September 12, 2015

Konflik dan Negosiasi Organisasi

I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada dasarnya konflik timbul karena adanya perbedaan, baik perbedaan pendapat, pola pikir, dan tujuan tiap individu. Namun banyak pendapat mengemukakan bahwa kemajuan yang kita peroleh sampai saat ini merupakan hasil dari perbedaan pandangan diantara berbagai pihak. Perbedaan pandangan tersebut disatu sisi dapat menjadi sumber terjadinyakonflik, tetapi disisi lain dapat menghasilkan solusi yang dapat menghasilkan hasil terbaik. Untuk menghindari perbedaan akan menyebabkan timbulnya konflik, maka diperlukan kemampuan para pihak yang berinteraksi untuk melakukan negosiasi.
Konflik adalah suatu gejala yang sudah merupakan suratan tangan dalam garis kehidupan organisasi. Ia merupakan kekuatan besar yang dapat membawa organisasi ke arah yang positif, tetapi terkadang dapat memecah belah dan bahkan mampu menghancurkan.
Sebagai suatu realitas, kehadiran konflik tidak perlu dipandang sebagi suatu persoalan. Akan lebih berguna apabila dipandang suatu pantangan yang harus dijawab secara tepat. Artinya konflik adalah suatu keniscayaan yang tidak mungkin dihindari. Yang dibutuhkan adalah bagaimana mengelolanya secara baik dan benar.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian konflik dan negosiasi ?
2.      Apa saja Penyebab Konflik  Antar Individu, Kelompok, dan Organisasi ?
3.      Apa saja jenis-jenis konflik dalam organisasi ?
4.      Bagaimana dampak konfliik terhadap organisai ?
5.      Bagaimana cara penanganan konflik ?

II.                PEMBAHASAN
A.    Pengertian Konflik dan Negosiasi
Menurut Robbins dan Judge (2011) konflik merupakan suatu  proses yang dimulai ketika satu pihak merasa bahwa pihak  lain telah dipengaruhi secara negatif, atau tentang mempengaruhi secara negatif, tentang sesuatu yang diketahui pihak pertama . Menurut McShane dan Von Glinow (2010) konflik sebagai suatu proses diamana satu pihak merasa bahwa kepentingannya ditentang atau dipengaruhi secara negatif oleh pihak lain. Sedangkan Kreitner dan Kinicki (2010) memberikan definisi konflik sebagai sesuatu proses dimana satu pihak merasa bahwa kepentingannya telah ditentang atau dipengaruhi secara negatif oleh pihak lain.
Dengan memperhatikan pendapat pendapat tersebut dapat di simpulkana bahwa pada dasarnya konflik adalah proses atau hasil interaksi dimana pihak pertama merasa bahwa kepentingannya ditentang atau dipengaruhi secara negatif oleh pihak lainnya.[1]
Sedangkan negosiasi menurut Robbins (2002) adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih bertukar barang atau jasadan berupaya menyepakati nilai tukar untuk barang dan jasa tersebut. Sementara menurut Herb Cohen yang di muat dalam buku Kewirauahaan Indonesia dengan Semngat 17-8-45 (1995) negosiasi adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan informasi dan kekuatan yang dimiliki seseorang guna mempengaruhi sikap dan prilaku pihak lain dalam situasi tertentu.[2]
B.     Penyebab Konflik  Antar Individu, Kelompok dan Organisasi
a.       Incompatible Goals (ketidak sesuaian tujuan). Bahwa konflik dapat terjadi karena tujuan satu orang atau departemen yang kelihatan tidaksesuai mencampuri tujuan orang atau departemen lain.
b.      Differentiantion (perbedaan). Perbedaan yang terjadi diantara orang, departemen, dan entitas lain menurut pelatihan, nilai-nilai, keyakinan dan pengalaman mereka.
c.       Interdependence. Konflik cenderung meningkat dengan tingkat saling ketergantungan. Semakin tinggi tingkat ketergantungan akan meningkatkan resiko konflik karena terdapat kesempatan lebih besar bahwa masing masing pihak akan mengganggu atau mencampuri tujuan pihak lain.
d.      Scare resources. Konflik dapat terjadi karena kekurangan financial, human capital, dan sember daya lain bagi setiap orang untuk menyelesaikan tujuan.
e.       Ambiguous rules. Aturan yang ambigu terjedi karena ketidakpastian meningkatkan resiko bahwa satu pihak bermaksud mencampuri irisan pihak lain.
f.       Communication problems (masalah komunikasi). Konflik terjadi karena masalah komunikasi atau distorsi. Salah komunikasi bisa terjadi pada masing-masing atau gabungan undur komunikasi. Unsur komunikasai terdiri atas sumber, pesan, media,dan penerima.[3]
C.     Jenis-Jenis Konflik dalam Organisasi
Di tinjau dari segi fungsinga ada dua jenis konflik:
1.      Konflik Konstruktif adalah konflik yang memiliki nilaipositif bagi pengembangan organisasi. Dengan konflik justru mendapatkan manfaat.
2.      Konflik Destruktif adalah konflik yang memiliki nilai negatif bagi organisasi. Dengan konflik justru mendatangkan kerusakana bagiorganisasi.
Di tinjau dari segi intansionalnya ada tiga jenis konflik:
1.      Konfik kebutuhan individu dengan peranan dalam organisasi
2.      Konflik peranan dengan peranan
3.      Konflik individu dengan individu lain
Di tnjau dari segi materi yang dikonflikan ada empat jenis konflik:
1.        Konflik tujuan. Terjadi jikaada dua atau lebih tujuan yang kompetitif atau bahkan kontradiktif.
2.        Konflik peranan. Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan setiap peranan tidak selalu memilliki kepentingan yang sama. Disanping itu, banyaknya peranan yang ada dalam keseluruhan struktur organisasi membuka peluang munculnya konflik ini.
3.        Konflik nilai. Konflik nilai muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap individu dan nilai yang dijunjung tinggi antar organisasi tidak sama.
4.        Konflik kebijakan. Konflik kebijakan terjadi karena adanya ketidak setujuan individu atau kelompok terhadap kebijakan yang disampaikanoleh pihak tertentu.
Menurut Mastenbroek (1987) membagi konflik menjadi empat:
1.      Intrumental konflik. Tenjadi karena adanya ketidak sepakatan komponen organisasi dan proses pengoprasiannya.
2.      Sosio-emosional konflik. Berkaitan dengan identitas, kandungan emosi, citra diri, prasangka kepercayaan, rasa terikat dan identifikasi terhadap kelompok, lembaga dan lambang-lambang tersentu, sistem nilai dan reaksi satu dengan yang lain.
3.      Negotiating konflik. Konflik negosiasi adalah ketegangan-ketegangan padawaktu terjadinya proses negosiasi.
4.      Power and dependency konflik. Konflik kekuasaan dan kebergantungan berkaitan dengan persaingan dalam organisasi, misalnya pengamanan dan penguatan kedudukan yang strategis, tanggung jawab, peranan, perlawanan, kontrol, dan sebagainya.[4]

D.    Dampak Konflik Terhadap Organisasi
Adapun dampak positifnya yaitu:
1. Mendorong untuk kembali mengkoreksi diri. Dengan adanya konflik yang terjadi, mungkin akan membuat kesempatan bagi salah satu ataupun kedua belah pihak untuk saling merenungi kembali, berpikir ulang tentang kenapa bisa terjadi perselisihan ataupun konflik diantara mereka.
2. Meningkatkan Prestasi. Dengan adanya konflik, bisa saja membuat orang yang termajinalkan oleh konflik menjadi merasa mempunyai kekuatan extra sendiri untuk membuktikan bahwa ia mampu dan sukses dan tidak pantas untuk "dihina".
3. Mengembangkan alternatif yang baik : Bisa saja dengan adanya konflik yang terjadi diantara orang per orang, membuat seseorang berpikir dia harus mulai mencari alternatif yang lebih baik dengan misalnya bekerja sama dengan orang lain mungkin.
Dampak buruk dari konflik yakni :
1. Menghambat kerjasama. Sejatinya konflik langsung atau tidak langsung akan berdampak buruk terhadap kerjasama yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak ataupun kerjasama yang akan direncanakan diadakan antara kedua belah pihak.
2. Apriori. Selalu berapriori terhadap "lawan". Terkadang kita tidak meneliti benar tidaknya permasalahan, jika melihat sumber dari persoalan adalah dari lawan konflik kita.
3. Saling menjatuhkan. Ini salah satu akibat paling nyata dari konflik yang terjadi diantara sesama orang di dalam suatu organisasi, akan selalu muncul tindakaan ataupun upaya untuk saling menjatuhkan satu sama lain dan membuat kesan lawan masing-masing rendah dan penuh dengan masalah.
E.     Penanganan Konflik
Para ahli, konsultan dan praktisi manajemen pada umunya telah mengetahui bahwa terdapat 5 bentuk penanganan konflik yang dapat digunakan, yaitu :
1.      Kompetisi. Dalam bentuknya yang ekstrim yang dimaksud dengan penanganan konflik melalui bentuk persaingan ialah membiarkan seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan dampaknya pada orang atau kelompok  lain. Misalnya, seseorang atau satu kelompok berusaha mencapai tujuan dan berbagaisasarannya, dengan, apabila perlu, mengorbankan tujuan dan sasaran orang lain.
2.      Kolaborasi. Mencakup upaya untuk bekerjasama dengan pihak lain dalam rangka mencari pemecahan masalah yang memuaskan kedua belah piha. Kepentingan kedua belah pihak mendapat perhatian besar, ketidakseuaian dibahas secara rinci dan berusaha sungguh-sungguh untuk memetik kemanfaatan dari situasi tanpa menyakiti pihak lain. Situasi yang diinginkan adalah dalam penyelesaian konflik tidak ada pihak yang dirugikan.
3.      Mengelak. Yang dimaksud dngan mengelakialah sikap seseorang atau suatu kelompok yang mengakui bahwa memang terdapat konflik dalam hubungan dan interaksinya dengan orang atau kelompok lain, akan tetapi yang bersangkutan ingin “menarik diri” atau menekan konflik itu sehingga tidak semakin meruncing. Salah satu caranya ialah dengan tidak menghiraukan situasi konflik yang ada atau menghindari orang atau kelompok yang memungkinkan terjadinya konflik.
4.      Akomodatif. Yang dimaksud dengan sikap akomodatif adalah apabila satu pihak yang terlibat dalam konflik ingin menyenangkan pihak lain dengan menempatkan kepentingan pihak lain itu di atas kepentingan sendiri. Dengan kata lain, demi terpeliharanya hubungan dan interaksi yang serasi, satu pihak bersedia melakukan pengorbanan tertentu.
5.      Kompromi. Dilakukan dengan mengambil posisi tengah.  Dalam situasi kompromi memang tidak ada pihak yang menang atau pihak yang kalah. Pihak-pihak yang terlibat sama-sama mengusahakan pemecahan yang cukup memuaskan walaupun tidak sepenuhnya memuaskan.[5]
Setiap konflik memiliki ciri-ciri sendiri yng berangkat dari faktor-faktor penyebabnya. Berarti sangat penting untuk memahami betul bentuk dan jenis faktor penyebabnya, dengan demikian dapat menentukan cara penyelesaian konflik yang paling tepat.

III.             PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada dasarnya konflik adalah proses atau hasil interaksi dimana pihak pertama merasa bahwa kepentingannya ditentang atau dipengaruhi secara negatif oleh pihak lainnya dan negosiasi adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan informasi dan kekuatan yang dimiliki seseorang guna mempengaruhi sikap dan prilaku pihak lain dalam situasi tertentu. Sedangkan negosiasi adalah salah satu cara untuk menghindari konflik. Dengan memilih keputusan yang memuaskan kedua belah pihak.
Penyebab Konflik  Antar Individu, Kelompok dan Organisasi antar lain : Incompatible Goals (ketidak sesuaian tujuan), Differentiantion (perbedaan), Interdependence (Ketergantungan), Scare resources, Ambiguous rules, dan Communication problems (masalah komunikasi).
Konflik ada yang bersifat konstruktif (membangun) dan destruktif (merusak). Konflik dapat menimbulkan dampak yang positif dan negatif.  Yang dibutuhkan adalah bagaimana mengelolanya secara baik dan benar agar konflik dapat terselesaikan dan tidak menimbulkan konflik yang baru.
B.     Penutup
Demikian makalah ini dapat kami buat, kami mengharap kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya, semoga bermanfaat dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Siagian, P.Sondang.  “Teori Pengembangan Organisasi”. Jakarta : PT.Bumi Aksara. 2012
Soetopo, Hendyat.  “Perilaku Organisasi”. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya Offset. 2012
Ardana, Komang. “Perilaku Keorganisasian”. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009
Wibowo. “Perilaku Dalam Organisasi”. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2013



[1] Prof. DR. Wibowo, S.E., M.PHIL, “Perilaku Dalam Organisasi”, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.219
[2] Komang Ardana, “Perilaku Keorganisasian”, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), hlm.122
[3] Prof. DR. Wibowo, S.E., M.PHIL, “Perilaku Dalam Organisasi”, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.225
[4] Hendyat Soetopo, “Perilaku Organisasi”, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya Offset, 2012), hlm 274
[5] Prof. Dr. Sondang P.Siagian, MPA, “Teori Pengembangan Organisasi”, (Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2012), hlm. 184

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates