Dakwah sebagai Ilmu Pengetahuan
PENGETAHUAN
DAN ILMU PENGETAHUAN
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Pengantar
Ilmu Dakwah
Dosen
pengampu : Dra. Hj. Jauharotul
Farida, M. Ag
Disusun
oleh:
1. M.
Khoerul
Iqbal (131311108)
2. Miftah Mursyidah
(131311111)
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Sebagai
makhluk yang secara kodrati dianugrahi akal pikiran, manusia merupakan sosok
makhluk yang memiliki kesadaran dan rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang
dihadapi dan dialami dalanm kehidupannya.
Dari berbagai upaya untuk
memenuhi rasa ingin tahunya tersebut, maka manusia banyak memiliki berbagai
pengetahuan. Kemudian berbagai pengetahuan itu dikumpulkan melalui metode
tertentu, maka berwujudlah sekumpulan pengetahuan, untuk kemudian disusun ke
dalam susunan atau sistematika tetentu, dengan menggunakan metode tertentu,
maka lahirlah suatu ilmu pengetahuan.
Demikianlah
proses tersusun dan terjadinya suatu ilmu pengetahuan yang berawal dari
pengetahuan-pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan
metode penelitian tertentu maka sekumpulan pengetahuan tersebut akhirnya
berkembang menjadi suatu ilmu pengetahuan.[1]
II.
Rumusan
masalah
1.
Apa
pengertian Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan?
2.
Perkembangan
ilmu?
3.
Syarat
– syarat ilmu?
4.
Struktur
ilmu?
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengetahuan dan Ilmu pengetahuan
Pengetahuan
pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek
tertentu. Pengetahuan itu merupakan pengetahuan awam apabila orang hanya sadar
saja tentang adanya gejala tersebut; dia dapat mengetahui bahwa gejala itu ada.
Selanjutnya, dari banyak gejala yang disadarinya sebagai pengetahuan awam
tersebut, dapat juga olehnya dirasakan atau dilihat hal lain, yaitu hubungan saling
pengaruh yang ada antara satu gejala dengan gejala lainnya. Sebagai contoh,
pengalaman atau pengamatan bahwa, bila mendung biasanya lalu hujan.
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang
rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata
langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai
gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau individu untuk tujuan mencapai
kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan
penerapan.
Ilmu pengetahuan, sebagai objek, merupakan himpunan
informasi yang berupa pengetahuan ilmiah tentang gejala yang dapat dilihat,
dirasakan, atau dialami. Gejala tersebut dapat berupa gejala alam (seperti
angin, air, gempa bumi, ombak, gerak benda, dsb.), atau gejala sosial (seperti
masyarakat bangsa, unjuk rasa, kemiskinan, kemakmuran, keterasingan, dsb.),
ataupun gejala pikir, yang abstrak wujudnya, seperti konsep-konsep tentang
bilangan dan himpunan di dalam matematika. Masalah yang menjadi perhatian di
dalam aktifitas ilmu pengetahuan adalah pencarian kejelasan dan perumusan
penjelasan mengenai struktur, fungsi dan pola-laku gejala-gejala, baik gejala
alam, gejala sosial, maupun gejala pikir. Dengan demikian bentuk-bentuk dari
hasil kegiatan ilmu pengetahuan mencakup dua hal yaitu Penjelasan terhadap
sesuatu gejala, yang dinyatakan sebagai teori; serta Kesimpulan dari hasil
observasi atau hasil penjelasan sesuatu gejala yang dinyatakan sebagai
(i) Hukum, bila gejalanya merupakan gejala alam, (ii) Dalil, bila gejalanya
merupakan gejala pikir atau gejala abstrak.
Disamping hukum atau dalil, dan theori, yang luas
cakupan keberlakuannya, yaitu meliputi suatu kelas gejala (a class of
phenomena), dan karenanya berlaku umum dalam lingkup kelas gejala tersebut,
terdapat juga bentuk-bentuk kesimpulan dan penjelasan yang lebih terbatas
cakupan keberlakuannya, seperti:
- Korelasi,
yaitu suatu kesimpulan yang jaminan keberlakuannya terbatas pada selang liputan
observasi yang dilakukan mengenai gejala tersebut.
- Hipotesa,
yaitu suatu dugaan mula mengenai penjelasan terhadap suatu fenomena, dan karena
itu masih spekulatif sifatnya.
- Model, yaitu
suatu deskripsi (jadi penjelasan) tentang struktur dan pola-laku suatu fenomena
ditinjau dari suatu titik pandang tertentu.
- Conjecture,
yaitu suatu kesimpulan yang masih spekulatif sifatnya ditinjau dari kelengkapan
fakta yang mendukungnya dan kerincian logika yang digunakan untuk
menjelaskannya.
Adapun perbedaan pengetahuan dengan
Ilmu Pengetahuan adalah sebagai berikut :
a) Ilmu
pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.Definisi ini tidak diterima karena mencampuradukkan ilmu pengetahuan danteknologi.
b) Ilmu
pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.Definisi ini tidak dapat
diterima karena ilmu pengetahuan tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat
materi.
c) Ilmu pengetahuan adalah
definisi eksperimental.
d) Ilmu
pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis
dari pengamatan empiris.[2]
B. Perkembangan
ilmu
Mempelajari sejarah ilmu pengetahuan itu penting,
karena dengan mempelajari hal tersebut kita dapat mengetahui tahap-tahap
perkembangannya. Ilmu pengetahuan tidak langsung terbentuk begitu saja, tetapi
melalui proses, melalui tahap-tahap atau periode-periode perkembangan.
a)
Periode Pertama (abad 4 sebelum Masehi)
Perintisan
“ilmu pengetahuan” dianggap dimulai pada abad 4 sebelum masehi, karena
peninggalan-peninggalan yang menggambarkan ilmu pengetahuan dikemukakan mulai
abad 4 sebelum Masehi. Abad 4 sebelum Masehi merupakan terjadinya pergeseran
dari persepsi mitos kepersepsi logos, dari dongeng-dongen ke analisis rasional.
Pada periode
ini tokoh yang terkenal adalah Aristoteles tentang dunia adalah adalah sebagai
berikut : dunia adalah ontologis atau ada (eksis). Sebelum Aristoteles dunia
dipersepsikan tidak eksis, dunia hanya menumpang keberadaan dewa-dewa. Dunia
bukan dunia riil, yang riil adalah dunia ide. Menurut Aristoteles, dunia
merupakan subtansi adalah sesuatu yang mandiri, dengan demikian dunia itu
mandiri. Setiap subtansi mempunyai struktur ontologis. Dalam struktur terdapat
2 prinsip, yaitu :
1)
Akt : menunjukan
prinsip kesempurnaan (realis);
2)
Potensi menunjukan
prinsip kemampuannya, kemungkinannya (relati)
Pndangan Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai
awal dari perintisan “ilmu pengetahuan” adalah hal-hal sebagai berikut :
1
Hal Pengenalan
Menurut Aristoteles terdapat dua macam pengenalan,
yaitu ;
a.
Pengenalan Indrawi (memberikan pengetahuan yang kongkrit dari suatu
benda)
b.
Pengenalan Rasional (dapat mencapai sesuatu, melalui jalan abstraksi)
2
Hla Metode
Ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau hukum-hukum bukan
objek-objek eksternal atau fakta. Metode untuk mengembangkan mu pengetahuan ada
dua, yaitu :
a.
Induksi intuitif yaitu mulai dari fakta untuk menyusun hukum (pengetahuan universitas)
b.
Deduksi (silogisme)
yaitu mulai dari pengetahuan universal menuju fakta-fakta.
b)
Periode Kedua (abad 17 sesudah Masehi)
Pada periode
yang kedua ini terjadi revolusi ilmu pengetahuan karena adanya perombakan total
dalam cara berfikir. Perombakan total tersebut adalah sebagai berikut :
Apabila
Aristoteles cara berfikirnya bersifat ontologis rasional, Gallileo Gallilei
(tokoh pada awal abad 17 sesudah Masehi) cara berfikir bersifat analisi yang
dituangkan dalam bentuk kuantitatif dan matematis. Yang dimunculkan dalam
berfikir ilmiah Aristoteles adalah berfikir tentang hakikat, jadi berfikir
metafisis ( apa yang berada di balik yang nampak atau apa yang berada di balik
fenomena)
Abad 17
meninggalkan cara berfikir metafisis dan beralih ke elemen-elemen yang terdapat
pada suatu benda, jadi tidak mempersoalkan hakikat. Dengan demikian bukan
substansi tetapi elemen-elemen yang merupakan kesatuan sistem.[3]
C. Syarat
– syarat ilmu
Berbeda
dengan pengetahuan, ilmu
merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab
sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu
dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak
terpengaruh paradigm ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1.
Objektif. Ilmu harus memiliki objek
kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya,
tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau
mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang
dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan
karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek
peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2.
Metodis adalah
upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari
kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti
metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3.
Sistematis. Dalam
perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang
ketiga.
4.
Universal.
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya
universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu
sosial menyadari kadar ke umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan
ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu
untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus
tersedia konteks dan tertentu pula.[4]
D. Struktur
ilmu
STURKTUR
ILMU
|
Obyek
Sebenarnya
|
Obyek
Material
|
Ide
Abstrak
Benda Fisik Jasad Hidup Gejala Rohani Peristiwa Sosial Proses Tanda |
|
|
Obyek Formal
|
Pusat
Perhatian
|
|
Bentuk
Pernyataan
|
Diskripsi
Preskripsi Ekposisi Pola Rekotruksi Historis |
|
Pengetahuan
Ilmiah
|
Ragam
Produksi
|
Asas
Ilmiah
Kaidah Ilmiah Teori Ilmiah |
|
|
Ciri
Poko
|
Sistematisasi
Keumuman Rasionalitas Obyektivitas Verifiabilitas Komunalitas |
|
|
Pembagian
Sistematik
|
|
|
Setiap cabang ilmu
khusus mempunyai objek sebenarnya (Proper Object) yang dapat dibedakan
menjadi objek material dan objek formal.
Objek material adalah fenomena di dunia ini yang telaah oleh ilmu,
sedang objek formal adalah pusat perhatian dalam perhatian dalam penelaahan
ilmuwan terhadap fenomena itu.
1) Deskripsi
Ini merupakan kum[ulan
[ertanyaan bercorak deskriptif dengan memberikan pemerian mengenai bentuk,
susunan, peranan, dan hal-hal terperinci lainnya dari fenomena yang
bersangkutan. Bentuk ini umumnya terdapat pada cabang-cabang ilmu khusus yang
terutama bercorak deskriptif seperti
misalnya ilmu anatomi atau geografi.
2) Preskrispsi
Ini merupakan kumpulan
pernyataan bercorak preskriptif dengan memberikan petunjuk-petunjuk atau
ketentuan-ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaiknya
dilakukan dalam hubungannya dengan objek sebenarnya itu. Bentuk ini dapat
dijumpai dalam cabang-cabang ilmu social, misalnya dalam ilmu pendidikan yang
memuat petunjuk-petunjuk cara mengajar yang baik dalam kelas. Demikian pula
dalam ilmu administrasi Negara dipaparkan misalnya asas-asas, ukuran-ukuran,
dan berbagai ketentuan preskriptif tentang organisasi yang baik, manajemen yang
efektif atau prosedur kerja yagn efisien.
3) Eksposisi
Pola
Bentuk ini merangkum
pernyataan-pernyataan yang memaparkan pola-pola dalam sekumpulan sifat, ciri,
kecenderungan atau proses lainnya dari fenomena yang ditelaah. Misalnya dalam
antropologi dapat dipaparkan pola-pola kebudayaan berbagai suku bangsa atau
dalam sosisologi dibeberkan pola-pola perubahan masyarakat pedesaan menjadi
masyarakat perkotaan.
4) Rekonstruksi
Historis
Bentuk ini merangkum
pernyataan-pernyataan yang berusaha menggambarkan atau menceritakan dengan
penjelasan atau alas an yang diperlukan pertumbuhan sesuatu hal pada masa
lampau yang jauh baik secara alamiah atau karena campur tangan manusia.
Cabang-cabang ilmu khusus yang banyak mengandung bentuk pernyataan ini misalnya
historiografi, ilmu purbakala, dan paleontology.
5) Asas Ilmiah
Suatu asas atau prinsip
adalah sebuah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta
yan telah diamati; seringkali terutama dalam rumpun ilmu social juga diartikan
sebagai sebuah proposisi yang dapat secukupnya diterapkan pada serangkaian
peristiwa untuk suatu pedoman dalam melakukan tindakan-tindakan. Asas ilmiah
dalam arti yang pertama misalnya ialah asas peredaran planet berdasarkan
pengamatan dalam astronomi yang menyatakan bahwa makin dekat suatu planet
dengan matahari, maka pendek masa perputarannya. Sebuah prisnsip dalam rumpun
ilmu social misalnya ialah prinsip gaji yang sama untuk pekerjaan yang sama (equal
pay for equal work) yang dapat dijadikan suatu pedoman yang benar dalam
pengangkatan para pegawai dan admistrasi penggajian.
6) Kaidah
Ilmiah
Suatu kaidah atau hokum
dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah proposisi yan mengungkapkan keajegan
atau hubungan tertib yang dapat diperiksa kebenarannya di antara fenomena
sehingga umumnya berlaku pula untuk berbagai fenomena yang sejenis. Contohnya
ialah hokum gaya berat yang terkenal dari Newton atau kaidah Boyle dalam ilmu
kimia bahwa volume suara gas berubah secara terbalik dengan tekanan bilamana
suhu tetap dipertahankan sama.
7) Teori
Ilmiah
Suatu teori dalam
scientific knowledge adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara
logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah fenomena. Misalnya teori
Darwwin tentang evolusi organisme hidup yang menerangkan bahwa bentuk-bentuk
orgaisme yang lebih rumit berasal dar sejumlah kecil bentuk-bentuk yan lebih
sederhana dan primitiff dalam perkembngannya secara evolusioner sepanjang masa.[5]
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Pengetahuan
pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek
tertentu. Pengetahuan itu merupakan pengetahuan awam apabila orang hanya sadar
saja tentang adanya gejala tersebut; dia dapat mengetahui bahwa gejala itu ada.
Selanjutnya, dari banyak gejala yang disadarinya sebagai pengetahuan awam
tersebut, dapat juga olehnya dirasakan atau dilihat hal lain, yaitu hubungan
saling pengaruh yang ada antara satu gejala dengan gejala lainnya. Sebagai
contoh, pengalaman atau pengamatan bahwa, bila mendung biasanya lalu hujan.
Ilmu pengetahuan, sebagai objek, merupakan himpunan informasi yang
berupa pengetahuan ilmiah tentang gejala yang dapat dilihat, dirasakan, atau
dialami
Syarat – syarat ilmu
1.
Objektif
2.
Metodis
3.
Sistematis
4.
Universal
STURKTUR
ILMU
|
Obyek
Sebenarnya
|
Obyek
Material
|
Ide
Abstrak
Benda Fisik Jasad Hidup Gejala Rohani Peristiwa Sosial Proses Tanda |
|
|
Obyek
Formal
|
Pusat
Perhatian
|
|
Bentuk
Pernyataan
|
Diskripsi
Preskripsi Ekposisi Pola Rekotruksi Historis |
|
Pengetahuan
Ilmiah
|
Ragam
Produksi
|
Asas
Ilmiah
Kaidah Ilmiah Teori Ilmiah |
|
|
Ciri
Poko
|
Sistematisasi
Keumuman Rasionalitas Obyektivitas Verifiabilitas Komunalitas |
|
|
Pembagian
Sistematik
|
|
|
II.
Saran
Penulis
berharap dengan adanya makalah ini, dapat memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
dengan baik dan benar. Di sisi lain, penulis juga berharap denag adanya makalah
ini akan bisa menjadi bahan bacaan yang baik. Baik untuk mahasiswa maupun
kalangan akademika pada khususnya. Sebagai motivasi maupun inspiratif dalam
mengembangkan kreativitasnya.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu tidak luput dari kesalahan,
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Gie , The Liang, Konsepsi tentang Ilmu,
(Yogyakarta, Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi, 1984) hlm 50-63
[1] http://babychokyujungsoo.blogspot.com/2013/10/makalah-perbedaan-konsep-pengetahuan.html
diakses pada tanggal 4 Juni 2014 Pukul
22.00 WIB.
[2]
http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37181-hardskill%20-PENGERTIAN%20PENGETAHUAN,%20ILMU,%20DAN%20ILMU%20PENGETAHUAN.html
diakses pada tanggal 4 Juni 2014 Pukul
21.00 WIB.
[3] http://www.scribd.com/doc/84882686/Makalah-Perbedaan-Pengetahuan-Dan-Ilmu-Pengetahuan
diakses pada tanggal 4 Juni 2014 Pukul 21.00 WIB.
[4] http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37181-hardskill%20-PENGERTIAN%20PENGETAHUAN,%20ILMU,%20DAN%20ILMU%20PENGETAHUAN.html
diakses pada tanggal 4 Juni 2014 Pukul
21.00 WIB.
[5] The
Liang Gie, Konsepsi tentang Ilmu, (Yogyakarta, Yayasan Studi dan Teknologi,
1984), hlm 50-63
0 komentar:
Post a Comment