Konflik dan Negosiasi Organisasi
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya konflik timbul karena
adanya perbedaan, baik perbedaan pendapat, pola pikir, dan tujuan tiap
individu. Namun banyak pendapat mengemukakan bahwa kemajuan yang kita peroleh
sampai saat ini merupakan hasil dari perbedaan pandangan diantara berbagai
pihak. Perbedaan pandangan tersebut disatu sisi dapat menjadi sumber
terjadinyakonflik, tetapi disisi lain dapat menghasilkan solusi yang dapat
menghasilkan hasil terbaik. Untuk menghindari perbedaan akan menyebabkan
timbulnya konflik, maka diperlukan kemampuan para pihak yang berinteraksi untuk
melakukan negosiasi.
Konflik adalah suatu gejala yang
sudah merupakan suratan tangan dalam garis kehidupan organisasi. Ia merupakan
kekuatan besar yang dapat membawa organisasi ke arah yang positif, tetapi
terkadang dapat memecah belah dan bahkan mampu menghancurkan.
Sebagai suatu realitas, kehadiran
konflik tidak perlu dipandang sebagi suatu persoalan. Akan lebih berguna
apabila dipandang suatu pantangan yang harus dijawab secara tepat. Artinya
konflik adalah suatu keniscayaan yang tidak mungkin dihindari. Yang dibutuhkan
adalah bagaimana mengelolanya secara baik dan benar.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
konflik dan negosiasi ?
2.
Apa saja
Penyebab Konflik Antar Individu,
Kelompok, dan Organisasi ?
3.
Apa saja
jenis-jenis konflik dalam organisasi ?
4.
Bagaimana
dampak konfliik terhadap organisai ?
5.
Bagaimana cara
penanganan konflik ?
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Konflik dan Negosiasi
Menurut Robbins dan Judge (2011)
konflik merupakan suatu proses yang
dimulai ketika satu pihak merasa bahwa pihak
lain telah dipengaruhi secara negatif, atau tentang mempengaruhi secara
negatif, tentang sesuatu yang diketahui pihak pertama . Menurut McShane dan Von
Glinow (2010) konflik sebagai suatu proses diamana satu pihak merasa bahwa
kepentingannya ditentang atau dipengaruhi secara negatif oleh pihak lain. Sedangkan
Kreitner dan Kinicki (2010) memberikan definisi konflik sebagai sesuatu proses
dimana satu pihak merasa bahwa kepentingannya telah ditentang atau dipengaruhi
secara negatif oleh pihak lain.
Dengan memperhatikan pendapat
pendapat tersebut dapat di simpulkana bahwa pada dasarnya konflik adalah proses
atau hasil interaksi dimana pihak pertama merasa bahwa kepentingannya ditentang
atau dipengaruhi secara negatif oleh pihak lainnya.[1]
Sedangkan negosiasi menurut Robbins
(2002) adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih bertukar barang atau
jasadan berupaya menyepakati nilai tukar untuk barang dan jasa tersebut. Sementara
menurut Herb Cohen yang di muat dalam buku Kewirauahaan Indonesia dengan
Semngat 17-8-45 (1995) negosiasi adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan
informasi dan kekuatan yang dimiliki seseorang guna mempengaruhi sikap dan
prilaku pihak lain dalam situasi tertentu.[2]
B.
Penyebab Konflik Antar Individu, Kelompok dan Organisasi
a.
Incompatible
Goals (ketidak sesuaian tujuan). Bahwa konflik dapat terjadi karena tujuan satu
orang atau departemen yang kelihatan tidaksesuai mencampuri tujuan orang atau
departemen lain.
b.
Differentiantion
(perbedaan). Perbedaan yang terjadi diantara orang, departemen, dan entitas
lain menurut pelatihan, nilai-nilai, keyakinan dan pengalaman mereka.
c.
Interdependence.
Konflik cenderung meningkat dengan tingkat saling ketergantungan. Semakin
tinggi tingkat ketergantungan akan meningkatkan resiko konflik karena terdapat
kesempatan lebih besar bahwa masing masing pihak akan mengganggu atau
mencampuri tujuan pihak lain.
d.
Scare
resources. Konflik dapat terjadi karena kekurangan financial, human capital,
dan sember daya lain bagi setiap orang untuk menyelesaikan tujuan.
e.
Ambiguous
rules. Aturan yang ambigu terjedi karena ketidakpastian meningkatkan resiko
bahwa satu pihak bermaksud mencampuri irisan pihak lain.
f.
Communication
problems (masalah komunikasi). Konflik terjadi karena masalah komunikasi atau
distorsi. Salah komunikasi bisa terjadi pada masing-masing atau gabungan undur
komunikasi. Unsur komunikasai terdiri atas sumber, pesan, media,dan penerima.[3]
C.
Jenis-Jenis
Konflik dalam Organisasi
Di tinjau dari segi fungsinga ada dua jenis konflik:
1.
Konflik
Konstruktif adalah konflik yang memiliki nilaipositif bagi pengembangan organisasi.
Dengan konflik justru mendapatkan manfaat.
2.
Konflik
Destruktif adalah konflik yang memiliki nilai negatif bagi organisasi. Dengan
konflik justru mendatangkan kerusakana bagiorganisasi.
Di tinjau dari segi intansionalnya
ada tiga jenis konflik:
1.
Konfik
kebutuhan individu dengan peranan dalam organisasi
2.
Konflik peranan
dengan peranan
3.
Konflik
individu dengan individu lain
Di tnjau dari segi materi yang
dikonflikan ada empat jenis konflik:
1.
Konflik tujuan.
Terjadi jikaada dua atau lebih tujuan yang kompetitif atau bahkan kontradiktif.
2.
Konflik peranan.
Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan
setiap peranan tidak selalu memilliki kepentingan yang sama. Disanping itu,
banyaknya peranan yang ada dalam keseluruhan struktur organisasi membuka
peluang munculnya konflik ini.
3.
Konflik nilai.
Konflik nilai muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap individu
dan nilai yang dijunjung tinggi antar organisasi tidak sama.
4.
Konflik kebijakan.
Konflik kebijakan terjadi karena adanya ketidak setujuan individu atau kelompok
terhadap kebijakan yang disampaikanoleh pihak tertentu.
Menurut Mastenbroek (1987) membagi
konflik menjadi empat:
1.
Intrumental
konflik. Tenjadi karena adanya ketidak sepakatan komponen organisasi dan proses
pengoprasiannya.
2.
Sosio-emosional
konflik. Berkaitan dengan identitas, kandungan emosi, citra diri, prasangka
kepercayaan, rasa terikat dan identifikasi terhadap kelompok, lembaga dan
lambang-lambang tersentu, sistem nilai dan reaksi satu dengan yang lain.
3.
Negotiating
konflik. Konflik negosiasi adalah ketegangan-ketegangan padawaktu terjadinya
proses negosiasi.
4.
Power and
dependency konflik. Konflik kekuasaan dan kebergantungan berkaitan dengan
persaingan dalam organisasi, misalnya pengamanan dan penguatan kedudukan yang
strategis, tanggung jawab, peranan, perlawanan, kontrol, dan sebagainya.[4]
D.
Dampak Konflik
Terhadap Organisasi
Adapun
dampak positifnya yaitu:
1.
Mendorong untuk kembali mengkoreksi diri. Dengan adanya konflik yang terjadi,
mungkin akan membuat kesempatan bagi salah satu ataupun kedua belah pihak untuk
saling merenungi kembali, berpikir ulang tentang kenapa bisa terjadi
perselisihan ataupun konflik diantara mereka.
2.
Meningkatkan Prestasi. Dengan adanya konflik, bisa saja membuat orang yang termajinalkan
oleh konflik menjadi merasa mempunyai kekuatan extra sendiri untuk membuktikan
bahwa ia mampu dan sukses dan tidak pantas untuk "dihina".
3.
Mengembangkan alternatif yang baik : Bisa saja dengan adanya konflik yang
terjadi diantara orang per orang, membuat seseorang berpikir dia harus mulai
mencari alternatif yang lebih baik dengan misalnya bekerja sama dengan orang
lain mungkin.
Dampak
buruk dari konflik yakni :
1.
Menghambat kerjasama. Sejatinya konflik langsung atau tidak langsung akan
berdampak buruk terhadap kerjasama yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak
ataupun kerjasama yang akan direncanakan diadakan antara kedua belah pihak.
2.
Apriori. Selalu berapriori terhadap "lawan". Terkadang kita tidak
meneliti benar tidaknya permasalahan, jika melihat sumber dari persoalan adalah
dari lawan konflik kita.
3.
Saling menjatuhkan. Ini salah satu akibat paling nyata dari konflik yang
terjadi diantara sesama orang di dalam suatu organisasi, akan selalu muncul
tindakaan ataupun upaya untuk saling menjatuhkan satu sama lain dan membuat
kesan lawan masing-masing rendah dan penuh dengan masalah.
E.
Penanganan
Konflik
Para ahli, konsultan dan praktisi manajemen pada umunya telah
mengetahui bahwa terdapat 5 bentuk penanganan konflik yang dapat digunakan, yaitu
:
1.
Kompetisi.
Dalam bentuknya yang ekstrim yang dimaksud dengan penanganan konflik melalui
bentuk persaingan ialah membiarkan seseorang atau satu kelompok berupaya
memuaskan kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan dampaknya pada orang atau
kelompok lain. Misalnya, seseorang atau
satu kelompok berusaha mencapai tujuan dan berbagaisasarannya, dengan, apabila
perlu, mengorbankan tujuan dan sasaran orang lain.
2.
Kolaborasi.
Mencakup upaya untuk bekerjasama dengan pihak lain dalam rangka mencari
pemecahan masalah yang memuaskan kedua belah piha. Kepentingan kedua belah
pihak mendapat perhatian besar, ketidakseuaian dibahas secara rinci dan
berusaha sungguh-sungguh untuk memetik kemanfaatan dari situasi tanpa menyakiti
pihak lain. Situasi yang diinginkan adalah dalam penyelesaian konflik tidak ada
pihak yang dirugikan.
3.
Mengelak. Yang
dimaksud dngan mengelakialah sikap seseorang atau suatu kelompok yang mengakui
bahwa memang terdapat konflik dalam hubungan dan interaksinya dengan orang atau
kelompok lain, akan tetapi yang bersangkutan ingin “menarik diri” atau menekan
konflik itu sehingga tidak semakin meruncing. Salah satu caranya ialah dengan
tidak menghiraukan situasi konflik yang ada atau menghindari orang atau
kelompok yang memungkinkan terjadinya konflik.
4.
Akomodatif. Yang
dimaksud dengan sikap akomodatif adalah apabila satu pihak yang terlibat dalam
konflik ingin menyenangkan pihak lain dengan menempatkan kepentingan pihak lain
itu di atas kepentingan sendiri. Dengan kata lain, demi terpeliharanya hubungan
dan interaksi yang serasi, satu pihak bersedia melakukan pengorbanan tertentu.
5.
Kompromi.
Dilakukan dengan mengambil posisi tengah.
Dalam situasi kompromi memang tidak ada pihak yang menang atau pihak
yang kalah. Pihak-pihak yang terlibat sama-sama mengusahakan pemecahan yang
cukup memuaskan walaupun tidak sepenuhnya memuaskan.[5]
Setiap konflik memiliki ciri-ciri
sendiri yng berangkat dari faktor-faktor penyebabnya. Berarti sangat penting
untuk memahami betul bentuk dan jenis faktor penyebabnya, dengan demikian dapat
menentukan cara penyelesaian konflik yang paling tepat.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada dasarnya konflik adalah proses
atau hasil interaksi dimana pihak pertama merasa bahwa kepentingannya ditentang
atau dipengaruhi secara negatif oleh pihak lainnya dan negosiasi adalah suatu
kegiatan yang memanfaatkan informasi dan kekuatan yang dimiliki seseorang guna
mempengaruhi sikap dan prilaku pihak lain dalam situasi tertentu. Sedangkan
negosiasi adalah salah satu cara untuk menghindari konflik. Dengan memilih
keputusan yang memuaskan kedua belah pihak.
Penyebab Konflik Antar Individu, Kelompok dan Organisasi antar
lain : Incompatible Goals (ketidak sesuaian tujuan), Differentiantion
(perbedaan), Interdependence (Ketergantungan), Scare resources, Ambiguous
rules, dan Communication problems (masalah komunikasi).
Konflik ada yang bersifat
konstruktif (membangun) dan destruktif (merusak). Konflik dapat menimbulkan
dampak yang positif dan negatif. Yang
dibutuhkan adalah bagaimana mengelolanya secara baik dan benar agar konflik
dapat terselesaikan dan tidak menimbulkan konflik yang baru.
B.
Penutup
Demikian makalah ini dapat kami
buat, kami mengharap kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah
selanjutnya, semoga bermanfaat dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Siagian, P.Sondang. “Teori
Pengembangan Organisasi”. Jakarta : PT.Bumi Aksara. 2012
Soetopo, Hendyat. “Perilaku
Organisasi”. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya Offset. 2012
Ardana, Komang. “Perilaku Keorganisasian”. Yogyakarta : Graha
Ilmu. 2009
Wibowo. “Perilaku Dalam Organisasi”. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada. 2013
[1]
Prof. DR. Wibowo, S.E., M.PHIL, “Perilaku Dalam Organisasi”, (Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.219
[2]
Komang Ardana, “Perilaku Keorganisasian”, (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2009), hlm.122
[3]
Prof. DR. Wibowo, S.E., M.PHIL, “Perilaku Dalam Organisasi”, (Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.225
[4]
Hendyat Soetopo, “Perilaku Organisasi”, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
Offset, 2012), hlm 274
[5]
Prof. Dr. Sondang P.Siagian, MPA, “Teori Pengembangan Organisasi”,
(Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2012), hlm. 184
0 komentar:
Post a Comment