Stress Kerja
Disusun Oleh :
Ristian Jannur Prihanadhy (131311014)
Ima Nurhalimah (131311015)
Dian Ardi Setyakusuma (131311016)
Risya Hasnaul Hanifah (131311017)
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN
WALISONGO SEMARANG
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pengalaman stress dalam kehidupan kerja
dan kehidupan pribadi bukanlah hal yang baru. Nenek moyang kita menghadapi stress setiap kali mereka meninggalkan gua
dan bertemu musuh, harimau bergigi bak pedang. Harimau tersebut kini sudah
punah, tapi mereka digantikan oleh predator lain, seperti kelebihan beban
kerja, atasan yang cerewet, masalah computer, tenggang waktu, penurunan jumlah
pegawai, krisis keuangan dan juga tingkat perubahan yang cepat. Predator di
tempat kerja kini berinteraksi dan menciptakan stress bagi individu di dalam
maupun di luar pekerjaan.
Salah satu masalah palinh serius yang
menimpa anggota-anggota organisasi adalah masalah stress ! menurut Ray (1991)
kepustakaan mengenai stress yang berkaitan dengan pekerjaan secara ajeg
menunjukkan bahwa stress menimbulkan pengaruh yang merusak dan berbahaya bagi
kesehatan jasmani dan rohani pekerja.
Makalah ini berfokus pada individu di
tempat kerja dalam organisasi dan pada stress yang diciptakan dalam lingkungan
tersebut. Banyak stress yang dialami oleh masyarakat industry berawal dari
organisasi, banyak stress yang berasal dari tempat lain mempengaruhi perilaku
dan kinerja kita di organisasi yang sama.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian stress ?
2. Apa
saja penyebab-penyebab stress dalam organisasi ?
3. Bagaimana
pengaruhnya dalam organisasi dan cara menanggulanginya ?
4. Bagaimana tingkat stressor?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
stress
Istilah stres berasal dari bahasa
latin, yaitu strictus yang berarti ketat atau sempit, dan menjadi kata
kerja stringere yang artinya “mengetatkan”. Masalah-masalah tentang
stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres yang terjadi
dilingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seseorang karyawan
dengan aspek-aspek pekerjaannya. Didalam membicarakan stres kerja ini perlu
terlebih dahulu mengertikan stres secara umum.
Stres menurut Charles D. Spielboger
(Ilandoyo, 2001) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntan eksternal mengenai
seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang
secara objektif adalah berbahaya. Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan,
ketegangan, atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar
seseorang.[1]
Dalam
bukunya R. Wayne Pace, dkk yang berjudul komunikasi organisasi pengertian
stress yaitu penderitaan jasmani, mental, atau emosional yang diakibatkan
interpretasi atau suatu peristiwa sebagai ancaman bagi agenda pribadi seorang
individu. Definisi ini dapat diterjemahkan kedalam suatu model perkembangan dan
pelepasan stress yang berdasarkan remis bahwa interpretasi atas suatu peristiwa
(event) adalah apa yang menimbulkan baik konsekuensi positif ataupun
konsekuensi negatif.[2]
Pengertian
lain stress yang diambil dari bukunya John M. Ivancevich, dkk ialah suatu
respon adaptif, di moderasi oleh perbedaan individu, yang merupakan konsekuensi
dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa dan yang menempatkan tuntutan
khusus terhadap seseorang. Stress dapat berarti banyak, dari perspektif orang
biasa, stress dapat digambarkan sebagai perasaan tegang, gelisah, atau
khawatir. Secara ilmiah semua perasaan ini merupakan manifestasi dari
pengalaman stress, suatu rspon terprogram yang kompleks untuk mempersepsikan
ancaman yang dapat menimbulkan hasil yang positif maupun negative.
Istilah
stres sendiri telah di definisikan secara harfiah dalam berbagai literature.
akan tetapi, hamper semua definisi ini dapat ditempatkan kedalam dua kategori,
stress dapat didefinisikan sebagai suatu stimulus atau suatu respon. Definisi
stress sebagai suatu stimulus menganggap stres sebagai sejumlah karakteristik
atau peristiwa yang mungkin menghasilkan konsekuensi yang tidak beraturan.
Dalam hal ini, definisi tersebut merupakan definisi teknis dari stress.
Dipinjam dari ilmu fisika. Dalam ilmu fisika stress merujuk pada kekuatan luar
yang diaplikasikan pada suatu objek, sebagai contoh : sebuah balok penopang
jembatan. Responya adalah “tegangan”, yang merupakan dampak dari kekuatan
tersebut terhadap balok penopang jembatan.[3]
Dalam
konteks definisi kami mengenai stres, penting untuk dipahami bahwa stress merupakan
hasil yang diperoleh dalam menangani sesuatu yang memberikan tuntutan khusus
kepada kita. Khusus disini berarti tidak biasa, secara fisik atau
psikologismengancam, atau serangkaian pengalaman yang berada diluar oengalaman
kita yang biasa. Memulai tugas pekerjaan yang baru, pergantian atasan,
mengalami ban kempis, tertinggal pesawat, membuat kesalahan ditempat kerja,
semua ini merupakan tindakan, situasi atau peristiwa yang mungkin memberikan
tuntutan khusus untuk anda.
B. Penyebab
stres dalam organisasi
Stresor adalah penyebab stres, yakni apa saja kondisi
lingkungan tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang. Terdapat banyak
stresor dalam organisasi dan aktivitas hidup lainnya. Stresor yang berhubungan
dengan pekerjaan terbagi menjadi empat tipe utama, yaitu :
1. Lingkungan fisik
Beberapa stresor ditemukan dalam lingkungan fisik pekerjaan,
seperti terlalu bising, kurang baiknya penerangan ataupun risiko keamanan,
stresor yang bersifat fisik juga keliatan pada setting kantor, teramasuk
rancangan ruang kantor yang buruk, ketiadaan privasi, lampu penerangan yang
kurang efektif dan kualitas udara yang buruk.
2. Stres karena Peran atau Tugas
Stresor karena peran atau tugas termasuk kondisi di mana
para pegawai mengalami kesulitan dalam memahami apa yang menjadi tugasnya,
peran yang dia mainkan dirasakan terlalu berat atau memainkan berbagai peran
pada tempat mereka bekerja.
Stresor ini memilik empat penyebab
utama, yakni :
a. Konflik peran,
b. Peran mendua atau ambiguitas,
c. Beban kerja,
d. Karakteristik tugas
3. Penyebab stres antar pribadi (inter
personal stressors)
Stresor ini akan semakin bertambah ketika karyawan dibagi
dalam divisi-divisi dalam suatu departemen yang berkompetisikan untuk
memenangkan target sebagai divisi terbaik dengan reward yang menggiurkan.
Perbedaan karakter, keprinadian, latar belakang, persepsi dan lain-lainnya
memungkinkan munculnya stres.
4. Organisasi
Banyak sekali ragam penyebab stres yang bersumber dari
organisasi. Pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stres yang
tidak hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, namun juga untuk mereka
yang masih tinggal. Secara khusu mereka yang masih tinggal mengalami
peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak aman dan tidak nyaman dalam
bekerja serta kehilangan rekan kerja. Renstrukturisasi, privatilasi, merger dan
bentuk-bentuk lainnya merupakan kebijakan perusahaan yang berpotensi munculnya
stres. Para pekerja harus menghadapi peningkatan ketidak-amanan dalam bekerja,
bimbang dengan tuntutan pekerjaan yang semakin banyak dan bentuk-bentuk baru
dari konflik antar pribadi.[4]
C. Pengaruh
dan cara menanggulangi stress terhadap organisasi
1. Pengaruh
stress kerja terhadap organisasi
Tidak sedikit faktor didalam organisasi
yang dapat menyebabkan stress. Tekanan untuk menghindari kesalahan atau
menyelesaikan tugas dalm waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan
yang selaumenuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa
diantaranya.
a. Tuntutan
tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain
pekerjaan individual (otonomi, keragaman tugas,tingkat otomatisasi),kondisi
kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Lini peakitan misalnya, dapat membuat
orang tertekan ketika kecepatan kerja selalu dipentingkan. Serupa denan hal
tersebut, bekerja diruang yang terlalu penuh sesak atau dilokasi yang selalu
terganggu oleh suara bisiing dapat meningkatakn kecemasan daan stress. Dengan
demikian pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional
bisa menjadi sumber stress.
b. Tuntutan
peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi
dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran
mencipyakanekspektasi yang mungkinn sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Beban peran yang berlebihan dialami ketika karyawan diharapkan diharapkan
melakukan lebih banyak daripada waktu yang ada. Ambiguitas peran tercipta
manakala ekspektasi peran tidak dipahami secara jelas dan karyawan tidak yakin
apa yang harus ia lakukan.
c. Tuntutan
antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Tidak adanya
dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk tidak menyebabkan
stress, terutama diangtara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial tinggi.
2. Cara
menanggulangi stress kerja
Dalam mengatasi stress terdapat
banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk menanggulangi stress yang sedang
terjadi. Ada beberapa pendekatan yang paling sering digunakan agar stress tidak
berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang dikemukakan oleh Alex antara lain;
a. Sediakan
waktu rileks
Menurut
penelitia, stress yang berhubungan dengan pekerjan dimulai sejak pagi, sebelum
anda berangkat bekerja. Daripada memikirkan beban pekerjaa (tapi tidak ada
solusinya), lebih baik digunakan waktu anda yang terbatas tersebut untuk
melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernafasan adalah teknik
yang paling mudahuntuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas dalam-dalam lalu
hembuskan, lakukan minimal 3x sampai membayangkan beban anda berkurang.
b. Bersikap
lebih asertif
Kebanyakan
masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk membuat perubahan
atau keputusan. Karenanya bicarakan dengan atasan tentang tugas anda dan
tanggungjawab tambahan yang ingin anda pegang. Sdengan demikian, anda bisa
menentukan pekerjaan yang bisa anda lakukan dengan cara kerja seperti yang
diinginkan perusahaan.
c. Bekerja
lebih efisien
Selalu
kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi bukan disebabkan tugas
yang berlebihan, melaikan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Untuk
bekerja secara lebih efisien, anda juga harus tampil menentukan prioritas.
Adanya urutan prioritas dapat membantu anda mengatur strategi.
d. Tingkatkan
energi dengan tidur
“ketika
lelah, anda lebih mudah merasa stress karena hal-hal yang sepele” demikian yang
ditulis Camile Anthony dalam “The Art of Napping at Work” (1999). Kesalahan
juga akan membuat perhatian anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan.
e. Atur
lingkungan kerja
Jika
tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada baiknya
anda memulainyadari meja anda.dalam feng shui, seni tata ruang dariTiongkok,
tempat kerja yang teratur menunjukan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan
kerja, terutama meja dari tumpukkan kertas atau file. Simpan kertas-kertas anda
dalam map dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga bisa mencegah stress
dengan letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang akan masuk keruangan
anda. Jika memungkinkan pindahkan meja sehingga anda dapat bekerja dengan
cahaya alami dari luar (matahari).
f. Kembangkan
pola hidup sehat
Pola
hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stress. Pilihan makanan dddan minuman
yang bia menurunkan stress yaitu makanan yang banyakmengandung vitamin B
kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan
perbanyak makan buah dan sayur.
Berolahraga
secara teratur, olahraga yang cukup tidak saja menyehatakan paru-paru tapi juga
mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen tinggi didalam
darah yang kemudian akan diedarkan keseluruh tubuh anda akan berpikir lebih
jernih.
g.
Tingkatkan keterampilan
Tidak
ada kata terlambat untukmempelajari keterampilan baru. Jika anda merasa kurang
mampu berkomunikasi, anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku ataulatihan
kepemimpinan yang sering diadakan dikota-kota. Jika anda mempunyai minat
terhadap komputer, kembangkan minat anda, peningkatan keterampilan akan membuat
anda menjadi karyawan yang lebih berharga.[5]
D.
Tingkat Stressor
Stressor adalah tindakan, situasi, atau peristiwa yang
menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang. Tingkatan stressor itu di bagi
menjadi empat tingkatan:
1. Tingkatan Individual meliputi;
a.
Konflik peran
b.
Kelebihan beban
peran
c.
Ketidak jelasan
peran
d.
Tanggung jawab atas
orang
e.
Pelecehan
f.
Kecepatan perubahan
2.
Tingkatan kelompok,
meliputi;
a.
Perillaku
manajerial
b.
Kurangnya
kohesivitas
c.
Konflik antar
kelompok
d.
Status yang tidak
sesuai
3.
Tingkatan
organisasi, meliputi;
a. Budaya
b. Teknologi
c. Gaya manajemen
d. Rancangan organisasi
e. Politik
f. Budaya
4.
Nonpekerja,
meliputi;
a.
Perawatan orang
lanjut usia dan anak
b.
Ekonomi
c.
Kurangnya mobilitas
d.
Pekerjaan sukarela
e.
Kualitas kehidupan.[6]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stres merupakan
suatu kondisi dinamis dimana seseorang individu dihadapkan pada peluang,
tuntutan, atau sumberdaya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh
individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Penyebab
stres dalam organisasi yaitu ; Lingkungan fisik, Stres karena Peran atau Tugas, stres antar
pribadi (inter personal stressors), Organisasi.
Pengaruh
stress kerja terhadap organisasi ; Tuntutan tugas, Tuntutan peran, Dan Tuntutan
antarpribadi. Cara menanggulangi stress kerja ; Sediakan waktu rileks, Bersikap
lebih asertif, Bekerja lebih efisien, Tingkatkan energi dengan tidur, Atur
lingkungan kerja, Kembangkan pola hidup sehat, Tingkatkan keterampilan.
Stressor adalah tindakan,
situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang.
Tingkatan stressor itu di bagi menjadi empat tingkatan: stressor tingkat
individu, stressor tingkat kelompok, stressor tingkat organisasi, dan
nonpekerja.
Demikian makalah yang kami
susun, kami sadar bahwa makalah yang kami buat masih banyak kekurangan. Untuk
itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan nya makalah
ini. semoga bermanfaat.
DAFTAR
PUSTAKA
RivaiVeitzal dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012
Sopiah, Perilaku Organisasi, Yogyakarta:
CV. Andi Offset, 2008
Stephen P
Robbins dan Timoty A. Judge, Perilaku Organisasi, Jakarta: Penerbit
Selema Empat, 2007
John M.
Ivancevich, Perilaku dan Manajemen
Organisasi, Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006
R. Wayne Pace, Komunikasi Organisasi, Bandung
: PT. Remaja Posdakarya, Cet. 1-7, 1998
s.d. 2010
[1] Veitzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012), h.307
[2] R.
Wayne Pace, Komunikasi
Organisasi, (Bandung
: PT. Remaja Posdakarya, Cet. 1-7, 1998 s.d. 2010), h. 343.
[3] John M. Ivancevich, Perilaku dan Manajemen Organisasi, (Jakarta
: Penerbit Erlangga, 2006), h. 295.
[4] Sopiah, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2008), h.87-89
[5] Stephen P Robbins dan Timoty A, Judge, Perilaku Organisasi,
(Jakarta: Penerbit Selema Empat, 2007), h. 372
0 komentar:
Post a Comment