Budaya Organisasi
Lulu Faiqoh (131311006)
Siti Arifiah (131311007)
Reni Megawati (131311012)
Lugy Mia Astriana (131311)
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Semakin berkembangnya dunia permasalahan manusia semakin
kompleks. Manusia pada dasarnya tidak dapat sendiri dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya akan membentuk suatu kelompok yang kemudian disebut organisasi, apapun
bentuk kelompok itu. Manusia adalah pendukung utama setiap organisasi. Perilaku
manusia yang berada dalam suatu kelompok atau organisasi adalah awal dari perilaku
organisasi. Karena terdiri dari banyak individu, maka lahirlah budaya dalam
organisasi tersebut.
Budaya
telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan kelompok manusia. Budaya juga digunakan untuk mempertahankan
identitasnya, seperti jika dilihat pada bidang politik dan pemerintahan, maka
apabila datang nilai dari luar maka alasan yang pertama adalah kesesuaian atau
tidak antara budaya baru dan budaya yang sudah melekat terhadap organisasi
tersebut. Sehingga lebih detailnya akan dibahas bagaimana budaya organisasi
pada karya tulis ini.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
konsep budaya organisasi?
2. Bagaimana fungsi budaya organisasi?
3. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi budaya
organisasi?
4. Bagaimana proses pembentukan budaya organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Budaya
Organisasi
Budaya organisasi mengacu pada
norma perilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu organisasi. Sonhadji (1991)
menyatakan bahwa budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi
untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan terhadap organisasi.
Greenberg dan Baron (1995) menekankan budaya organisasi sebagai kerangka
kognitif yang berisi sikap, nilai, norma
perilaku dan ekspektasi yang dimiliki oleh anggota organisasi.
Dari beberapa tokoh dapat di
simpulkan budaya organisasi berkenaan dengan keyakinan, asumsi, nilai,
norma-norma perilaku, ideologi, sikap kebiasaan dan harapan-harapan yang
dimiliki oleh organisasi.
Budaya organisasi adalah
kepribadian organisasi yang mempengaruhi cara bertindak induvidu dalam
organisasi.[1]
B.
Fungsi Budaya
Organisasi
1. Budaya
mempunyai suatu peran menetapkan tampak
batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi
dengan organisasi yang lain.
2. Budaya
memberikan identitas bagi anggota organisasi.
3. Budaya
mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dan pada kepentingan individu.
4. Budaya
itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.
5. Budaya
sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu serta membentuk sikap
dan perilaku karyawan.[2]
C.
Faktor-faktor
Pembentuk Organisasi
Deal dan Kennedy (dalam Saffold, 1988) mengatakan bahwa
antara budaya kuat dan lemah, mempunya kekuatan dalam mempengaruhi perilaku
organisasi. Tetapi dalam budaya kuat “setiap karyawan mengetahui tujuan
organisasi, dan mereka bekerja untuk organisasi tersebut”. Dengan demikian,
dalam suatu budaya yang kuat tujuan karyawan menyatu dengan tujuan organisasi.
Pada umumunya, budaya yang kental dalam organisasi cenderung sulit untuk
menerima perubahan, karena sistem nilai yang tumbuh dan dianut telah mengakar kuat
dalam sanubari setiap mayoritas karyawan sehingga sulit untuk diubah begitu
saja, sebaliknya budaya yang tidak terlalu kuat, kadang kalah menguntungkan
organisasi terutama pada saat organisasi berada dalam lingkungan yang tidak
stabil dan menuntut adanya fleksibilitas yang tinggi.
Lourch (1986), mengatakaan bahwa : a). Budaya yang kuat cenderung
menghambat perubahan, melihat kebutuhan untuk berubah dengan kuatya nilai-nilai
lama yang dipertahankan dan dianggap sudah baik. b). Walaupun pimpinan
menyadari pentingnya perubahan, tanggapan yang diberikan masih berkisar pada
sistem nilai yang lama itu juga, sehingga perubahan itu tidak benar-benar
nyata. Dan untuk mengetahui kekuatan suatu budaya organisasi, menurut Sathe
(dalam Robeths Te al. 1994) dapat diidentifikasikan melalui tiga ciri yaitu :
a). Kekentalan budaya (thickness of culture), diukur melalui jumlah
asumsi bersama. Budaya kental mempunyai banyak asumsi, sedangkan budaya encer
sedikit asumsinya. b). Tingkat kebersamaan (extent of sharing), lapisan
demi lapisan keyakinan dianut bersama. c). Kejelasan peraturan (clarity of
ordering), dua faktor yang mempengaruhi kekuatan budaya adalah jumlah
karyawan dan penyebaran geografis.[3]
D. Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Untuk membentuk
budaya organisasi, prosesnya dimulai dari tahap pembentukan ide dan diikuti
oleh lahirnya organisasi. Meski pada tahap pembentukan ide organisasi tersebut
belum menjadi kenyataan atau ada wujudnya secara fisik, tahap ini menjadi dasar
terbentuknya budaya organisasi. Pada saat para pendiri organisasi memiliki ide
untuk mendirikan organisasi, maka budaya organisasi pasti akan ikut terpikirkan
meskipun masih secara eksplisit. Budaya organisasi baru menjadi kenyataan
ketika organisasi sudah benar-benar berdiri. Dapat dikatakan bahwa ketika
organisasi berdiri, pembentukan budaya organisasi pun ikut dimulai.hal ini
dijelaskan oleh Schein (1985) yang menyatakan bahwa pembentukan budaya
organisasi tidak bisa dipisahkan dari peran para pendiri organisasi. Prosesnya
mengikuti alur berikut:
a. Para pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar,
nilai-nilai, perspektif, artefak ke dalam organisasidan menanamkannya kepada
karyawan.
b. Budaya muncul ketika para anggota berinteraksi satu sama lain untuk memecahkan
masalah-masalah pokok organisasi yakni masalah integrasi internal dan adaptasi
eksternal.
c. Secara perorangan, masing-masing anggota organisasi boleh menjadi seorang
pencipta budaya baru (culture creator) dengan mengembangkan berbagai cara untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan individual seperti persoalan identitas diri,
kontrol, dan pemenuhan kebutuhan serta bagaimana agar bisa diterima oleh
lingkungan organisasi yang diajarkan kepada generasi penerus.
Berikut ini
adalah proses terbentuknya budaya organisasi menurut Robbins (2001):
Dari gambar di
atas, dapat dilihat bahwa budaya organisasi diturunkan dari filsafat
pendirinya, kemudian budaya ini sangat mempengaruhi kriteria yang digunakan
dalam merekrut/mempekerjakan anggota organisasi. Tindakan dari manajemen puncak
menentukan iklim umum dari perilaku yang dapat diterima baik dan yang tidak.
Tingkat
kesuksesan dala mensosialisasikan budaya organisasi tergantung pada kecocokan
nilai-nilai karyawan baru dengan nilai-nilai organisasi dalam proses seleksi
maupun pada preferensi manajemen puncak akan metode-metode sosialisasi.[4]
BAB III
KESIMPULAN
Budaya organisasi mengacu pada norma perilaku, asumsi,
dan keyakinan dari suatu organisasi. Sonhadji (1991) menyatakan bahwa budaya
organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan
persepsi, nilai dan keyakinan terhadap organisasi. Greenberg dan Baron (1995)
menekankan budaya organisasi sebagai kerangka kognitif yang berisi sikap, nilai, norma perilaku dan
ekspektasi yang dimiliki oleh anggota organisasi.
Fungsi budaya organisasi budaya mempunyai suatu peran menetapkan tampak batas, artinya budaya
menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang
lain,budaya memberikan identitas bagi anggota organisasi,budaya
mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dan pada kepentingan individu,budaya
itu meningkatkan kemantapan sistem sosial, budaya sebagai mekanisme pembuat
makna dan kendali yang memandu serta membentuk sikap dan perilaku karyawan.
Faktor
yang mempengaruhi budaya organisasi budaya yang kuat cenderung menghambat
perubahan, melihat kebutuhan untuk berubah dengan kuatya nilai-nilai lama yang
dipertahankan dan dianggap sudah baik, alaupun pimpinan menyadari pentingnya
perubahan, tanggapan yang diberikan masih berkisar pada sistem nilai yang lama
itu juga, sehingga perubahan itu tidak benar-benar nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Soetopo,Hendyat, Perilaku Organisasi Teori dan Praktik
Di Bidang Pendidikan,(Bandung:PT Remaja RosdakaryaOffset,2012).
Rifai,Veithzal,Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 2003.
Soetopo,Hendayat,Perilaku Organisasi, ( Bandung :
PT.RemajaRsdakarya, 2010).
http://yunitamartha.weblog.esaunggul.ac.id/tag/proses-budaya-organisasi/
[1] Hendyat Soetopo,Perilaku
Organisasi Teori dan Praktik Di Bidang Pendidikan,(Bandung:PT Remaja
Rosdakarya Offset,2012),hlm.122-123.
[2] Veithzal Rifai, Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi, 2003, hal.
430
[3]HendayatSoetopo, Perilaku Organisasi, (
Bandung : PT.RemajaRsdakarya, 2010), hal.137-138.
[4]
http://yunitamartha.weblog.esaunggul.ac.id/tag/proses-budaya-organisasi/
0 komentar:
Post a Comment