Attitude dan Kepuasan Kerja
I.
PENDAHULUAN
Dalam sebuah organisasi tidak hanya di butuhkan sebuah tindakan atau
pemikiran semata namaun lebih dari itu, di dalam sebuah organisasi di perlukan
pula yang namanya sikap sebagai respon kepada organisasi tersebut. karena dalam
sebuah oraganisasi tentunya seorang individu merasakan kenyamanan dan kepuasan
dalam bekerja dalam organsasi atau justru sebaliknya meras terganggu dan
terbebani dalam organisasi tersebut.
Dalam makalah ini kami akan sedikit menguraikan tentang attitude dan
kepusan kerja yang mana hal tersebuat akan sedikit banyak membantu kita dalam
mencapai kepuasan dalam berorganisasi.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa
pengertian attitude?
B.
Bagaimana
cirri-ciri attitude?
C.
Apa
yang menyebabkan pembentukan dan perubahan attitude?
D.
Apa
pengertian kepuasan kerja?
E.
Bagaimana
kategori kepuasan kerja?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Attitude
Attitude atau
sikap menurut Kreitner dan Kinicki didefinisikan sebagai suatu kecenderungan
yang dipelajari untuk merespon dengan cara menyenangkan secara konsisten
berkenaan dengan objek tertentu. Apabila kita mempunyai sikap positif tentang
pekerjaan kita, maka kita akan bekerja lebih lama dan lebih keras. Sikap
mendorong kita untuk bertindak dengan cara spesifik. Artinya, sikap mempengaruhi
perilaku pada berbagai tingkat yang berbeda.
Schermerhorn,Hunt,Osborn
dan Uhl-Bein mendeskripsikan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan merespon
secara positif atau negatif pada seseorang atau sesuatu dalam lingkungannya.
Sikap akan tampak apabila kita mengatakan suka atau tidak suka akan sesuatu
atau seseorang.[1]
Sikap juga
merupakan pernyataan evaluatif, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan
tentang objek, orang atau kejadian tertentu yang mana kita dapat menilai dengan
cara pandang atau sikap perasaan tetapi sikap tersebut disertai oleh
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tersebut. Jadi, tepatnya
attitude dapat diartikan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu
hal.
4 Jenis sikap yang harus dimilki dan dikembangkan oleh seorang manajer
puncak yaitu :
Pertama, tidak melupakan bahwa karena kedudukan dan peranannya yang harus
melihat dan memperlakukan organisasi dalam totalitasnya, seorang manajer puncak
harus bersikap sebagai seorang generalis, danbukan sebagai seorang spesialis.
Kedua, sebagai seorang praktisi, terdapat perbedaan antara seorang manajer
puncak dengan seorang spesialis atau seorang manajer yang bukan manajer
puncak.seorang pemimpin puncak perlu memiliki sikap pragmatisme dan realisme
serta berorientasi kepada hasil kerja. Berbeda halnya dengan seorang spesialis
yang pada umumnya menutamakan pemecahan masalah secara optimum.
Ketiga, persepsi seorang manajer puncak haruslah selalu dilatarbelakangi
oleh totalitas organisasi. Sikap yang berkotak-kotak atau parsial yaitu melihat
dan mengutamakan bagian-bagian tertentu dari organisasi bukanlah sikapyang
diharakan dari manajer puncak.
Keempat, seorang manajer puncak
harus mampu memanfaatkan keahlian dan hasil-hasil pemikiran para spesialis dan
manajer bukan puncak.yang penting ialah seorang manajer puncak tidak boleh
menjadi tawanan dari pandangan yang spesialistik atau parsial itu.[2]
B.
Ciri-ciri
Attitude
Cirri-ciri attitude sebagai berikut
1.
Attitude
bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan,melainkan dibentuk atau dipelajarinya
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif bio genetis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat, dan lain lain.
2.
Attitude
itu dapat berubah-ubah, karena itu attitude dapat dipelajari orang atau
sebaliknya, attitude-attitude itu dapat dipelajari, karena itu
attitude-attitude dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan
dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya attitude pada orang itu.
3.
Attitude
itu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu
terhadap suatu objek. Dengan kata lain, attitude itu berbentuk, dipelajari,
atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu.
4.
Objek
attitude itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi attitude itu dapat berkenaan dengan satu
objek saja, tetapi juga berkenaan dengan sederetan objek-objek yang serupa.
Contoh: mungkin terdapat attitude tidak
hanya terhadap orang tertentu saja. Tetapi terhadap seluruh golongan atau
bangsa yang diwakili oleh orang tadi. Bukan saja si X adalah orang yang rajin,
tetapi “bangsa orang x adalah bangsa yang rajin bekerja”, dan dalam hal ini
attitude itu sudah melibatkan jutaan orang sebangsa x.
5.
Attitude
mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang
membeda-bedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki orang.[3]
C.
Penyebab
Pembentukan dan Perubahan Attitude
Pembentukan Attitude
tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarang saja. Pembentukannya
senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan berkenaan dengan objek
tertentu.interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat
mengubah attitude atau membentuk attitude yang baru. Yang dimaksudkan dengan
interaksi di luar kelompok ialah interaksi dengan hasil buah kebudayaan manusia
yang sampai kepadanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio,
televise, buku, risalah, dan lain-lainnya. Tetapi pengaruh dari luar diri
manusia karena interaksi di luar kelompoknya itu sendiri belum cukup untuk
menyebabkan berubahnya attitude atau terbentuknya attitude baru.
Faktor-faktor
lain yang turut memegang perananya adalah faktor-faktor intern didalam diri
pribadi manusia itu, yakni selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau
minat-perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang
dari luar dirinya itu. Dan faktor-faktor intern itu turut ditentukan oleh
motif-motif dan attitude lainnya yang sudah terdapat dalam diri pribadi orang
itu. Jadi dalam pembentukan dan perubahan attitude itu terdapat faktor-faktor
intern dan faktor-faktor extern pribadi individu yang memegang peranannya.[4]
D.
Pengertian
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja
menurut Robbins dan Judge adalah sebagai perasaan positif tentang pekerjaan
sebagai hasil evaluasi dari karakteristiknya. Pekerjaan memerlukan interaksi
dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasional,
memenuhi standar kinerja, hidup dengan kondisi kerja kurang ideal, dan
semacamnya.
Sedangkan Mc
Shance dan Von Glinow memandang kepuasan kerja sebagai evaluasi seseorang atas
pekerjaan dan konteks pekerjaan. Merupakan penilaian terhadap karakteristik
pekerjaan, lingkungan kerja, dan pengalaman emosional di pekerjaan yang
dirasakan. Pendapat lain mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah respon
emosional terhadapberbagai aspek dari pekerjaan seseorang. Definisi ini
menyatakan secara tidak langsung bahwa kepuasan kerja bukanlah merupakan konsep
tunggal. Melainkan, orang dapat secara relatif puas dengan satu aspek atau
lebih.[5]
Menurut kami
kepuasan kerja merupakan cerminan bagaimana kita merasakan tentang pekerjaan
kita dan apa yang kita pikirkan tentang pekerjaan kita. Yang mana tingkat
kepuasan kerja tersebut merupakan tingkat perasaan yang menyenangkan yang
diperoleh dari pekerjaan seseorang atau pengalaman kerja. Kepuasan kerja adalah
penilaian dari pekerja tentang seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan
memuaskan kebutuhannya. Kepuasan kerja juga merupakan sikap umum yang merupakan
hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian
diri dan hubungan sosial individu di luar kerja.
Kepuasan kerja
pada dasarnya adalah “security feeling”(rasa aman) dan mempunyai segi-segi:
1.
Segi
sosial ekonomi
2.
Segi
sosial psikologi yang meliputi kesempatan untuk maju, kesempatan mendapatkan
penghargaan, berhubungan dengan masalah pengawasan,berhubungan dengan pergaulan
antar karyawan dengan karyawan dan antar karyawan dengan atasannya.
Sementara itu
faktor faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja seseorang adalah :
kedudukan, pangkat dan jabatan, masalah umur, jaminan financial dan jaminan
sosial, mutu pengawasan. Dalam suatu pekerjaan karyawan cenderung lebih
menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
keterampilan dan kemampuan mereka dalam menawarkan beragam tugas, kebebeasan,
dan umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. Selain itu para karyawan
juga menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan
sebagai adil, tidak meragukan, dan sesuai dengan pengharapan mereka.[6]
E.
Kategori
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja di kategorikan menjadi beberapa, antara lain sebagai
berikut:
1.
Pay
Satisfaction yaitu mencerminkan perasaan pekerja tentang bayaran mereka,
termasuk apakah sebanyak yang mereka berhak mendapatkan, diperoleh dengan aman,
dan cukup untuk pengeluaran normal dan kemewahan. Pay satisfaction didasarkan
pada perbandingan antara bayaran yang diinginkan pekerja dengan yang mereka
terima.
2.
Promotion
Satisfaction yaitu mencerminkan perasaan pekerja tentang kebijakan promosi
perusahaan dan pelaksanaannya, termasuk apakah promosi sering diberikan,
dilakukan dengan jujur, dan berdasar pada kemampuan.
3.
Supervision
Satisfaction yaitu mencerminkan perasaan pekerja tentang atasan mereka,
termasuk apakah atasan mereka kompeten, sopan dan komunikator yang baik, dan
bukan bersifat malas, mengganggu dan menjaga jarak. Kebanyakan pekerja
mengharapkan atasan membantu mereka mendapatkan apa yang mereka hargai.
4.
Coworker
satisfaction yaitu mencerminkan perasaan pekerja tentang teman sekerja mereka.
Termasuk apakah rekan kerja mereka cerdas, bertanggung jawab, membantu, menyenangkan,
dan menarik. Pekerja mengharapkan rekan sekerjanya membantu dalam pekerjaan.
Hal ini penting karena kebanyakan dalam batas tertentu mengandalkan para rekan
sekerja dalam menjalankan tugas pekerjaan. Disisi lain, kita mengharapkan
senang bekerja sama dengan mereka, karena menggunakan banyak waktu bersama
rekan sekerja. Rekan sekerja yang menyenaangkan dapat hari kerja berjalan lebih
cepat.
5.
Satisfaction
with the work itself yaitu mencerminkan perasaan pekerja tentang tugas
pekerjaan mereka sebenarnya, termasuk apabila tugasnya menantang, menarik
dihomati, dan memanfaatkan keterampilan penting daripada sifat pekerjaan yang
menjemukan, berulang-ulang dan tidak nyaman. Aspek ini memfokus pada apa yang
sebenarnya dilakukan pekerja.
6.
Altruism
yaitu sikap suka membantu orang lain dan menjadi penbyebab moral. Sifat ini
antara lain ditunjukkan oleh kesediaan orang untuk membantu rekan sekerja
ketika sedang menghadapi banyak tugas.
7.
Status
yaitu mempunyai kekuasaan atas orang lain, atau merasa memiliki popularitas.
Promosi jabatan diatu sisi menunjukkan peningkatan status, disisi lainnya akan
memberikan kepuasan karena prestasinya dihargai.
8.
Environment
yaitu lingkungan yang menunjukkan perasaan nyaman dan aman. Lingkungan kerja
yang baik dapat meningkatkan kualitas keterampilan kerja di tempat pekerjaan. [7]
IV.
KESIMPULAN
Attitude atau
sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk merespon dengan cara
menyenangkan secara konsisten berkenaan dengan objek tertentu.
Cirri-ciri attitude yaitu Attitude
bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau dipelajarinya
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Attitude itu
dapat berubah-ubah, Attitude itu tidak dapat berdiri sendiri, Objek attitude
itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan
dari hal-hal tersebut. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi
perasaan.
Pembentukan
Attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarang saja.
Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan berkenaan
dengan objek tertentu.interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar
kelompok dapat mengubah attitude atau membentuk attitude yang baru.
Kepuasan kerja
adalah sebagai perasaan positif tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi dari
karakteristiknya.
Kepuasan kerja di kategorikan menjadi beberapa, antara lain yaitu Pay Satisfaction, Promotion Satisfaction, Supervision Satisfaction,
Coworker satisfaction Satisfaction with the work itself, Altruism, Status,
Environmen.
V.
PENUTUP
Demikian
makalah yang dapat kami sampaikan, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, dan diharapkan diskusi, kritik saran dapat menjadi penyempurna
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, Perilaku
Dalam Organisasi,Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2013
Gerungan WA, Psikologi Sosial,
Bandung: PT ERESCO,1991
Rivai
Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, Jakarta:PT Raja Gravindo Persada,2003
Siagian, P.Sondang, Analisis serta perumusan
kebijaksanaan dan strategi organisasi, Jakarta:PT Gunung agung, 1986
[1]
Prof.Dr.Wibowo, SE.,M.PHIL,Perilaku
Dalam Organisasi,(Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2013) Hal.50
[2] Prof. Dr. Sondang
P.Siagian, Analisis serta perumusan kebijaksanaan dan strategi organisasi,
(Jakarta:PT Gunung Agung, 1986), hlm 46.
[6] Prof.Dr.Veithzal
Rivai, MBA, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:PT Raja Gravindo
Persada,2003) Hal.248
owo, Perilaku Dalam Organisasi, Hal.134
0 komentar:
Post a Comment