September 12, 2015

Attitude dan Kepuasan Kerja


I.                   PENDAHULUAN
Dalam sebuah organisasi tidak hanya di butuhkan sebuah tindakan atau pemikiran semata namaun lebih dari itu, di dalam sebuah organisasi di perlukan pula yang namanya sikap sebagai respon kepada organisasi tersebut. karena dalam sebuah oraganisasi tentunya seorang individu merasakan kenyamanan dan kepuasan dalam bekerja dalam organsasi atau justru sebaliknya meras terganggu dan terbebani dalam organisasi tersebut.
Dalam makalah ini kami akan sedikit menguraikan tentang attitude dan kepusan kerja yang mana hal tersebuat akan sedikit banyak membantu kita dalam mencapai kepuasan dalam berorganisasi.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian attitude?
B.     Bagaimana cirri-ciri attitude?
C.     Apa yang menyebabkan pembentukan dan perubahan attitude?
D.    Apa pengertian kepuasan kerja?
E.     Bagaimana kategori kepuasan kerja?

III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Attitude
Attitude atau sikap menurut Kreitner dan Kinicki didefinisikan sebagai suatu kecenderungan yang dipelajari untuk merespon dengan cara menyenangkan secara konsisten berkenaan dengan objek tertentu. Apabila kita mempunyai sikap positif tentang pekerjaan kita, maka kita akan bekerja lebih lama dan lebih keras. Sikap mendorong kita untuk bertindak dengan cara spesifik. Artinya, sikap mempengaruhi perilaku pada berbagai tingkat yang berbeda.
Schermerhorn,Hunt,Osborn dan Uhl-Bein mendeskripsikan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan merespon secara positif atau negatif pada seseorang atau sesuatu dalam lingkungannya. Sikap akan tampak apabila kita mengatakan suka atau tidak suka akan sesuatu atau seseorang.[1]
Sikap juga merupakan pernyataan evaluatif, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan tentang objek, orang atau kejadian tertentu yang mana kita dapat menilai dengan cara pandang atau sikap perasaan tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tersebut. Jadi, tepatnya attitude dapat diartikan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.
4 Jenis sikap yang harus dimilki dan dikembangkan oleh seorang manajer puncak yaitu :
Pertama, tidak melupakan bahwa karena kedudukan dan peranannya yang harus melihat dan memperlakukan organisasi dalam totalitasnya, seorang manajer puncak harus bersikap sebagai seorang generalis, danbukan sebagai seorang spesialis.
Kedua, sebagai seorang praktisi, terdapat perbedaan antara seorang manajer puncak dengan seorang spesialis atau seorang manajer yang bukan manajer puncak.seorang pemimpin puncak perlu memiliki sikap pragmatisme dan realisme serta berorientasi kepada hasil kerja. Berbeda halnya dengan seorang spesialis yang pada umumnya menutamakan pemecahan masalah secara optimum.
Ketiga, persepsi seorang manajer puncak haruslah selalu dilatarbelakangi oleh totalitas organisasi. Sikap yang berkotak-kotak atau parsial yaitu melihat dan mengutamakan bagian-bagian tertentu dari organisasi bukanlah sikapyang diharakan dari manajer puncak.
Keempat,  seorang manajer puncak harus mampu memanfaatkan keahlian dan hasil-hasil pemikiran para spesialis dan manajer bukan puncak.yang penting ialah seorang manajer puncak tidak boleh menjadi tawanan dari pandangan yang spesialistik atau parsial itu.[2]
B.     Ciri-ciri Attitude
Cirri-ciri attitude sebagai berikut
1.      Attitude bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan,melainkan dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif bio genetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan lain lain.
2.      Attitude itu dapat berubah-ubah, karena itu attitude dapat dipelajari orang atau sebaliknya, attitude-attitude itu dapat dipelajari, karena itu attitude-attitude dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya attitude pada orang itu.
3.      Attitude itu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, attitude itu berbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu.
4.      Objek attitude itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi attitude itu dapat berkenaan dengan satu objek saja, tetapi juga berkenaan dengan sederetan objek-objek yang serupa. Contoh: mungkin  terdapat attitude tidak hanya terhadap orang tertentu saja. Tetapi terhadap seluruh golongan atau bangsa yang diwakili oleh orang tadi. Bukan saja si X adalah orang yang rajin, tetapi “bangsa orang x adalah bangsa yang rajin bekerja”, dan dalam hal ini attitude itu sudah melibatkan jutaan orang sebangsa x.
5.      Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membeda-bedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.[3]

C.    Penyebab Pembentukan dan Perubahan Attitude
Pembentukan Attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarang saja. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan berkenaan dengan objek tertentu.interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah attitude atau membentuk attitude yang baru. Yang dimaksudkan dengan interaksi di luar kelompok ialah interaksi dengan hasil buah kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televise, buku, risalah, dan lain-lainnya. Tetapi pengaruh dari luar diri manusia karena interaksi di luar kelompoknya itu sendiri belum cukup untuk menyebabkan berubahnya attitude atau terbentuknya attitude baru.  
Faktor-faktor lain yang turut memegang perananya adalah faktor-faktor intern didalam diri pribadi manusia itu, yakni selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat-perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya itu. Dan faktor-faktor intern itu turut ditentukan oleh motif-motif dan attitude lainnya yang sudah terdapat dalam diri pribadi orang itu. Jadi dalam pembentukan dan perubahan attitude itu terdapat faktor-faktor intern dan faktor-faktor extern pribadi individu yang memegang peranannya.[4]

D.    Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja menurut Robbins dan Judge adalah sebagai perasaan positif tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi dari karakteristiknya. Pekerjaan memerlukan interaksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasional, memenuhi standar kinerja, hidup dengan kondisi kerja kurang ideal, dan semacamnya.
Sedangkan Mc Shance dan Von Glinow memandang kepuasan kerja sebagai evaluasi seseorang atas pekerjaan dan konteks pekerjaan. Merupakan penilaian terhadap karakteristik pekerjaan, lingkungan kerja, dan pengalaman emosional di pekerjaan yang dirasakan. Pendapat lain mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah respon emosional terhadapberbagai aspek dari pekerjaan seseorang. Definisi ini menyatakan secara tidak langsung bahwa kepuasan kerja bukanlah merupakan konsep tunggal. Melainkan, orang dapat secara relatif puas dengan satu aspek atau lebih.[5]
Menurut kami kepuasan kerja merupakan cerminan bagaimana kita merasakan tentang pekerjaan kita dan apa yang kita pikirkan tentang pekerjaan kita. Yang mana tingkat kepuasan kerja tersebut merupakan tingkat perasaan yang menyenangkan yang diperoleh dari pekerjaan seseorang atau pengalaman kerja. Kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerja tentang seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Kepuasan kerja juga merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja.
Kepuasan kerja pada dasarnya adalah “security feeling”(rasa aman) dan mempunyai segi-segi:
1.      Segi sosial ekonomi
2.      Segi sosial psikologi yang meliputi kesempatan untuk maju, kesempatan mendapatkan penghargaan, berhubungan dengan masalah pengawasan,berhubungan dengan pergaulan antar karyawan dengan karyawan dan antar karyawan dengan atasannya.
Sementara itu faktor faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja seseorang adalah : kedudukan, pangkat dan jabatan, masalah umur, jaminan financial dan jaminan sosial, mutu pengawasan. Dalam suatu pekerjaan karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dalam menawarkan beragam tugas, kebebeasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. Selain itu para karyawan juga menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan sesuai dengan pengharapan mereka.[6]

E.     Kategori Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja di kategorikan menjadi beberapa, antara lain sebagai berikut:
1.      Pay Satisfaction yaitu mencerminkan perasaan pekerja tentang bayaran mereka, termasuk apakah sebanyak yang mereka berhak mendapatkan, diperoleh dengan aman, dan cukup untuk pengeluaran normal dan kemewahan. Pay satisfaction didasarkan pada perbandingan antara bayaran yang diinginkan pekerja dengan yang mereka terima.
2.      Promotion Satisfaction yaitu mencerminkan perasaan pekerja tentang kebijakan promosi perusahaan dan pelaksanaannya, termasuk apakah promosi sering diberikan, dilakukan dengan jujur, dan berdasar pada kemampuan.
3.      Supervision Satisfaction yaitu mencerminkan perasaan pekerja tentang atasan mereka, termasuk apakah atasan mereka kompeten, sopan dan komunikator yang baik, dan bukan bersifat malas, mengganggu dan menjaga jarak. Kebanyakan pekerja mengharapkan atasan membantu mereka mendapatkan apa yang mereka hargai.
4.      Coworker satisfaction yaitu mencerminkan perasaan pekerja tentang teman sekerja mereka. Termasuk apakah rekan kerja mereka cerdas, bertanggung jawab, membantu, menyenangkan, dan menarik. Pekerja mengharapkan rekan sekerjanya membantu dalam pekerjaan. Hal ini penting karena kebanyakan dalam batas tertentu mengandalkan para rekan sekerja dalam menjalankan tugas pekerjaan. Disisi lain, kita mengharapkan senang bekerja sama dengan mereka, karena menggunakan banyak waktu bersama rekan sekerja. Rekan sekerja yang menyenaangkan dapat hari kerja berjalan lebih cepat.
5.      Satisfaction with the work itself yaitu mencerminkan perasaan pekerja tentang tugas pekerjaan mereka sebenarnya, termasuk apabila tugasnya menantang, menarik dihomati, dan memanfaatkan keterampilan penting daripada sifat pekerjaan yang menjemukan, berulang-ulang dan tidak nyaman. Aspek ini memfokus pada apa yang sebenarnya dilakukan pekerja.
6.      Altruism yaitu sikap suka membantu orang lain dan menjadi penbyebab moral. Sifat ini antara lain ditunjukkan oleh kesediaan orang untuk membantu rekan sekerja ketika sedang menghadapi banyak tugas.
7.      Status yaitu mempunyai kekuasaan atas orang lain, atau merasa memiliki popularitas. Promosi jabatan diatu sisi menunjukkan peningkatan status, disisi lainnya akan memberikan kepuasan karena prestasinya dihargai.
8.      Environment yaitu lingkungan yang menunjukkan perasaan nyaman dan aman. Lingkungan kerja yang baik dapat meningkatkan kualitas keterampilan kerja di tempat pekerjaan. [7]

IV.             KESIMPULAN
Attitude atau sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk merespon dengan cara menyenangkan secara konsisten berkenaan dengan objek tertentu.
Cirri-ciri attitude yaitu Attitude bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Attitude itu dapat berubah-ubah, Attitude itu tidak dapat berdiri sendiri, Objek attitude itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.
Pembentukan Attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarang saja. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan berkenaan dengan objek tertentu.interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah attitude atau membentuk attitude yang baru.
Kepuasan kerja adalah sebagai perasaan positif tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi dari karakteristiknya.
Kepuasan kerja di kategorikan menjadi beberapa, antara lain yaitu Pay Satisfaction, Promotion Satisfaction, Supervision Satisfaction, Coworker satisfaction Satisfaction with the work itself, Altruism, Status, Environmen.

V.                PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, dan diharapkan diskusi, kritik saran dapat menjadi penyempurna makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi,Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2013
Gerungan WA, Psikologi Sosial, Bandung: PT ERESCO,1991
Rivai Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta:PT Raja Gravindo    Persada,2003
Siagian, P.Sondang, Analisis serta perumusan kebijaksanaan dan strategi organisasi, Jakarta:PT Gunung agung, 1986




[1] Prof.Dr.Wibowo, SE.,M.PHIL,Perilaku Dalam Organisasi,(Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2013) Hal.50
[2] Prof. Dr. Sondang P.Siagian, Analisis serta perumusan kebijaksanaan dan strategi organisasi, (Jakarta:PT Gunung Agung, 1986), hlm 46.
[3] Dr.WA Gerungan DIPL,.PSYCH, Psikologi Sosial,(Bandung: PT ERESCO,1991)Hal.152
[4] Op.Cit, Gerungan, Psikologi Sosial, Hal.155
[5] Op.Cit, Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi,Hal.132
[6] Prof.Dr.Veithzal Rivai, MBA, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:PT Raja Gravindo Persada,2003) Hal.248
[7] .Op.Cit, Wib
owo, Perilaku Dalam Organisasi, Hal.134

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates