September 16, 2015

Pandangan Orientalis Terhadap Filsafat Islam

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Orientalisme bukanlah faham atau kelompok baru. Kajian ketimuran ini telah lama berlangsung dan terus berlangsung hingga kini. Banyak pemikiran, penemuan yang didapat para orientalis dalam upayanya melemahkan dan menguasai dunia Timur khususnya Islam. Karenanya pemahaman tentang pengertian, akar sejarah serta objek penelitian ini sangatlah diperlukan. Bukan saja orientalis mampu mewarnai faham ke-Islaman dari sudut pandang Barat namun juga untuk menempatkan lagi posisi pemahaman tentang dunia Timur dalam sudut pandang ke-Timuran itu sendiri. Karena banyak faham yang akhirnya menyesatkan umat Islam dalam keislamannya ataupun sekedar memperkaya sudut pandang pemahaman. Penulis melihat hal ini sebagai sebuah entitas Islam yang sudah perlu untuk dimurnikan lagi.
Fakta menunjukkan penelitian tentang dunia Timur yang secara meluas dan upaya untuk sebaliknya meneliti dunia Barat belum cukup signifikan dalam upayanya membangkitkan semangat ke-timuran khususnya dari dunia Islam, ini sangat disayangkan. Inilah yang menjadi titik balik dari perlunya mahasiswa Islam untuk mengkaji dan meneliti orientalisme.[1]
Sedangkan filsafat Islam adalah pencarian suatu kebenaran yang dilakukan oleh orang-orang Islam atau para cendikiawan Islam yang didasari pada ajaran-ajaran Islam. Dalam makalah ini lebih lanjut akan dibahas mengenai pandangan kaum orientalis terhadap filsafat islam.
B.     Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
a.       Apa yang dimaksud dengan orientalisme ?
b.      Bagaimanakah sejarah orientalisme ?
c.       Bagaimanakah ruang lingkup orientalisme ?
d.      Apa penyebab lahirnya orientalisme?
e.       Bagaimana sikap dan pandangan orientalis terhadap filsafat Islam ?

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Orientalis
Orientalisme secara bahasa berasal dari kata orient, bahasa Prancis, yang berarti timur, lawan kata dari occident yang berarti barat.[2] Pengertian orientalisme menurut  H.M. Joesoef sou’yb tidak jauh berbeda namun beliau menjabarkan yaitu bahwa orientalisme secara geografis berarti dunia belahan timur dan secara etnologis berarti bangsa-bangsa di Timur. Kata oriental adalah sebuah kata sifat yang berarti hal-hal yang bersifat Timur, yang sangat luas ruang lingkupnya meliputi bahasa, agama, kebudayaan, sejarah, ilmu bumi, etnografi, kesusasteraan dan kesenian yang berasal dari Timur sebagaimana ditambahkan oleh Abdul Haq Adnan Adifar. Isme (Belanda: isme, Inggris: ism) sendiri menunjukkan pengertian tentang suatu faham. Kesimpulannya orientalisme berarti suatu faham atau aliran yang berkeinginan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa di Timur beserta lingkungannya.[3]
Ahmad Hanafi mengemukakan bahwa “orientalis adalah segolongan sarjana barat yang mendalami bahasa dunia Timur dan kesusasteraannya, dan mereka yang menaruh perhatian besar terhadap agama-agama dunia Timur, sejarahnya, adat istiadatnya, dan ilmu-ilmunya.”[4]
Jadi dapat disimpulkan bahwa  Orientalis adalah ilmuan Barat yang mendalami masalah-masalah ketimuran yang tercakup didalamnya tentang bahasa-bahasa, kesusasteraan,peradaban, dan agama-agama.
B.     Sejarah Orientalisme
Husain Haikal berpendapat bahwa penyebab atau awal mula orientalisme ialah karena pergesekan orang Islam dan Romawi dalam perang Mut’ah dan perang Tabuk karena pada saat itu orang Islam sedang bermusuhan secara politik. Sedangkan sebagian lainnya menulis bahwa orientalisme lahir sebagai akibat dari perang Salib atau ketika dimulainya pergesekan politik dan agama antara Islam dan Kristen di Palestina. Terutama pada masa pemerintahan Nuruddin Zanki dan Shalahuddin al-Ayubi dan terus berlanjut pada masa al-Adil. Kekalahan beruntun yang ditimpakan Islam terhadap pasukan Salib inilah yang memunculkan kekuatan baru yakni mengkaji Islam dari sisi agama maupun budaya agar dapat membalas kekalahannya. Sebagian lainnya berpendapat bahwa orientalisme muncul pada peperangan berdarah antara umat Islam dan Kristen di Andalusia setelah Alfonso VI mampu menaklukkan Toledo pada tahun 488 H (1085 M). Lahirlah gerakan tobat dan penghapusan dosa yang berpusat di Kluni dan dipimpin oleh Santo Peter the Venerable dari Prancis.  Lalu lahirlah gerakan Kristen Spanyol dan menetapkan Kristen Katholik Romawi sebagai agama yang benar.
Sebagian lagi berpendapat bahwa orientalisme lahir karena kebutuhan barat menolak Islam dan untuk mengetahui penyebab kekuatan umat Islam terutama setelah jatuhnya Konstantinopel pada tahun 857 H (1453 M). Meski di kalangan teologi orientalisme lahir akibat kebutuhan dalam memahami intelektualitas Semit kaitannya dengan Taurat dan Injil.[5]
Hubungan dunia barat dengan dunia timur ini sendiri sebenarnya telah dimulai sejak masa kejayaan Islam karena pada waktu itu orang-orang barat berbondong-bondong untuk belajar segala ilmu pengetahuan dan kebudayaan dunia Timur, khususnya Islam. Hal ini terjadi sekitar abad ke-X Masehi.[6]
 Setidaknya terdapat dua fase dalam penyelidikan terhadap dunia timur yang digencarkan oleh para orientalis, yaitu:
1.       Mempelajari, mendalami ilmu-ilmu yang dimiliki oleh kaum muslimin berupa ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu matematika, ilmu astronomi, dan ilmu-ilmu yang lainnya dalam bahasa Arab untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin yang merupakan bahasa ilmu pengetahuan  dan kesusasteraan pada waktu itu. Pelopornya ialah para pemuka agama Masehi dibantu dengan orang-orang Yahudi.[7]
2.       Mempelajari bahasa-bahasa dunia Timur terutama bahasa Arab beserta kesusasteraannya.[8]
Gerakan penerjemahan besar-besaran didukung juga oleh para penguasa saat itu, diantaranya Frederick II, Raja Sicilia (1250), Alfonso, Raja Castile, selama berabad-abad sampai pada abad XVII M. Gerakan penerjemahan seperti ini juga pernah dilakukan oleh khalifah Al-Ma’mun yang pernah menerjemahkan sebagian besar kitab-kitab karya orang Yunani ke dalam bahasa Arab.
Berita penerjemahan tersebut mulai tersebar luas di kalangan Raja-raja Eropa sehingga mereka turut andil dalam mendorong penerjemahan ini. Orang yang diduga melakukan penerjemahan awal adalah Paus Silverster II (999-1003), kemudian Hermann de Dalmatian (w. 1054) dan diikuti oleh Konstantin de African. Pada abad ke-XII Toledo menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan Islam di Andalus.
 Para ahli penerjemah ke dalam bahasa latin yang terkenal di Toledo diantaranya Raymond yang menerjemahkan buku-buku tentang ilmu hitung, astronomi, kedokteran, filsafat dan sebagainya yang merupakan hasil karya sarjana-sarjana Islam seperti al-Farghani, Abu Ma’syar, al-Kindi, Ibnu Jabarul dan al-Ghazali. Begitu juga Plato of Tivoli, Adelard of Bath, John of Seville,dan lain-lain. Bahkan Gerard of Gremona mampu menerjemahkan kurang lebih 80 macam buku yang meliputi ilmu manthiq, filsafat, matematika, astronomi, fisika, kimia, dan lain-lain baik yang berasal dari Yunani maupun karya sarjana-sarjana Islam seperti al-Farabi, Tsabit ibnu Qurrah, Putra Musa bin Syakir, al-Khawarizmi, al-Kindi.
Dari sekian pendapat penulis sendiri berpendapat bahwa kajian tentang dunia Timur telah muncul sejak masa kejayaan Islam dan zaman kegelapan Barat terhadap bidang Ilmu Pengetahuan, karena sejak itu barat telah mulai mempelajari dunia Timur terutama Islam untuk berbagai kebutuhan serta kepentingan. Terlepas dari upaya propaganda dan provokasi dibalik usaha untuk mengkaji dunia Islam upaya orientalis dalam meneliti dunia Timur turut memperluas dan memperkenalkan dunia Timur secara keseluruhan. Karenanya pendapat yang terakhir merupakan hal yang lebih bisa diterima.[9]


C.     Ruang Lingkup Orientalisme
Sebenarnya objek kajian orientalisme sangan luas, yaitu menyangkut hal-hal yang berkenaan dengan banasa-bangsa di Timur dan lingkungannya. Sekedar ilustrasi Sou’yb membayangkan kegiatan penyelidikan tersebut secara garis besar meliputi bidang-bidang sebagai berikut:
1.       Bidang Kepurbakalaan (archeology)
2.       Bidang Sejarah (history)
3.       Bidang Bahasa (linguistic)
4.       Bidang Agama (religion)
5.       Bidang Kesusasteraan (literatures)
6.       Bidang Keturunan (ethnology)
7.       Bidang Kemasyarakatan (sociology)
8.       Bidang Adat Istiadat (custom)
9.       Bidang Kekuasaan (politic)
10.   Bidang Kehidupan (economi)
11.   Bidang Lingkungan (fauna dan flora)
Di samping itu, ada beberapa pengertian yang hampir sama tentang istilah orientalisme. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memberikan pengertian yang lebih mendetail, yaitu sebagai berikut:
a.      Pengertian yang merupakan definisi yang dibatasi oleh kata orientalisme itu sendiri, yaitu metode berpikir ala Barat. Metode inilah yang menjadi landasan dalam menilai dan memperlakukan segala sesuatu, bahwa disana ada perbedaan yang fundamental antara Barat dan Timur, baik dalam eksistensi maupun dalam sains teknologi. 
b.      Orientalisme merupakan studi akademis yang dilakukan oleh bangsa Barat dari negara-negara imperialis mengenai dunia Timur dengan segala aspeknya, baik mengenai sejarah, pengetahuan, bahasa, agama, tatanan sosial politik, hasil bumi, serta semua potensinya.
c.       Definisi ketiga, seperti yang diungkapkan Edward Said: “Orientalisme merupakan kajian atau metode Barat untuk mencaplok bangsa Timur, dengan kedok hendak memperbaiki dan memajukan (politik ataupun pemikiran), demi memperlancar kekuasaannya disana”.
d.      Orientalisme adalah kajian akademis, yang dilakukan oleh bangsa Barat yang kafir –khususnya dari kalangan ahlul kitab- tentang Islam dan umat Islam dalam segala aspek baik mengenai akidah, syariat, pengetahuan, kebudayaan, sejarah, aturan dan peraturan, hasil bumi dan potensinya. Tujuannya untuk merusak dan mengotori citra Islam, meniupkan keragu-raguan kepada kaum muslimin akan kebenaran dan kepercayaan mereka terhadap ajarannya, menyesatkan kaum muslimin dari jalan yang diharuskan oleh syariatnya. Kemudian dengan berbagai cara diupayakan agar kaum muslimin mau mengikuti ajaran dan pemikiran Barat. Dalam usahanya, kaum orientalis mencoba dengan tipu dayanya untuk mengelabui bahwa semua kajian itu seolah ilmiah dan objektif. Karena mereka merasa adanya keunggulan dan kelebihan ilmu pengetahuan yang dimiliki bangsa Barat atas bangsa Timur yang Islam.[10]

D.    Sebab-sebab Lahirnya Orientalisme
Qasim Assamurai, dalam bukunya “Bukti-Bukti Kebohongan Orientalis” mengemukakan beberapa pandangan mengenai faktor-faktor penyebab lahirnya orientalisme, antara lain:
a.       Orientalisme itu lahir akibat Perang Salib (1096-1270) atau ketika dimulai pergesakan politik dan agama antara Islam dan Kristen Barat di Palestina. Argumen mereka menyatakan bahwa permusuhan politik berkecamuk antara umat kristen dan umat Islam selama pemerintahan Naruddin Zanki dan Salahuddin al-Ayubi.
b.       Terjadinya peperangan berdarah yang berkecambuk antara orang-orang Islam dan Kristen di Andalusia, khususnya setelah Alfonso VI menaklukkan Toledo pada tahun 488 H (1085 M). Dari sinilah lahir gerakan tobat dan penghapusan dosa yang berpusat di biara Kluin yang didominasi para pendeta Venesia dengan pimpinan Santo Peter Venerabel dari Perancis. Dari biara itu, muncul gerakan perubahan Kristen Spanyol, serta menetapkan kristen Katolik Romawi sebagai agama yang benar. Para pendeta menganggap bahwa agama Kristen Spanyol telah rusak akibat dimasuki oleh banyak unsur Islam.
c.       Sebagian berpendapat bahwa lahirnya orientalis ada dua, pertama karena kebutuhan Barat untuk menolak Islam, dan kedua untuk mengetahui penyebab kekuatan yang mendorong umat Islam khususnya setelah jatuhnya Konstantinopel pada tahun 857 H (1453 M) serta tibanya pasukan Turki Usmani ke perbatasan Wina.
d.      Dikalangan ahli teologi berpendapat bahwa lahirnya orientalis itu merupakan kebutuhan mereka untuk memahami intektualitas Islam, karena ada hubungannya dengan Taurat dan Injil.
e.        Sebagian berpendapat bahwa orientalis lahir untuk kepentingan penjajahan Eropa terhadap negara-negara Arab dan Islam di Timur Dekat, Afrika Utara, dan Asia Tenggara serta kebutuhan mereka dalam rangka memahami adat istiadat dan agama bangsa-bangsa jajahan.[11]
E.     Sikap dan Pandangan Orientalis Terhadap Filsafat Islam
Kalangan orientalis sering memutar balikkan maksud nash (teks) secara sengaja dengan membuat kesimpulan yang menyesatkan. Di antara bentuk penyimpangan yang sering dilakukan kalangan orientalis ini adalah memutar balikkan maksud nash (teks) secara sengaja dengan tujuan membuat kesimpulan-kesimpulan yang tidak ada hubungannya dengan nash tersebut. Bentuk penyimpangan lainnya adalah dengan cara menambah atau menghilangkan beberapa kalimat, sehingga nash tersebut memberikan makna yang tidak ada lagi kaitannya dengan nash itu sendiri.
Bagaimana pandangan orientalis terhadap sejarah Islam. Misalnya Montgomery Watt, orientalis Inggris, memberi interpretasi tentang Jihad dari kacamata materialisme belaka, dengan mengaitkan untung ruginya. Disini dapat dilihat bahwa ternyata dia tidak bisa melihat kenyataan bahwa perlawanan paling gigih dalam menghadapi kolonialisme barat di timur, Islam merupakan motivator terpenting yang hingga saat ini masih menggema di berbagai tempat. Seandainya ucapannya benar, pasti Islam telah sirna dari muka bumi sejak lama dan tidak perlu dipelajari lagi oleh kaum orientalis.Penggambaran yang salah ini sebagai tonggak awal munculnya gerakan orientalisme. Orang-orang orientalis saling bahu-membahu menyimpangkan bentuk islam dan potret yang sebenarnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hal ini digambarkan oleh seorang orientalis kondang bernama Montgomery watt mengungkapkan dalam bukunya. Ia mengatakan sebagi berikut: sesungguhnya aqidah ajaran islam  terdiri dari bentuk penyimpangan dari ajaran kristen. Islam adalah sebuah agama yang ganas dan tersebar melalui pedang. Agama islam mengajak manusia agar menyibukkan diri dalam dunia nafsu, terutama nafsu seksual. Dan dalam pribadi muhammad sendiri terdapat kelemahan akhlaq. Berarti muhammad adalah seorang pendiri agama yang menyimpang. Karena itu hendaknya dijadikan prinsip bahwasanya muhammad merupakam senjata atau tangan kananya setan. Bahkan bangsa eropa pemeluk masehi pada abad pertengahan menamakanya setan.
Sudah jelas bahwa tujuan mereka menyebarluaskan islam yang salah dan menyeramkan, mencakup dua macam :
1.    Mengadakan kesenjangan sehingga islam tidak dapat tersiar dieropa seperti tersiarnya pada bangsa lain.
2.    Menumbuhkan keraguan dalam hati umat islam terhadap ajaran agamanya dan berusaha untuk memurtadkan mereka dari islam dengan cara kristenisasi. Dan ini merupakan tujuan yang paling penting.
Karena itu tidaklah mengherankan bila disana ada kaitan antara gerakan kristenisasi dengan orientalisme dibarat dan akhirnya orientalisme bergerak dengan resmi dengan hasil dari usulan yang diajukan oleh seorang pembaptis bernama Reymond lull. Dengan diterimanya usulan tadi menunjukkan bukti adanya gerakan kristenisasi dibarat, khususnya setelah kegagalan mereka dalam peperangan salib, yang dimaksudkan untuk mewujudkan angan-angan dan keinginan mereka yang pokok, yaitu memurtadkan umat islam. Namun demikian jiwa dan semangat kristenisasi dan permusuhanya terhadap islam tetap tumbuh membengkak dan berkembang terus. Disampiing itu jiwa dan semangat gerakan kristenisasi dibarat juga ikut menyuburkan pertumbuhan gerakan orientalisme, bahkan mengarahkan dan menuntunya. Kemudian pada tahun 1636 M, didirikan fakultas khusus bahasa arab diuniversitas Cambridge.
Dr. Hitti melancarkan tuduhan bahwa nabi muhammad SAW adalah seorang penipu yang lihai. Uraian yang dikemukakanya tentang kehidupan beliau memberikan kesan kepada pembacanya bahwa dia benar-benar telah merencanakan tulisan itu secara cermat. Dalam komentarnya mengenai berbagai kejadian sesudah hijrah nabi. Dia menulis sebagi berikut:
Di madinah orang-orang yang menunggu beliau secara berangsur-angsur surut kebelakang, karena munculnya tokoh politisi dan praktisi yang mengelola urusan mereka. Suatu perubahan dalam sifat wahyu-wahyu tampak jelas. Wahyu-wahyu yang tegas dan keras yang menekankan keesaan Allah, sifat-sifat-Nya dan kewajiban manusia terhadap-Nya, dan yang disampaikan dalam gaya sastrawi dan penuh berirama, sekarang berubah menjadi wahyu-wahyu berkepanjangan yang kurang menarik berisi pembicaraan tentang persoalan-persoalan seperti ibadat dan salat, perkawinan dan perceraian, budak dan tawanan perang.
Dengan penguasaan bidang studi itu, Dr. Hitti ternyata telah gagal mengungkapkan makna yang sebenarnya dari peristiwa hijrah itu. Di mekkah nabi muhammad telah lebih dari pada seorang penyampai suatu ajaran sedangkan di madinah beliau mengorganisasikan orang-orang mukmin mejadi suatu masyarakat yang bersatu dengan kuatnya, sehingga dengan perkataan lain beliau menerjemahkan ajaran yang beliau bawa itu kedalam kehidupan nyata.
 Apa yang terjadi di madinah setelah hijrah itu diyakini baik oleh orang-orang bukan muslim maupun orang-orang muslim bahwa nabi muhammad SAW menduduki peringkat tertinggi penegak hukum terbesar yang dikenal dalam sejarah. Dr. Hitti tidak dapat memahami Allah yang telah menyelamatkan nabi muhammad dari ancaman para pembunuh beliau di mekkah.[12]
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Orientalisme merupakan gabungan dari kata oriental dan isme. Orient dalam bahasa Prancis sendiri berarti Timur baik secara geografis maupun etnologis. Sedangkan Ism dalam bahasa Inggris atau isme dalam bahasaBelanda berarti faham. Jadi orientalisme ialah suatu faham atau aliran yang mengkaji dan meneliti segala sesuatu tentang Dunia Timur baik dari segi agama-agama, kebudayaan dan peradaban maupun ilmu-ilmu didalamnya.
Sejarah orientalisme secara nyata telah berkembang sekitar abad ke-X M dan masih berlangsung hingga kini. Meskipun begitu pergesekan ini telah dimulai sejak masa kejayaan Islam dimana banyak sekali kaum Barat yang menimba ilmu dan belajar di Dunia Timur terutama Islam karena kejayaannya.
Ruang lingkup objek penelitian orientalisme ini sebenarnya sangat luas karena mencakup agama, budaya, bahasa, sastra, etnologis, politik dan sebagainya. Namun kajian orientalisme dalam cakupan sempitnya mengkaji ilmu-ilmu keagamaan khususnya teks-teks kitab suci dan faham serta konsep-konsep ke-Islaman.

B.     Saran
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini pastilah sangat jauh dari kesempurnaan. Informasi yang masih sedikit, sumber yang mungkin kurang valid, penyusunan yang kurang sistematis hingga penulisan yang mungkin masih banyak kesalahan. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kiranya pembaca berkenan menyampaikan kritik dan sarannya untuk perbaikan pada makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Assamurai, Qasim. Bukti-bukti kebohongan Orientalis, penj: Syuhudi Ismail  (Jakarta: Gema Insani Press, 1996)
Buchari, Mannan . Menyingkap Tabir Orientalisme (Jakarta: Amzah, 2006)
Hanafi,A.Orientalisme (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1981)
Umar,A. Muin. Orientalisme dan Studi Tentang Islam, (Jakarta:  Bulan Bintang, 1978)
Zuhdi, Ahmad.2004.Pandangan Orientalis Barat Tentang Islam. Karya Pembina Swajaya:Surabaya





[2]               Mannan Buchari, Menyingkap Tabir Orientalisme (Jakarta: Amzah, 2006) hlm.  7
[3]                _____, hlm. 7-8
[4]                _____, hlm. 9
[5]                Qasim Assamurai, Bukti-bukti kebohongan Orientalis, penj: Syuhudi Ismail  (Jakarta: Gema Insani Press, 1996) hlm. 26-29
[6]                A. Hanafi, Orientalisme (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1981) hlm. 9
[7]                _____, hlm. 9-10
[8]                A. Muin Umar, Orientalisme dan Studi Tentang Islam, (Jakarta:  Bulan Bintang, 1978) hlm. 9
[10]              Mannan Buchari, Menyingkap Tabir Orientalisme (Jakarta: Amzah, 2006) hlm.  11-14

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates