Karakteristik Unsur Sistem Dakwah
Karakteristik
Unsur-unsur Sistem Dakwah
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Dra.Hj.
Jauharotul Farida, M.Ag.
Disusun Oleh
:
1.
Fikri Risma Dayanti (131311112)
2.
Thoriqotus Sa’idah (131311120)
FAKULTAS DAKWAH
DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Secara etimologis,
kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti: panggilan, ajakan,
dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk
dari isim masdar yang berasal dari kata kerja : دعا,
يدعو, دعوة artinya : menyeru, memanggil, mengajak.20
Dalam pengertian
yang integralistik dakwah merupakan suatu proses yang
berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk
mengubah sasaran dakwah agar
bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang
Islami. oleh karenanya perlu memperhatikan
unsur-unsur penting dalam berdakwah sehingga dakwah
menghasilkan perubahan sikap bagi
mad'u. Dan didalam suatu unsur-unsur ada juga karakteristiknya, juga
dipahami secara mendalam agar dalam berdakwah mendapatkan hasil yang maksimal.[1]
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari
karakteristik ?
2.
Apa saja karakteristik
unsur-unsur dakwah ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Istilah karakteristik
diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya mengandung sifat khas. Ia
mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Dalam
kamus lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa karakteristik merupakan
sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang memiliki pengertian di
antaranya:
1.
Suatu kualitas atau sifat
yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan cirri untuk
mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian.
2.
Intergrasi atau sintese dari
sifat-sifat individual dalam bentuk suatu untas atau kesatuan.
3.
Kepribadian seeorang,
dipertimbangkan dari titik pandangan etis atau moral.
Jadi di antara pengertian-pengertian di atas
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Chaplin, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
itu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.[2]
B. Unsur-Unsur
Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah
komponen-komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur
tersebut adalah da’I ( pelaku daakwah ), mad’u ( mitra dakwah ), maddah (
materi dakwah ), wasilah ( media dakwah ), thoriqoh ( metode ), atsar ( efek
dakwah ).
1. Da’i ( pelaku dakwah )
Yang di maksud da’i adalah orang yang
melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara
individu, kelompok atau berbentuk oraganisasi atau lembaga.
Diantara
sifat da’I yang disebutkan dalam Al-qur’an adalah :
a. Perintah
agar da’I istiqomah, tidak memperuntukan hawa nafsu, menjelaskan tentang
ketegarannya dalam iman, berbuat adil, dan berusaha berdakwah sampai pada non
muslim.
b. Bertawakal
dalam dakwah dari meyakini kebenaran dakwah yang disampaikan.
Adapun
sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh da’I secara umum berpedoman dari
pada ahli diantaranya adalah yang dikemukakan oleh Syekh Ali Mahfud menurutnya
ada beberapa yang harus dimiliki oleh da’I diantaranya:
a. Da’I
harus berilmu dengan ilmu al-qur’an.
b. Mengamalkan
ilmunya seta selaras antara perkataan dan perbuatan
c. Penyantun
dan berlapang dada dari sinilah merupakan alat pembuka hati yang akan
memberikan daya untuk mnghilangkan penyakit-penyakit hati.
d. Keberanian
dalam bertindak membela kebenaran .
e. Bersih
tidak silau terhadap apapun yang ada didepan atau ditangan orang lain.
f. Berilmu
dengan keadaan umat yang akan dihadapinya.
Kalau menurut kami,
apabila ingin menjadi da’i yang ideal harus mengikuti atau
2. Mad’u
( Mitra Dakwah atau Penerimaan Dakwah )
Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u,
yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam
maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
Golongan-golongan mad’u sebagai berikut:
1. Dari
segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan,
perkotaan, kota kecil,serta masyarakat didaerah majinal dari kota besar.
2. Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyai, abangan dan
santri, terutama pada masyarakat jawa.
3. Dari segi tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja, dan
golongan orang tua.
4. Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang seniman, buruh,
pegawai negeri.
5. Dari segi tingkatan social ekonomis, ada golongan kaya, menengah,
dan miskin.
6. Dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita.
7. Dari segi khusus ada masyarakat tunasusila, tunawisma, tunakarya,
narapidana, dan sebagainya.
Mad’u bias
juga dilihat dari derajat pemikirannya sebagai berikut:
a.
Umat yang
berfikir kritis, yaitu orang-orang yang berpendidikan yang selalu berfikir
mendalam sebelum menerima sesuatu yang dikemukakan padanya.
b.
Umat yang
mudah dipengaruhi, yaitu masyarakat yang mudah dipengaruhi oleh paham baru ( suggestible ) tanpa menimbang-nimbang
secara manta apa yang dikemukakan kepadanya.
c.
Umar
bertaklid, yaitu golongan yang fanatic, buta berpegang pada tradisi, dan
kebiasaan turun-temurun tempat menyelidiki salah satu benarnya.
Mad’u
digolongkan dari berdasarkan response :
a.
Golongan
simpati aktif, yaitu mad’u yang menaruh simpati dan secara aktif member
dukungan moril dan materiil terhadap kesuksesan dakwah.
b.
Golongan
pasif, yaitu mad’u yang masa bodoh terhadap dakwah, tidak merintangi dakwah.
c.
Golongan
antipati, yaitu mad’u yang tidak rela atau tidak suka akan terlaksananya
dakwah.
3.
Maddah
(Materi Dakwah)
Unsur lain selalu ada dalam
proses dakwah maddah atau materi dakwah. Maddah dakwah adalah masalah isis
pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u. dalam hal ini sudah jelas
bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam
yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat di kelompokkan
sebagai berikut:
a.
Akidah
(Rukun Iman), yang meliputi:
1)
Iman kepada
Allah
2)
Iman kepada
Malaikat_Nya
3)
Iman kepada
Kitab-kitab_Nya
4)
Iman kepada
Rasul-rasul_Nya
5)
Iman kepada
hari akhir
6)
Iman kepada
qadha-qadhar
b.
Syari’ah:
1)
Ibadah
(dalam arti khas):
·
Thaharah
·
Sholat
·
Zakat
·
Shaum
·
Haji
c.
Muamallah
(dalam arti luas) meliputi:
1.Al-Qununul
Khas (Hukum perdata) ;
·
Muamalah
(hukum niaga)
·
Munakahat
(hukum nikah)
·
Waratsah
(hukum waris)
·
Dan lain sebagainya
2.Al-Qununul ‘am
(hukum public);
- Hinayah
(hokum pidana)
- Khilafah
(hokum Negara)
- Jihad (hokum
perang dan damai)
- Dan
Lain-lain
4.
Wasilah
(Media Dakwah)
Unsur dakwah yang keempat
adalah wasilah (media) dakwah, yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan
materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.
a.
Untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai
wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu lisan,
tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlaq:Lisan, inilah wasilah dakwah yang
paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan wasilah ini
dapat membentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
b.
Tulisan,
buku majalah, surat kabar, surat menyurat (kores pondensi) spanduk, flash-card,
dan sebagainya.
c.
Lukisan,
gambar, karikatur,dan sebagaiya.
d.
Audi
visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indra pendengaran atau penglihatan
dan kedua-duanya, televise, film, slide, ohap, internet, dan sebagainya.
e.
Akhlaq,
yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam dapat dinikmati
serta didengarkan oleh mad’u.
5.
Thariqoh
(Metode Dakwah)
Hal yang sangat erat
kaitannya dengan metode wasilah adalah
metode dakwah thoriqoh ( metode )
dakwah. Didalam kitab al – tis’ah, diantara metode dakwah yang diajarkan dan
dicontohkan nabi adalah sebagai berikut:
a.
Member
kabar yang menyenangkan mad’u dan tidak membuat mad’u frustasi.
b.
Bertahap
c.
Menggunakan
sarana baru yang dianggap mashlahat
d.
Mengenai
jiwa mad’u
e.
Diantara
metode ini adalah mengundang kaum kerabat sambil makan dan minum, berdakwah
kepada keluarga, pidato terbuka,dan hijrah.
Berdasarkan pada kemampuan ( potensi) manusia, metode dakwah itu
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.
Metode bil qolbi yaitu cara kerja dalam
melaksanakan dakwah ( amr ma’ruf nahi munkar) sesuai dengan potensi
actual hati manusia yang sifatnya meyakini dan menolak dakwah.
b.
Metode bil lisan yaitu cara kerja yang
mengikuti sifat dan prosedur lisan dalam mengutaran cara – cara, keyakinan,
pandangan dan pendapat.
c.
Metode bil yaad yaitu suatu cara kerja yang
mengupayakan terwujudnya ajaran islam dalam kehidupan pribadi dan social dengan
cara mengikuti prosedur kerja potensi manusia yang berupa hati, pikiran, lisan
dan tangan fisik yang tampak dalam keutamaan kegiatan operasional.
Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Atsar (efek) sering
disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering kali
dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i.
Dengan demikian penelitian atau evaluasi terhadap penerimaan
dakwah ditekankan untuk dapat menjawab sejauh mana ketiga aspek perubahan
tersebut yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek behavioral pada
penerima dakwah.
a.
Efek
kognitif
Setelah menerima pesan
dakwah, mitra dakwah akan menyerap isi dakwah tersebut melalui proses berfikir,
dan efek kognitif ini bisa terjadi apabila ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami dan dimengerti oleh mad’u tentang isi pesan yang
diterimanya.
Aspek kognitif ini amat
menentukan aspek-aspek perubahan berikutnya.
b.
Efek
Efektif
Efek ini adalah merupakan
pengaruh dakwah berupa perubahan sikap komunikan ( mitra dakwah) setelah
menerima pesan.
Pada tahap atau aspek ini
pula menerima dakwah dengan pengertian dan pemikirannya terhadap pesan dakwah
yang telah diterimanya akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak pesan
dakwah.
c.
Efek
Behavioral
Efek ini merupakan suatu
bentuk efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam
merealisasikan materi dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari- hari.
Efek ini muncul setelah melalui proses kognitif dan efektif.
Jadi perbuatan dan perilaku
seseorang itu pada hakekatnya adalah perwujudan dari perasaan dan pikirannya.[3]
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa unsur-unsur dakwah itu ada enam, diantaranya adalah :
1.
Da’i (
pelaku dakwah)
2.
Mad’u
(mitra dakwah)
3.
Maddah (
materi dakwah)
4.
Wasilah (
media dakwah)
5.
Thariqah (
metode )
6.
Atsar (
efek dakwah)
Dan didalam unsur-unsur tersebut terdapat karakteristik, yaitu
sifat-sifat atau ciri-ciri dari masing-masing unsur, yang menjadi acuan kita
agar dalam berdakwah menjadi baik sesuai yang diinginkan.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat, kami
menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun senantiasa kami tunggu guna
memperbaiki makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua, amin ya robbal’alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Aziz, Moh. 2004. Ilmu dakwah. Jakarta : Prenada http://muhakbarilyas.blogspot.com/2013/07/pengertian-dakwah-islam.html
[3]
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta : Prenada Media hal 75 - 142
0 komentar:
Post a Comment