.5-6
[4] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: PT Bina ILmu, 1993),Cet. IV, H.26
[6] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: PT Bina ILmu, 1993),Cet. IV, H.26-27
[7] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: PT Bina ILmu, 1993),Cet. IV, H.27-28
[8] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: PT Bina ILmu, 1993),Cet. IV, H.28-29
[9] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: PT Bina ILmu, 1993),Cet. IV, H.29-30
[10] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: PT Bina ILmu, 1993),Cet. IV, H.30-31
[11] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: PT Bina ILmu, 1993),Cet. IV, H.31

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates