September 12, 2015

Stress Kerja


Disusun Oleh :
Ristian Jannur Prihanadhy  (131311014)
Ima Nurhalimah                 (131311015)
Dian Ardi Setyakusuma      (131311016)
Risya Hasnaul Hanifah        (131311017)



FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN WALISONGO SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pengalaman stress dalam kehidupan kerja dan kehidupan pribadi bukanlah hal yang baru. Nenek moyang kita menghadapi  stress setiap kali mereka meninggalkan gua dan bertemu musuh, harimau bergigi bak pedang. Harimau tersebut kini sudah punah, tapi mereka digantikan oleh predator lain, seperti kelebihan beban kerja, atasan yang cerewet, masalah computer, tenggang waktu, penurunan jumlah pegawai, krisis keuangan dan juga tingkat perubahan yang cepat. Predator di tempat kerja kini berinteraksi dan menciptakan stress bagi individu di dalam maupun di luar pekerjaan.
Salah satu masalah palinh serius yang menimpa anggota-anggota organisasi adalah masalah stress ! menurut Ray (1991) kepustakaan mengenai stress yang berkaitan dengan pekerjaan secara ajeg menunjukkan bahwa stress menimbulkan pengaruh yang merusak dan berbahaya bagi kesehatan jasmani dan rohani pekerja.
Makalah ini berfokus pada individu di tempat kerja dalam organisasi dan pada stress yang diciptakan dalam lingkungan tersebut. Banyak stress yang dialami oleh masyarakat industry berawal dari organisasi, banyak stress yang berasal dari tempat lain mempengaruhi perilaku dan kinerja kita di organisasi yang sama.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian stress ?
2.      Apa saja penyebab-penyebab stress dalam organisasi ?
3.      Bagaimana pengaruhnya dalam organisasi dan cara menanggulanginya ?
4.      Bagaimana tingkat stressor?



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian stress
Istilah stres berasal dari bahasa latin, yaitu strictus yang berarti ketat atau sempit, dan menjadi kata kerja stringere yang artinya “mengetatkan”. Masalah-masalah tentang stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres yang terjadi dilingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seseorang karyawan dengan aspek-aspek pekerjaannya. Didalam membicarakan stres kerja ini perlu terlebih dahulu mengertikan stres secara umum.
Stres menurut Charles D. Spielboger (Ilandoyo, 2001) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntan eksternal mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya. Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan, atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar seseorang.[1]
Dalam bukunya R. Wayne Pace, dkk yang berjudul komunikasi organisasi pengertian stress yaitu penderitaan jasmani, mental, atau emosional yang diakibatkan interpretasi atau suatu peristiwa sebagai ancaman bagi agenda pribadi seorang individu. Definisi ini dapat diterjemahkan kedalam suatu model perkembangan dan pelepasan stress yang berdasarkan remis bahwa interpretasi atas suatu peristiwa (event) adalah apa yang menimbulkan baik konsekuensi positif ataupun konsekuensi negatif.[2]
Pengertian lain stress yang diambil dari bukunya John M. Ivancevich, dkk ialah suatu respon adaptif, di moderasi oleh perbedaan individu, yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang. Stress dapat berarti banyak, dari perspektif orang biasa, stress dapat digambarkan sebagai perasaan tegang, gelisah, atau khawatir. Secara ilmiah semua perasaan ini merupakan manifestasi dari pengalaman stress, suatu rspon terprogram yang kompleks untuk mempersepsikan ancaman yang dapat menimbulkan hasil yang positif maupun negative.
Istilah stres sendiri telah di definisikan secara harfiah dalam berbagai literature. akan tetapi, hamper semua definisi ini dapat ditempatkan kedalam dua kategori, stress dapat didefinisikan sebagai suatu stimulus atau suatu respon. Definisi stress sebagai suatu stimulus menganggap stres sebagai sejumlah karakteristik atau peristiwa yang mungkin menghasilkan konsekuensi yang tidak beraturan. Dalam hal ini, definisi tersebut merupakan definisi teknis dari stress. Dipinjam dari ilmu fisika. Dalam ilmu fisika stress merujuk pada kekuatan luar yang diaplikasikan pada suatu objek, sebagai contoh : sebuah balok penopang jembatan. Responya adalah “tegangan”, yang merupakan dampak dari kekuatan tersebut terhadap balok penopang jembatan.[3]
Dalam konteks definisi kami mengenai stres, penting untuk dipahami bahwa stress merupakan hasil yang diperoleh dalam menangani sesuatu yang memberikan tuntutan khusus kepada kita. Khusus disini berarti tidak biasa, secara fisik atau psikologismengancam, atau serangkaian pengalaman yang berada diluar oengalaman kita yang biasa. Memulai tugas pekerjaan yang baru, pergantian atasan, mengalami ban kempis, tertinggal pesawat, membuat kesalahan ditempat kerja, semua ini merupakan tindakan, situasi atau peristiwa yang mungkin memberikan tuntutan khusus untuk anda.

B.  Penyebab stres dalam organisasi
Stresor adalah penyebab stres, yakni apa saja kondisi lingkungan tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang. Terdapat banyak stresor dalam organisasi dan aktivitas hidup lainnya. Stresor yang berhubungan dengan pekerjaan terbagi menjadi empat tipe utama, yaitu :
1.      Lingkungan fisik
Beberapa stresor ditemukan dalam lingkungan fisik pekerjaan, seperti terlalu bising, kurang baiknya penerangan ataupun risiko keamanan, stresor yang bersifat fisik juga keliatan pada setting kantor, teramasuk rancangan ruang kantor yang buruk, ketiadaan privasi, lampu penerangan yang kurang efektif dan kualitas udara yang buruk.
2.      Stres karena Peran atau Tugas
Stresor karena peran atau tugas termasuk kondisi di mana para pegawai mengalami kesulitan dalam memahami apa yang menjadi tugasnya, peran yang dia mainkan dirasakan terlalu berat atau memainkan berbagai peran pada tempat mereka bekerja.
Stresor ini memilik empat penyebab utama, yakni :
a.    Konflik peran, 
b.    Peran mendua atau ambiguitas, 
c.    Beban kerja, 
d.    Karakteristik tugas
3.      Penyebab stres antar pribadi (inter personal stressors)
Stresor ini akan semakin bertambah ketika karyawan dibagi dalam divisi-divisi dalam suatu departemen yang berkompetisikan untuk memenangkan target sebagai divisi terbaik dengan reward yang menggiurkan. Perbedaan karakter, keprinadian, latar belakang, persepsi dan lain-lainnya memungkinkan munculnya stres.
4.      Organisasi
Banyak sekali ragam penyebab stres yang bersumber dari organisasi. Pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stres yang tidak hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, namun juga untuk mereka yang masih tinggal. Secara khusu mereka yang masih tinggal mengalami peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak aman dan tidak nyaman dalam bekerja serta kehilangan rekan kerja. Renstrukturisasi, privatilasi, merger dan bentuk-bentuk lainnya merupakan kebijakan perusahaan yang berpotensi munculnya stres. Para pekerja harus menghadapi peningkatan ketidak-amanan dalam bekerja, bimbang dengan tuntutan pekerjaan yang semakin banyak dan bentuk-bentuk baru dari konflik antar pribadi.[4]

C.     Pengaruh dan cara menanggulangi stress terhadap organisasi

1.   Pengaruh stress kerja terhadap organisasi
Tidak sedikit faktor didalam organisasi yang dapat menyebabkan stress. Tekanan untuk menghindari kesalahan atau menyelesaikan tugas dalm waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selaumenuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa diantaranya.
a.       Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual (otonomi, keragaman tugas,tingkat otomatisasi),kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Lini peakitan misalnya, dapat membuat orang tertekan ketika kecepatan kerja selalu dipentingkan. Serupa denan hal tersebut, bekerja diruang yang terlalu penuh sesak atau dilokasi yang selalu terganggu oleh suara bisiing dapat meningkatakn kecemasan daan stress. Dengan demikian pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stress.
b.      Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran mencipyakanekspektasi yang mungkinn sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi. Beban peran yang berlebihan dialami ketika karyawan diharapkan diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang ada. Ambiguitas peran tercipta manakala ekspektasi peran tidak dipahami secara jelas dan karyawan tidak yakin apa yang harus ia lakukan.
c.       Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk tidak menyebabkan stress, terutama diangtara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial tinggi.
2.      Cara menanggulangi stress kerja
Dalam mengatasi stress terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk menanggulangi stress yang sedang terjadi. Ada beberapa pendekatan yang paling sering digunakan agar stress tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang dikemukakan oleh Alex antara lain;
a.       Sediakan waktu rileks
Menurut penelitia, stress yang berhubungan dengan pekerjan dimulai sejak pagi, sebelum anda berangkat bekerja. Daripada memikirkan beban pekerjaa (tapi tidak ada solusinya), lebih baik digunakan waktu anda yang terbatas tersebut untuk melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernafasan adalah teknik yang paling mudahuntuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan, lakukan minimal 3x sampai membayangkan beban anda berkurang.
b.      Bersikap lebih asertif
Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk membuat perubahan atau keputusan. Karenanya bicarakan dengan atasan tentang tugas anda dan tanggungjawab tambahan yang ingin anda pegang. Sdengan demikian, anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa anda lakukan dengan cara kerja seperti yang diinginkan perusahaan.
c.       Bekerja lebih efisien
Selalu kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi bukan disebabkan tugas yang berlebihan, melaikan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Untuk bekerja secara lebih efisien, anda juga harus tampil menentukan prioritas. Adanya urutan prioritas dapat membantu anda mengatur strategi.
d.      Tingkatkan energi dengan tidur
“ketika lelah, anda lebih mudah merasa stress karena hal-hal yang sepele” demikian yang ditulis Camile Anthony dalam “The Art of Napping at Work” (1999). Kesalahan juga akan membuat perhatian anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan.
e.       Atur lingkungan kerja
Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada baiknya anda memulainyadari meja anda.dalam feng shui, seni tata ruang dariTiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan kerja, terutama meja dari tumpukkan kertas atau file. Simpan kertas-kertas anda dalam map dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga bisa mencegah stress dengan letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang akan masuk keruangan anda. Jika memungkinkan pindahkan meja sehingga anda dapat bekerja dengan cahaya alami dari luar (matahari).
f.       Kembangkan pola hidup sehat
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stress. Pilihan makanan dddan minuman yang bia menurunkan stress yaitu makanan yang banyakmengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
Berolahraga secara teratur, olahraga yang cukup tidak saja menyehatakan paru-paru tapi juga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen tinggi didalam darah yang kemudian akan diedarkan keseluruh tubuh anda akan berpikir lebih jernih.
g.      Tingkatkan keterampilan
Tidak ada kata terlambat untukmempelajari keterampilan baru. Jika anda merasa kurang mampu berkomunikasi, anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku ataulatihan kepemimpinan yang sering diadakan dikota-kota. Jika anda mempunyai minat terhadap komputer, kembangkan minat anda, peningkatan keterampilan akan membuat anda menjadi karyawan yang lebih berharga.[5]

D.    Tingkat Stressor
Stressor adalah tindakan, situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang. Tingkatan stressor itu di bagi menjadi empat tingkatan:
1.    Tingkatan Individual meliputi;
a.    Konflik peran
b.    Kelebihan beban peran
c.    Ketidak jelasan peran
d.   Tanggung jawab atas orang
e.    Pelecehan
f.     Kecepatan perubahan
2.    Tingkatan kelompok, meliputi;
a.    Perillaku manajerial
b.    Kurangnya kohesivitas
c.    Konflik antar kelompok
d.   Status yang tidak sesuai
3.    Tingkatan organisasi, meliputi;
a.    Budaya
b.    Teknologi
c.    Gaya manajemen
d.   Rancangan organisasi
e.    Politik
f.     Budaya
4.    Nonpekerja, meliputi;
a.    Perawatan orang lanjut usia dan anak
b.    Ekonomi
c.    Kurangnya mobilitas
d.   Pekerjaan sukarela
e.    Kualitas kehidupan.[6]
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Stres merupakan suatu kondisi dinamis dimana seseorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumberdaya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Penyebab stres dalam organisasi yaitu ; Lingkungan fisik, Stres karena Peran atau Tugas, stres antar pribadi (inter personal stressors), Organisasi.
Pengaruh stress kerja terhadap organisasi ; Tuntutan tugas, Tuntutan peran, Dan Tuntutan antarpribadi. Cara menanggulangi stress kerja ; Sediakan waktu rileks, Bersikap lebih asertif, Bekerja lebih efisien, Tingkatkan energi dengan tidur, Atur lingkungan kerja, Kembangkan pola hidup sehat, Tingkatkan keterampilan.
Stressor adalah tindakan, situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang. Tingkatan stressor itu di bagi menjadi empat tingkatan: stressor tingkat individu, stressor tingkat kelompok, stressor tingkat organisasi, dan nonpekerja.

Demikian makalah yang kami susun, kami sadar bahwa makalah yang kami buat masih banyak kekurangan. Untuk itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan nya makalah ini. semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
RivaiVeitzal dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012
Sopiah, Perilaku Organisasi, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2008
Stephen P Robbins dan Timoty A. Judge, Perilaku Organisasi, Jakarta: Penerbit Selema Empat, 2007
John M. Ivancevich, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006
R. Wayne Pace, Komunikasi Organisasi, Bandung : PT. Remaja Posdakarya, Cet. 1-7, 1998 s.d. 2010



[1] Veitzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012), h.307
[2] R. Wayne Pace, Komunikasi Organisasi, (Bandung : PT. Remaja Posdakarya, Cet. 1-7, 1998 s.d. 2010), h. 343.

[3] John M. Ivancevich, Perilaku dan Manajemen Organisasi, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006), h. 295.
[4] Sopiah, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2008), h.87-89
[5] Stephen P Robbins dan Timoty A, Judge, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Penerbit Selema Empat, 2007), h. 372
[6] Ibid,h. 297-298

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates