Dakwah Nabi Muhammad SAW
DAKWAH NABI
PADA MASA KLASIK
Disusun guna memenuhi
tugas Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen pengampu : Dra.
Hj. Jauharotul Farida, M.Ag
Disusun oleh :
Fila Lailatul
Hudriyah (131311106)
Septiana Nuri Sukma A
(131311104)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Ditinjau dari berbagai persepsi,
pada intinya dakwah adalah segala kegiatan dan aktivitas mengajak orang untuk
berubah dari situasi yang mengandung nilai bukan Islami kepada nilai yang Islami.
Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan sebagai wujud perilaku keIslaman
muslim yang melibatkan unsur da’i, pesan, media, metode, dan respon.
Disini, ditemukan dimensi
perubahan dan pembangunan yang terarah dan tujuan yang jelas yaitu pembangunan
perilaku yang diawali dengan disampaikannya pesan Islam kemudian dilanjutkan
dengan pemahaman terhadap pesan itu dan pelaksanaan pesan yang disampaikan
dalam aksi kehidupan sebagai tahapan terakhir.
Dan perlu disadari bahwa dakwah
adalah salah satu gerakan pembangunan, karena esensinya adalah upaya untuk
mengajak dan menyeru untuk merubah dari hal yang tidak baik menjadi baik,
supaya kelak menjadi insan yang mampu mengemban amanat fitri yaitu
khaliifatullahi fi al-ardhi.
II.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Dakwah Nabi Muhammad SAW ?
2.
Bagaimana Dakwah Khulafa’ Ar-Rosyidin ?
3.
Bagaimana Dakwah masa Dinasti Umayyah ?
4.
Bagaimana Dakwah masa Dinasti Abbasyiyyah ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
DAKWAH MASA NABI MUHAMMAD SAW.
Dakwah Nabi
Muhammad Saw. Dapat dibagi menjadi dua periode penting, yaitu periode Makkah
dan periode Madinah. Setiap periode mempunyai karakteristik dakwah
masing-masing.
A.
Dakwah Nabi periode Makkah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah
masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan.
Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh
dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu,
seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah
berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan diKa’bah (
Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur
bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula
sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang
dilakukan kaum Sabi’in.[1]
1.
Kondisi Objektif Masyarakat Arab Saat Nabi Diutus
a.
Kondisi Keagamaan
Arab ketika itu hampir tenggelam dalam kepercayaan jahiliah. Sisa-sisa
penganut agama Ibrahim sangat langka dan tidak kedengeran lagi suaranya. Virus
kepercayaan jahiliyyah begitu dahsyat sehingga merambah hampir semua lapisan
masyarakat. Informasi tentang kepercayaan mereka dapat kita lihat dalam
Al-Qur’an, diantaranya :
Ø
Orang arab musyrikin menyembah tuhan-tuhan yang
mereka yakini sebagai perantara yang dapat memberikan syafa’at untuk mereka
kepada Allah. Mereka tahu siapa Allah, tetapi mereka meminta syafa’at kepada
Tuhan-tuhan palsu.
Ø
Taklid mereka sangat kuat dengan apa yang
dilihat dari orang tua dan nenek moyang mereka. Taklid ini mengakibatkan
sulitnya menembus dinding kepercayaan jahiliah yang ada.
b.
Kondisi Polotik dan Hukum
Kondisi politik di Hirah, Syam, dan Hijaz sangat rusak. Manusia terbagi
dalam dua kelas, tuan dan budak, atau pemimpin dan rakyat. Sebelum Islam lahir,
kaum kerabat Rasulullah memiliki posisi penting di Mekkah, meskipun dari segi
kekayaan mereka adalah orang yang biasa-biasa saja, bahkan dikalangan pedagang
Makkah mungkin mereka di bawah rata-rata. Kekayaan dipegang oleh bani Abdis Syam,
bani Naufal, dan bani Makhzum. Ketegangan muncul di kalangan mereka untuk
memperebutkan posisi penting di masyarakatnya.
c.
Kondisi Sosiokultural
Pada saat itu ada beberapa yang dapat dicermati, jika dilihat dari sudut
sosiokultiral diantaranya adalah :
Ø
Hubungan antara laki-laki dan perempuan sudah
rusak.
Ø
Perlakuan terhadap budak semena-mena.
Ø
Budaya miras mengakar.
d.
Kondisi Ekonomi
Pada saat itu pertanian terdapat di pinggiran jazirah Arab, seperti
Yaman, Syam, dan sebagian daerah oase yang tersebar di jazirah. Mayoritas
masyarakat Badui hidup dari menggembala unta dan kambing. Kehidupan mereka
berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat yang lain. Sedangkan perdagangan
adalah pendapatan primadona masyarakat Makkah dan Quraisy, sebagaimana yang
digambarkan dalam surah Quraisy. Perdagangan ini tidak cukup aman karena
banyaknya penyamun yang selalu mengintai ekspedisi dagang. Kemudian perdagangan
ini melahirkan kelas orang-orang kaya yang berfoya-foya di satu sisi dan
orang-orang miskin yang terbuang. Sementara itu ekonomi ribawi adalah landasan
ekonomi mereka.[2]
2.
Materi Dakwah
Nabi Muhammad SAW
Dalam al-Qur’an menegaskan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk menebar
rahmat buat sekalian alam. Untuk mencetak manusia yang berakhlak mulia, materi
yang digunakan oleh Nabi adalah (menurut Al-Mubarakfury):
·
Tauhid
·
Iman kepada hari kiamat
·
Pembersih jiwa dengan menjauhi segala
kemungkaran dan kekejian yang menimbulkan akibat buruk, dan dengan melakukan
hal-hal yang baik dan utama
·
Penyerahan segala urusan kepada Allah
·
Semua itu setelah beriman kepada Risalah
Muhammad
Selain akidah, masalah sosial juga mendapat perhatian
pada dakwah di Mekkah, sebagai contoh, Allah sangat menganjurkan kaum muslimin
untuk memerdekakan hamba sahaya yang mana perbudakan pada saat itu begitu
subur, diperintahkan untuk member makan pada hari kelaparan, memperhatikan anak
yatim, atau orang miskin yang sangat fakir.
Ajaran lain yang ditanamkan oleh rosul dalam rangka
pembentukan kepribadian mulia adalah dengan mengajarkan secara bertahap
ajaran-ajaran yang diturunkan oleh Allah, seperti sholat.
3.
Strategi Dakwah
Nabi di Mekkah
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah
agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama,moral dan
hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad
SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.. Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai
tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:[3]
a.
Tahapan dakwah secara rahasia selama tiga tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi atau rahasia ini, Rasulullah
SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah
tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang
telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti
Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu
Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin
Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW ), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat
Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).[4]
Diantara pendahulu kaum muslimin adalah bilal bin Rabbah, Abu Ubaidah, Salamah,
Al-arqam bin abil arqam, Ustman bin Masz’un dan lain-lain. Mereka semua dari
keturunan Quraisy. Mereka masuk islam secara rahasia dan Rasulullah membimbing
mereka pun dengan rahasia pula. Ayat-ayat yang turun saat itu adalah ayat-ayat
pendek yang memiliki perhentian yang indah, penyampaian yang tenang, dan sejalan
dengan kondisi saat itu yang sensitive. Isinya adalah noda-noda dunia,
penggambaran terhadap surga dan neraka yang seolah –olah dihadapan mata, dan
membawa orang-orang mukmin berada dalam kondisi masyarakat arab saat itu.
b.
Tahapan dakwah secara terang-terangan terhadap penduduk
mekkah, mulai tahun ke empat kenabian sampai akhir tahun kesepuluh kenabian.
Dakwah terang-terangan terhadap penduduk Mekkah dimulai sejak turunnya
ayat 214 surat asy-Syu’ara’: “dan berilang peringatan kepada kaum kerabatmu
yang terdekat.”
Adapun metode yang dilakukan Nabi pada tahapan ini adalah sebagai
berikut:
ü
Mengundang Bani Hasyim kerumahnya, dilakukan
selama dua kali untuk menjelaskan bahwa beliau diutus oleh Allah.
ü
Undangan terbuka kepada seluruh masyarakat
Quraisy di bukit Shafa.
ü
Menyatakan sikap tegas terhadap hakikat ajaran
yang dibawa dan mengecam keyakinan keliru yang tersebar dimasyarakat.
ü
Melakukan pembinaan dan pengkaderan intensif
dirumah Arqam bin Abil Arqam.
ü
Menyuruh sebagian kaum muslimin untuk melakukan
hijrah ke Habasyah dengan tujuan untuk menyelamatkan sebagian iman kaum
muslimin dari fitnah.
c.
Tahapan Dakwah di luar Mekkah (berlangsung dari akhir
tahun kesepuluh kenabian hingga sampai hijrah ke Madinah)
Dalam tahapan ini Rosul melakukan beberapa langkah dalam menjalankan
aktivitas dakwahnya, di antaranya:
§
Melakukan perjalanan ke Thaif, beliau ditemani
oleh Zaid bin Haritsah.
§
Menawarkan islam kepada kabilah-kabilah dan
pribadi-pribadi.
4.
Problematika
Dakwah dan Ketegaran Rosulullah
Dakwah
untuk menyerukan kebaikan kepada masyarakat pasti menghadapi permasalahan.
Jalan dakwah Rosulullah tidak mulus, banyak rintangan yang menghadang dijalan
dakwah beliau, mulai cara yang halus, setengah kasar, sampai yang paling kasar,
yaitu cara sistematis pembunuhan Rosulullah.
a. Di
antara jalan yang halus adalah dengan :
·
Melakukan negoisasi terhadap Abu Thalib agar
Muhammad menghentikan dakwahnya.
·
Menawarkan kepada Muhammad apa saja yang di
inginkan, baik harta, wanita, kedudukan.
b. Di
antara jalan yang agak setengah kasar adalah dengan :
·
Mencemooh, menghina, melecehkan, mendustakan,
serta menertawakan, seperti dituduh sebagai orang gila.
·
Melontarkan propoganda palsu dengan mengatakan
bahwa ajaran Muhammad adalah dongeng orang-orang terdahulu.
c. Di
antara tindakan kasar adalah :
·
Menebar duri ditempat rosulullah lewat.
·
Melakukan penyiksaan terhadap beberapa pengikut
islam.
·
Upaya pembunuhan Nabi Muhmmad.
Rahasia sukses dakwah Nabi di Mekkah
adalah ketegaran beliau memegang prinsip yang telah di gariskan oleh Allah.
5.
Ciri-ciri
umum Dakwah Nabi di Mekkah
Ada
ciri-ciri umum yang dapat didefinisikan dalam dakwah Rosul pada periode di
Mekkah, antara lain :
Ø Perhatian
dakwah terfokus pada upaya untuk menyampaikan dakwah dan menyebarkan dengan
cara sirriyyah (sembunyi) maupun jahriyyah (terang-terangan).
Ø Memerhatikan
aspek tarbiyah (pengkaderan terbaru)
bagi orang yang menerima dakwah dengan berupaya untuk men-‘tazkiyah’ (menyucikan) hati orang yang di didik dan menumbuhkan
mereka selalu dalam suasana hidayah.
Ø Berusaha
untuk tidak terjadi kontak fisik dengan musuh dan mencukupkan diri dengan
melakukan jihad dakwah meskipun gangguan dari pihak musuh cukup menyakitkan
hati pihak kaum muslimin.[6]
B.
Dakwah Nabi
Periode Madinah
Dalam periode ini, pengembangan Islam lebih
ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan sosial
kemasyarakatan. Oleh karena itu, Nabi kemudian meletakkan dasar-dasar
masyarakat Madinah, sebagai berikut :
v
Mendirikan
Masjid
v
Mempersatukan
dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajirin.
v
Perjanjian
saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan muslimin.
1. Hijrah
sebagai Metode Dakwah
Dakwah di Madinah dianggap kelahiran baru agama islam
setelah ruang dakwah di Mekkah terasa sempit bagi kaum muslimin. Allah
memilihkan buat Nabi-nya Madinah sebagai pilot project pembentukan masyarakat Islam pertama.
Berawal dari masuk islamnya beberapa orang asal
madinah pada tahun ke 11 kenabian dalam gerakan dakwah rosul kepada orang-orang
yang datang ke Mekkah, dakwah di kawasan ini berkembang sangat pesat. Setahun
setelah kejadian tersebut, mereka mengutus 12 orang perwakilan ke Mekkah untuk
menemui Rosul. Pertemuan tersebut melahirkan Baiat Aqabah I.
Mereka berbaiat kepada Rosul untuk mengesakan Allah,
tidak mencuri, tidak melakukan zina, tidak membunuh anak, dan Rosul meminta
kepada mereka untuk taat kepada perintah beliau dalam masalah kebaikan.
Rosulullah mengutus Mush’ab bin Umair sebagai duta beliau yang bertugas mengajarkan
islam kepada penduduk Madinah.
Tahun ketiga mereka mengutus 72 orang menemui Rosul.
Pertemuan inilah yang disebut dengan Baiat Aqabah Kubro. Isi baiat tersebut
adalah tekad untuk melindungi dan menolong Rosulullah dan para sahabatnya,
serta mengajak Rosul untuk hijrah ke Madinah.
Isi Baiat Aqobah Kubro ini langsung ditindak lanjuti
Rosul dengan memerintahkan kaum muslimin yang ada di Mekkah untuk Hijrah ke
Madinah. Para sahabat pun berangkat ke Madinah secara bergelombang, sedangkan
Rosul masih tetap di Mekkah menanti izin dari Allah untuk berhijrah, setelah
mendapat izin, barulah beliau berangkat dengan ditemani oleh Abu Bakar ke
madinah.
Keberhasilan gerakan hijrah merupakan kemengan besar
bagi islam dan kaum muslimin. Hijrah merupakan tonggak kehidupan baru kaum
Muslimin. Di Negeri ini mereka mulai menerapkan system kehidupan baru sesuai
dengan perintah Allah SWT.[8]
Kondisi Politik di Madinah Pada
saat Nabi tiba di Madinah, masyarakatnya terbagi dalam berbagai golongan
(kelompok). “ Kelompok Muhajirin ” yakni orang-orang mukmin yang meninggalkan
tanah kelahiran mereka dan turut berhijrah ke Madinah. Kesetiaan kaum Muhajirin
terhadap perjuangan Nabi sangat besar. Mereka bersedia berhijrah dengan
meninggalkan handai tolan dan sanak keluarganya dan mereka tabah menghadapai
penderitaan dan cobaan dalam perjuangan di jalan Allah. Pengikut Nabi yang
lainnya adalah pendduduk asli Madinah yang sedikit atau banyak telahaa
memberikan pertolongan kepada Nabi. Mereka ini mendapat sebutan “kaum Anshor”
(penolong). Dengan ramah hati menyambut kehadiran Nabi ditengah-tengah mereka,
dan sesuai dengan perjanjian Aqobah mereka bersedia membantu Nabi dalam kondisi
dan situasi bagaimanapun juga.[9]
2. Ciri-ciri
umum Dakwah di Madinah
Ada beberapa ciri-ciri umum dalam dakwah nabi Muhammad di Madinah, yaitu:
a. Menjaga
kesinambungan tarbiyah dan tazkiyah bagi sahabat yang telah
memeluk islam.
b. Mendirikan
Daulah Islamiyah.
Daulah adalah sarana paling besar, dan merupakan lembaga terpentingyang
secara resmi menyuarakan nilai-nilai dakwah.
c. Adanya
keseriusan untuk menerapkan hukum syariat untuk seluruh lapisan masyarakat,
baik skala personal maupun jamaah.
d. Hidup
berdampingan dengan musuh islam yang menyatakan ingin hidup damai dan
bermuamalah dengan mereka dengan aturan yang jelas.
e. Menghadapi
secara tegas pihak yang memilih perang serta melakukan psy war (perang
urat syaraf) bagi kelompok yang selalu mengintai peluang atau menunggu
kesempatan untuk menyerang daulah islamiah dengan mengirim pasukan-pasukan
kecil.
f. Merealisasikan
universitas dakwah islam dengan merambah seluruh kawasan dunia.
g. Melalui
surat, mengirim duta, mengirim rombongan, menerima utusan yang datang, dan
seterusnya.[10]
2.
DAKWAH MASA KHULAFA’ AR-RASYIDIN
Kata Khulafaur
rasyidin berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata khulafa’ dan ar-rasyidin
Kata khulafa’ adalah bentuk jamak dari kata khalifah Kata khulafa’ berarti
banyak khalifah, sedangkan kata khalifah menurut bahasa pemimpin atau
pengganti, maksudnya adalah orang yang berada di belakang seseorang. Kata
ar-rasyidin adalah bentuk jamak dari kata ar-rasyid. Kata ar rasyidin berarti
orang yang mendapat petunjuk (hidayah), sedangkan kata ar-rasyid menurut bahasa
berarti orang yang benar, lurus atau pintar, serta arif dan bijaksana.
Jadi pengertian
khulafaur rasyidin adalah orang-orang yang ditunjuk sebagai pengganti atau
pemimpin yang benar, lurus atau pintar, serta memperoleh petunjuk (hidayah),
dan arif lagi bijaksana.[11]
a.
Dakwah pada masa Abu Bakar As-Shiddiq (11-13
H/632-634 M)
Abu Bakar menjadi Khalifah
Abu bakar memerintah selama dua setengah tahun,
tepatnya dua tahun tiga bulan dua puluh hari. Di pandang dari hitungan
waktumemang masa pemerintahan beliau sangat singkat, tetapi apa yg dicapai Abu
Bakar jauh melalmpaui masa yang tersedia.
Disaat amanah pemerintahan baru saja diembankan kepada
beliau, tiba-tiba Madinah dikejutkan oleh gerakan yang menggerogoti sistem
islam yang meluas hampir ke seluruh Semenanjung Arabia. Bentuk gerakan itu
dapat diklasifikasikan dalam tiga pola, yaitu :
·
Murtad Dari Agama
Mereka adalah orang-orang yang lemah imannya dan masuk islam hanya
formalitas. Kemungkinan mereka adalah kelompok munafik pada zaman nabi.
Setiap ada kesempatan menghancurkan kaum muslimin, mereka melakukan
gerakan, sebagaimana yang terjadi pada perang tabuk dan Bani al Musthaliq.
Mereka tidak berani melakukan permurtadan diri pada masa nabi karena kuatnya
islam saat itu. Peralihan kekuaaan dari nabi ke Abu Bakar mereka anggap saat
yang tepat untuk melakukan gerakan ini.
·
Gerakan Nabi Palsu
Seperti Mussailamah al Kazzab dari bani hanifah, al Aswad al ‘Insi dari
Yaman, Thalhah bin Khuailid dari bani Asad dan Sajjah dari bani Tamim. Sebagian
fenomena ini sudah muncul pada masa nabi, tetapi wafatnya nabi mereka anggap
sebagai kesempatan untuk tampil terang-terangan. Cukup banyak yang bergabung
dengan mereka. Di antara isu yang mereka bawaadalah penolakan kekuasaan
ditangan Quraisy dan isu fanatik kesukuan.
·
Pembangkang Zakat
Kelompok ini berpandangan bahwa zakat itu diberikan kepada Nabi SAW. Dengan
dalil khitab (obyek informasi) dalam ayat tentang zakat dikhususkan kepada
Nabi. Oleh sebab itu, setelah Nabi meninggal, hukum tentang zakat tidak berlaku lagi.
Imam Thabari menggambarkan suasana awal pemerintahan Abu Bakar :
“Masyarakat Arab menjadi murtad, baik umum atau khusus pada kabilah tertentu.
Kemunafikan merajalela, orang Yahudi dan Nasrani mulai menyusup, dan kaum
muslimin ibarat kambing di malam yang hujan dimusim dingin akibat kehilangan
Nabi, sedikitnya jumlah mereka dan banyaknya musuh yang mengepung.”
Abu Bakar mempelajari fenomena itu dengan seksama dan sampai kepada
kesimpulan bahwa tiga gerakan tersebut bermaksud untuk menghancurkan islam dari
akarnya. Akhirnya Abu Bakar memutuskan untuk menghadapi semua gerakan itu
dengan tindakan tegas.
Meskipun sikap tegas Abu Bakar
terutama dalam menghadapi pembangkang zakat tidak disetujui oleh sebagian
kalangan yang berpendapat bahwa apa ang mereka lakukan adalah hasil ta’wil
mereka terhadap Al-Qur’an, namun Abu Bakar dengan penuh keberanian dan ketegasan
mengatakan “Demi Allah andaikan mereka menolak untuk membayar kepada ku tali
pengikat unta pada zaman Nabi, mereka pernah membayarnya, Aku akan menerangi
mereka karena hal tersebut”.[12]
b.
Dakwah pada masa Umar bin khattab (13-23
H/634-644 M)
Meskipun peristiwa diangkatnya Umar sebagai Khalifah
itu merupakan fenomena yang baru, tetapi haruslah dicatat bahwa proses
peralihan kepemimpinan tetap dalam bentuk musyawarah, yaitu berupa usulan atau
rekomendasi dari Abu Bakar yang diserahkan kepada persetujuan umat Islam. Untuk
menjajagi pendapat umum, khalifah Abu Bakar melakukan serangkaian konsultasi
terlebih dahulu dengan beberapa orang sahabat, antara lain Abdurrahman bin Auf
dan Usman bin Affan.
Ketika para pembangkan di dalam negeri telah dikikis
habis oleh Khalifah Abu Bakar, dan era penaklukkan militer telah dimulai maka
Khalifah Umar menganggap bahwa tugasnya yang pertama ialah mensukseskan
ekspedisi yang dirintis oleh pendahulunya. Belum lagi genap satu tahun
memerintah, Umar telah menoreh tinta emas dalam sejarah perluasan wilayah
kekuasaan ini. Pada tahun 635 M, Damaskus yang merupakan ibu kota Syiria
ditundukkan, setahun kemudian seluruh wilayah Syiria jatuh ketangan kaum
muslimin, setelah pertempuran hebat di lembah Yarmuk di sebelah timur anak sungai
Yordania, pasukan rRomawi yang terkenal kuat itu tunduk kepada pasukan-pasukan
Islam.
Iskandariah, ibu kota Mesir dikepung selama empat
bulan sebelum ditaklukkan oleh pasukan Islam di bawah pimpinan Ubadah bin Samit
yang dikirim oleh khalifah di font peperangan Mesir. Cyrus menandatangani
perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian tersebut berisi beberapa hal
sebagai berikut :
1.
Setiap warga negara diminta untuk membayar pajak
perorangan sebanyak 2 dinar setiap tahun.
2.
Gencatan senjata akan berlangsung selama 7 bulan.
3.
Bangsa Arab akan tinggal dimarkasnya selama gencatan
senjata dan pasukan Yunani tidak menyerang Iskandariah dan harus menjauhkan
diri dari permusuhan.
4.
Umat Islam tidak akan menghancurkan gereja-gereja dan
tidak boleh mencampuri urusan umat Kristen.
5.
Pasukan tetap Yunani harus meninggalkan Iskandariah
dengan membawa harta benda dan uang, mereka akan membayar pajak perorangan
selama satu bulan.
6.
Umat Yunani harus tetap tinggal di Iskandariah.
7.
Umat Islam harus menjaga 150 tentara Yunani dan 50
orang sipil sebagai sandera sampai batas waktu dari perjanjian ini
dilaksanakan.[13]
c.
Dakwah pada masa Utsman bin Affan (23-36
H/644-656 M)
Usman bin Affan termasuk salah seorang yang pertama
masuk Islam . ia pernah menjadi sekretaris Rasulullah menuliskan wahyu dan di
zaman Abu Bakar ia menjadi penasihat Khalifah. Usman bin Affan juga terkenal
dengan kesholehan dan kejujurannya dalam agama. Dia pernah menafkahkan sebagian
hartanya untuk memajukan Islam. Dia disayangi oleh Rasulullah sampai dinikahkan
dengan putrinya Ruqayyah , setelah Ruqayyah wafat dinikahkan dengan putrinya
yang lain Ummu Kultsum. Oleh karena itu Usman diberi gelar Dzun Nurain yang
artinya mempunyai dua cahaya dan pernah hijrah dua kali ke Habasyah dan ke
Madinah.
·
Jasa-Jasa dan Peninggalan Khalifah Usman bin
Affan
Jasa-jasanya adalah:
1.
Membangun dan memperindah Masjid Nabawi di Madinah.
2.
Mengadakan penulisan dan penggandaan Al Qur’an yang
dikenal dengan Mushaf Usmani atau Mushaf al Imam. Panitia penggandaan terdiri
dari: Zaid bin Tsabit sebagai ketua dengan anggotanya yaitu Abdullah bin
Zubair, Said bin Ash, dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam. Hasilnya sebanyak
lima mushaf, satu disimpan oleh Khalifah Usman, sisanya masing-masing dikirim
ke Makkah, Syria, Basrah dan Kufah.
3.
Membangun angkatan laut yang tangguh untuk menangkis
serangan musuh terutama melawan pasukan Romawi yang ingin merebut kota
Iskandariyah
4.
Memperluas
wilayah Islam sampai ke Armenia, Afrika (Tunisia), Tripoli (Libya) dan
Azerbaijan serta kepulauan Cyprus kemudian dilanjutkan ke Konstantinopel, Turki
dan negara-negara Balkan (Yugoslavia dan Polandia).
Usman adalah orang yang lemah lembut dan dermawan.
Namun dikarenakan kelembutan dan sifat dermawannya tersebut, Usman bin
Affan banyak dimanfaatkan oleh family-familinya dalam menduduki jabatan
pemerintahan sehingga terkenal dengan family system. Akhir pemerintahan Usman
muncul seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam dengan tujuan mengadu domba
umat Islam untuk menghancurkan Islam. Orang tersebut bernama Abdullah bin Saba’
yang menyebarkan fitnah kesana kemari yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah
Usman oleh Al Ghofiqi.[14]
d.
Dakwah pada masa Ali bin Abi Thalib (36-41
H/656-661 M)
Tugas pertama yang dilakukan oleh Khalifah Ali ialah
menghidupkan cita-cita Abu Bakar dan Umar, menarik kembali semua tanah dan
hibah yang telah dibagikan oleh Utsman kepada kaum kerabatnya ke dalam
kepemilikan negara. Ali juga segera menurunkan semua gubernur yang tidak
disenangi raktay. Utsman bin Hanif diangkat menjadi penguasa Basrah menggantikan
Ibnu Amir, dan Qais bin Sa’ad dikirim ke Mesir untuk menggantikan gubernur
negeri itu yang dijabat oleh Abdullah. Gubernur Suriah, Muawiyah, juga diminta
meletakkan jabatan, tetapi ia menolak perintah Ali, bahkan ia tidak mengakui
kekhalifahannya.[15]
Jasa-Jasa dan Peninggalan Khalifah Ali bin Thalib
Jasa-jasanya adalah:
·
Khalifah Ali mengganti gubernur yang diangkat
oleh Khalifah Usman yang kebanyakan dari family-famili khalifah tanpa
memperhatikan kemampuan, keadilan dan akhlak mereka (hanya mementingkan
pribadinya). Tindakan ini menimbulkan akibat antara lain munculnya tiga
golongan (golongan Ali, golongan Aisyah, dan golongan Zubair dan Tholhah.,
meletusnya perang Jamal, perselisihan antara Ali dan Muawiyah dan terjadinya
perang Shiffin. Akibat dari perang Shiffin ini, muncullah Khawarij dan Syiah.
·
Menarik kembali tanah milik Negara dan harta
baitul Mal yang dibagi-bagikan kepada pejabat dan family-famili khalifah Usman
biarpun ditentang oleh para gubernur lama. Kemudian dikembalikan fungsinya untuk
kepentingan Negara dan golongan lemah.
·
Memerintahkan kepada Abul Aswad Ad Duali untuk
mengarang buku tentang pokok-pokok ilmu Nahwu (Qoidah Nahwiyah) untuk
mempermudah orang membaca dan memahami sumber ajaran Islam.
·
Membangun kota Kufah yang kemudian dijadikan
pusat pengembangan ilmu pengetahuan Nahwu, Tafsir, Hadis dan lain-lain. Pada
akhirnya khalifah Ali dibunuh oleh Ibnu Muljam dari golongan Khawarij.
3.
DAKWA MASA DINASTI UMAYYAH
a.
Perkembangan peradaban Islam pada masa Bani
Umayyah
Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi
Sufyan bin Harb bin Umayyah. Muawiyah dapat menduduki kursi kekuasaan dengan
berbagai cara,siasat, dan tipu muslihat yang licik, bukan atas dasar demokrasi
yang berdasarkan atas hasil pilihan umat islam.
Dengan demikian, berdirinya dinasti ini bukan
berdasarkan hukum musyawarah. Dinasti Bani Umayyah berdiri selama kurang lebih
90 tahun (40-132H/661750M), dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya.
Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Orientalis, artinya dalam segala hal dan
segala bidang para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula
dengan corak peradaban yang dihasilkan pada masa dinasti ini.
Pada masa pemerintahan dinasti ini banyak kemajuan,
perkembangan, dan perluasan daerah yang dicapai, terlebih pada masa
pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik (86-96H/705-715M). Pada masa awal
pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan ada usaha memperluas wilayah kekuasaan ke
berbagai daerah, seperti ke India dengan mengutus Mhallab bin Abu Sufyan, dan
usaha perluasan ke Barat ke daerah Byzantium dibawah pimpinan Yazid bin
Muawiyah. Selain itu juga diadakan perluasan wilayah ke Afrika Utara. Juga
mengarahkan kekuatannya untuk merebut pusat-pusat kekuasaan diluar jazirah
Arab, antara lain kota Konstantinopel. Adapun alasan Muawiyah bin Abi Sufyan
untuk terus berusaha Byzantium. Pertama, Byzantium merupakan
basis kekuatan Agama Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan
perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering
mengadakan pemberontakan kedaerah Islam. Ketiga, termasuk wilayah
yang mempunyai kekayaan yang melimpah.
Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah Agama yang mampu
memberikan motifasi para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai
bidang kehidupan social, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Andalusia
pun memcapai kejayaan pada masa pemerintahan Islam.
b.
Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai
Ø Bani
Umayyah berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru dunia,
seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak,
sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan
Kirgis.
Ø Islam
memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas, Sikap fanatik Arab sangat
efektif dalam membangun bangsa Arab yang besar sekaligus menjadi kaum muslimin
atau bangsa Islam Setelah pada saat itu bangsa Arab merupakan prototipikal dari
bangsa Islam sendiri.
Ø telah
berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing-masing tokoh
spesialisnya. Antara lain, dalam ilmu Qiro’at (7 qiro’at) yang terkenal yaitu:
Ibnu katsir (120H), Ashim (127H), dan Ibnu Amr (118H). Ilmu Tafsi tokohnya
ialah Ibnu Abbas (68H) dan muridnya Mujahid yang pertama kali menghimpun Tafsir
dalam sebuah suhuf, Ilmu Hadits dikumpulkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri atas
perintah Umar bin Abdul Aziz, tokohnya ialah Hasan Al-Basri (110H), Sa’id bin
Musayyad, Rabi’ah Ar-Ra’iy guru dari Imam Malik, Ibnu Abi Malikah, Sya’bi Abu
Amir bin Syurahbil. Kemudian ilmu Kimia dan Kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu
Nahwu, dan sebagainya.
Ø perkembangan
dalam hal administrasi ketatanegaraan, seperti adanya Lembaga Peradilan
(Qadha), Kitabat, Hajib, Barid, dan sebagainya.[16]
4.
DAKWAH MASA DINASTI ABBASIYAH
a.
Masa Keemasan
Pada masa al-Mahdi, perekonomian daulah Abbasiyah mulai meningkat dengan
meningkatnya pendapatan dari sektor pertanian dan pertambangan. Puncak
popularitas daulah Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun al-Rasyid dan
putranya al-Makmun. Harun banyak memanfaatkan kekayaan negara untuk keperluan
sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi. Pada masa
pemerintahannya sudah terdapat 800 dokter. Negara Islam di masa Harun menjadi
negara super power yang tiada tandingannya. Pengganti Harun al-Rasyid adalah
Makmun. Pada masanya Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan
dengan berdirinya “Bait al Hikmah”.
b.
Masa Kemunduran
Masa kemunduran dimulai sejak Abbasiyah diperintah oleh khalifah Abu
Ja’far Muhammad al-Muntashir (247-248/861-862) sampai jatuhnya Baghdad saat
khalifah berada di tangan Abu Ahmad Abdullah al-Musta’shim (640-656/1243-1258).
Beberapa faktor yang menyebabkan daulah Abbasiyah mengalami kemunduran,
diantaranya :
1.
Adanya friksi dalam tubuh daulah Abbasiyah.
2.
Gaya hidup mewah dan foya-foya pada lingkungan pejabat
dan keluarganya.
3.
Khalifah yang berkuasa bukan sosok yang kuat, sehingga
mereka mudah dipengaruhi para pegawainya.
4.
Banyak serangan-serangan yang dilakukan kaum salibis ke
palestina.
c.
Kemajuan Dinati Bani Abbasyiah
Setiap dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang
dikenal dengan fase pendirian, fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran
dan kehancuran. Akan tetapi durasi dari masing-masing fase itu berbeda-beda
karena bergantung pada kemampuan penyelenggaraan pemerintahan yang
bersangkutan.
Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki
berbagai kemajuan dari beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang
ekonomi, bidang sosial. Pada masing-masing bidang memiliki kelebihan dan
kekurangan.
·
Bidang Politik
Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik
yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari
luar. Gerakan-gerakan ini seperti sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern
Bani Abbas, revolusi al-khawarij di Afrika utara, gerakan zindik di Persia,
gerakan Syi’ah dan konflik antar bangsa serta aliran pemikiran keagamaan,
semuanya dapat dipadamkan.
·
Bidang Ekonomi
Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai nmeningkat dengan peningkatan di
sector pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti
perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan
barat juga banyak membawa kekayaan. Bahsrah menjadi pelabuhan yang penting.
·
Bidang Sosial
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun
Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). kekayaan yang banyak
di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social. Rumah sakit, lembaga
pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling
tidak 800 orang dokter. Disamping itu pemandian-pemandian juga dibangun.
Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini,
kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan
serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya.[18]
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
A. Dakwah Nabi periode Makkah
Objek
dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya
masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang
telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Selain itu
ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang
yang dilakukan kaum Sabi’in.
1.
Kondisi Objektif Masyarakat Arab Saat Nabi Diutus
a.
Kondisi Keagamaan
b.
Komdisi Politik dan Hukum
c.
Kondisi Sosiokultural
d.
Kondisi Ekonomi
2.
Materi Dakwah Nabi Muhammad SAW
Dalam al-Qur’an
menegaskan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk menebar rahmat buat sekalian alam.
Untuk mencetak manusia yang berakhlak mulia, materi yang digunakan oleh Nabi
adalah (menurut Al-Mubarakfury):
-
Tauhid
-
Iman kepada hari kiamat
-
Pembersih jiwa dengan menjauhi segala kemungkaran
dan kekejian yang menimbulkan akibat buruk, dan dengan melakukan hal-hal yang
baik dan utama
-
Penyerahan segala urusan kepada Allah
-
Semua itu setelah beriman kepada Risalah Muhammad
3.
Strategi Dakwah Nabi di Mekkah
Tujuan
dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama,moral dan hukum, sehingga menjadi
umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi yang
dilakukan :
a.
Tahapan dakwah secara rahasia selama tiga tahun
b.
Tahapan dakwah secara terang-terangan terhadap
penduduk mekkah, mulai tahun ke empat kenabian sampai akhir tahun kesepuluh
kenabian.
c.
Tahapan Dakwah di luar Mekkah (berlangsung dari
akhir tahun kesepuluh kenabian hingga sampai hijrah ke Madinah)
4.
Ciri-ciri umum Dakwah Nabi di Mekkah
-
Ada ciri-ciri umum yang dapat didefinisikan dalam
dakwah Rosul pada periode di Mekkah, antara lain :
-
Perhatian dakwah terfokus pada upaya untuk
menyampaikan dakwah dan menyebarkan dengan cara sirriyyah (sembunyi) maupun
jahriyyah (terang-terangan).
-
Memerhatikan aspek tarbiyah (pengkaderan terbaru)
bagi orang yang menerima dakwah dengan berupaya untuk men-‘tazkiyah’
(menyucikan) hati orang yang di didik dan menumbuhkan mereka selalu dalam
suasana hidayah.
-
Berusaha untuk tidak terjadi kontak fisik dengan
musuh dan mencukupkan diri dengan melakukan jihad dakwah meskipun gangguan dari
pihak musuh cukup menyakitkan hati pihak kaum muslimin.
B.
Dakwah Nabi Periode Madinah
Dalam
periode ini, pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan
masyarakat Islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, Nabi
kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat Madinah, sebagai berikut :
-
Mendirikan Masjid
-
Mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum
Anshar dan Muhajirin.
-
Perjanjian saling membantu antara sesama kaum
muslimin dan bukan muslimin.
-
Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial
untuk masyarakat baru.
1.
Hijrah sebagai Metode Dakwah
Dakwah di Madinah dianggap kelahiran baru agama
islam setelah ruang dakwah di Mekkah terasa sempit bagi kaum muslimin. Allah
memilihkan buat Nabi-nya Madinah sebagai pilot project pembentukan masyarakat
Islam pertama.
Berawal dari masuk islamnya beberapa orang asal madinah pada tahun ke 11
kenabian dalam gerakan dakwah rosul kepada orang-orang yang datang ke Mekkah,
dakwah di kawasan ini berkembang sangat pesat. Setahun setelah kejadian
tersebut, mereka mengutus 12 orang perwakilan ke Mekkah untuk menemui Rosul.
Pertemuan tersebut melahirkan Baiat Aqabah I.
2. Ciri-ciri umum Dakwah di Madinah
a.
Ada beberapa ciri-ciri umum dalam dakwah nabi
Muhammad di Madinah, yaitu:
b.
Menjaga kesinambungan tarbiyah dan tazkiyah bagi
sahabat yang telah memeluk islam.
c.
Mendirikan Daulah Islamiyah.
d.
Daulah adalah sarana paling besar, dan merupakan
lembaga terpentingyang secara resmi menyuarakan nilai-nilai dakwah.
e.
Adanya keseriusan untuk menerapkan hukum syariat
untuk seluruh lapisan masyarakat, baik skala personal maupun jamaah.
f.
Hidup berdampingan dengan musuh islam yang
menyatakan ingin hidup damai dan bermuamalah dengan mereka dengan aturan yang
jelas.
g.
Menghadapi secara tegas pihak yang memilih perang
serta melakukan psy war (perang urat syaraf) bagi kelompok yang selalu
mengintai peluang atau menunggu kesempatan untuk menyerang daulah islamiah
dengan mengirim pasukan-pasukan kecil.
h.
Merealisasikan universitas dakwah islam dengan merambah
seluruh kawasan dunia.
i.
Melalui surat, mengirim duta, mengirim rombongan,
menerima utusan yang datang, dan seterusnya.
C. Dakwah Masa Khulafaur Rasyidin
Kata Khulafaur rasyidin berasal dari bahasa Arab,
yaitu dari kata khulafa’ dan ar-rasyidin Kata khulafa’ adalah bentuk jamak dari
kata khalifah Kata khulafa’ berarti banyak khalifah, sedangkan kata khalifah
menurut bahasa pemimpin atau pengganti, maksudnya adalah orang yang berada di
belakang seseorang. Kata ar-rasyidin adalah bentuk jamak dari kata ar-rasyid.
Jadi pengertian khulafaur rasyidin adalah
orang-orang yang ditunjuk sebagai pengganti atau pemimpin yang benar, lurus
atau pintar, serta memperoleh petunjuk (hidayah), dan arif lagi bijaksana.
1.
Dakwah pada masa Abu Bakar As-Shiddiq (11-13
H/632-634 M)
Abu
Bakar menjadi Khalifah
Abu bakar memerintah selama dua setengah tahun,
tepatnya dua tahun tiga bulan dua puluh hari. Di pandang dari hitungan waktu memang
masa pemerintahan beliau sangat singkat, tetapi apa yg dicapai Abu Bakar jauh
melalmpaui masa yang tersedia.
Disaat amanah pemerintahan baru saja diembankan
kepada beliau, tiba-tiba Madinah dikejutkan oleh gerakan yang menggerogoti
sistem islam yang meluas hampir ke seluruh Semenanjung Arabia. Bentuk gerakan
itu dapat diklasifikasikan dalam tiga pola, yaitu :
• Murtad Dari
Agama
• Gerakan Nabi
Palsu
• Pembangkang
Zakat
Kelompok ini berpandangan bahwa zakat itu diberikan
kepada Nabi SAW. Dengan dalil khitab (obyek informasi) dalam ayat tentang zakat
dikhususkan kepada Nabi. Oleh sebab itu, setelah Nabi meninggal, hukum tentang zakat tidak berlaku lagi.
2.
Dakwah pada masa Umar bin khattab (13-23
H/634-644 M)
Meskipun peristiwa diangkatnya Umar sebagai Khalifah
itu merupakan fenomena yang baru, tetapi haruslah dicatat bahwa proses
peralihan kepemimpinan tetap dalam bentuk musyawarah, yaitu berupa usulan atau
rekomendasi dari Abu Bakar yang diserahkan kepada persetujuan umat Islam. Untuk
menjajagi pendapat umum, khalifah Abu Bakar melakukan serangkaian konsultasi
terlebih dahulu dengan beberapa orang sahabat, antara lain Abdurrahman bin Auf
dan Usman bin Affan.
3.
Dakwah pada masa Utsman bin Affan (23-36
H/644-656 M)
Usman bin Affan termasuk salah seorang yang pertama
masuk Islam . ia pernah menjadi sekretaris Rasulullah menuliskan wahyu dan di
zaman Abu Bakar ia menjadi penasihat Khalifah. Usman bin Affan juga terkenal
dengan kesholehan dan kejujurannya dalam agama. Jasa-Jasa dan Peninggalan
Khalifah Usman bin Affan
-
Jasa-jasanya adalah:
a.
Membangun dan memperindah Masjid Nabawi di Madinah.
b.
Mengadakan penulisan dan penggandaan Al Qur’an yang
dikenal dengan Mushaf Usmani atau Mushaf al Imam. Membangun angkatan laut yang
tangguh untuk menangkis serangan musuh terutama melawan pasukan Romawi yang
ingin merebut kota Iskandariyah
c.
Memperluas
wilayah Islam sampai ke Armenia, Afrika (Tunisia), Tripoli (Libya) dan
Azerbaijan serta kepulauan Cyprus kemudian dilanjutkan ke Konstantinopel, Turki
dan negara-negara Balkan (Yugoslavia dan Polandia).
d.
Usman adalah orang yang lemah lembut dan dermawan.
Namun dikarenakan kelembutan dan sifat
dermawannya tersebut, Usman bin Affan banyak dimanfaatkan oleh family-familinya
dalam menduduki jabatan pemerintahan sehingga terkenal dengan family system.
4.
Dakwah pada masa Ali bin Abi Thalib (36-41
H/656-661 M)
Tugas pertama yang dilakukan oleh Khalifah Ali ialah
menghidupkan cita-cita Abu Bakar dan Umar, menarik kembali semua tanah dan
hibah yang telah dibagikan oleh Utsman kepada kaum kerabatnya ke dalam
kepemilikan negara. Ali juga segera menurunkan semua gubernur yang tidak
disenangi raktay. Jasa- Jasa dan
Peninggalan Khalifah Ali bin Thalib.
Jasa- jasa nya adalah :
a.
Khalifah Ali mengganti gubernur yang diangkat oleh
Khalifah Usman yang kebanyakan dari family-famili khalifah tanpa memperhatikan
kemampuan, keadilan dan akhlak mereka (hanya mementingkan pribadinya).
b.
Menarik kembali tanah milik Negara dan harta baitul
Mal yang dibagi-bagikan kepada pejabat dan family-famili khalifah Usman biarpun
ditentang oleh para gubernur lama.
c.
Memerintahkan kepada Abul Aswad Ad Duali untuk
mengarang buku tentang pokok-pokok ilmu Nahwu (Qoidah Nahwiyah) untuk
mempermudah orang membaca dan memahami sumber ajaran Islam.
d.
Membangun kota Kufah yang kemudian dijadikan pusat
pengembangan ilmu pengetahuan Nahwu, Tafsir, Hadis dan lain-lain. Pada akhirnya
khalifah Ali dibunuh oleh Ibnu Muljam dari golongan Khawarij.
D. Dakwah Pada Masa Dinasty Abbasiyah
1.
Masa Keemasan
Pada masa al-Mahdi,
perekonomian daulah Abbasiyah mulai meningkat dengan meningkatnya pendapatan
dari sektor pertanian dan pertambangan. Puncak popularitas daulah Abbasiyah
terjadi pada masa khalifah Harun al-Rasyid dan putranya al-Makmun.
2.
Masa Kemunduran
Masa kemunduran
dimulai sejak Abbasiyah diperintah oleh khalifah Abu Ja’far Muhammad al-Muntashir
(247-248/861-862) sampai jatuhnya Baghdad saat khalifah berada di tangan Abu
Ahmad Abdullah al-Musta’shim (640-656/1243-1258).
Beberapa faktor yang
menyebabkan daulah Abbasiyah mengalami kemunduran, diantaranya :
Adanya friksi dalam tubuh
daulah Abbasiyah.
Gaya hidup mewah dan
foya-foya pada lingkungan pejabat dan keluarganya.
Khalifah yang
berkuasa bukan sosok yang kuat, sehingga mereka mudah dipengaruhi para
pegawainya.
Banyak
serangan-serangan yang dilakukan kaum salibis ke palestina.
Serangan mongol ke
jantung kota Baghdad mengakhiri riwayat
daulah Abbasiyah.
Kemajuan Dinati Bani
Abbasyiah
• Bidang Politik
Walaupun demikian,
dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu
stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar.
• Bidang Ekonomi
Pada masa al-Mahdi
perekonomian mulai nmeningkat dengan peningkatan di sector pertanian, melalui
irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan
besi..
• Bidang Sosial
Popularitas daulat
Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan
puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). kekayaan yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid
untuk keperluan social.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. Samsul Munir, Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta: Amzah, hlm : 100
Illahi wahyu dan Hefni Harjani, Pengantar
Sejarah Dakwah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007, hal : 41-45
http://irawanridha.blogspot.com/2012/11/sejarah-dakwah-rasulullah-saw-pada.html
(diakses pada hari sabtu, tanggal 14 juni 2014 Pukul 14.51)
http://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/islam-pada-masa-klasik-i/
(diakses pada hari sabtu, tanggal 14 Juni 2014 Pukul 15.00)
[1]
http://irawanridha.blogspot.com/2012/11/sejarah-dakwah-rasulullah-saw-pada.html (diakses pada hari
sabtu, tanggal 14 juni 2014 Pukul 14.51)
[2]
Wahyu Illahi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2007, hal : 41-45
[3]
http://irawanridha.blogspot.com/2012/11/sejarah-dakwah-rasulullah-saw-pada.html (diakses pada hari
sabtu, 14 Juni 2014 Pukul 14.51)
[4]
http://irawanridha.blogspot.com/2012/11/sejarah-dakwah-rasulullah-saw-pada.html (diakses pada hari
sabtu, tanggal 14 Juni 2014 Pukul 14.51)
[5]
Wahyu Illahi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2007, hal : 48-51
[6]
Wahyu Illahi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2007, hal : 52-53
[7]
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, hlm : 68-69
[8]
Wahyu Illahi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2007, hal : 55
[9]
http://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/islam-pada-masa-klasik-i/ (diakses pada hari
sabtu, tanggal 14 Juni 2014 Pukul 15.00)
[10]
Wahyu Illahi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2007, hal : 76
[11]
http://irawanridha.blogspot.com/2012/11/sejarah-dakwah-rasulullah-saw-pada.html (diakses pada hari
Sabtu, tanggal 14 Juni 2014 Pukul 14.51)
[12]
Wahyu Illahi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2007, hal : 84-86
[13]
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, hlm : 100
[14]
http://irawanridha.blogspot.com/2012/11/sejarah-dakwah-rasulullah-saw-pada.html (diakses pada hari
sabtu, tanggal 14 Juni 2014 Pukul 14.51)
[15]
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, hlm : 110
[16] http://hapidzcs.wordpress.com/2012/11/20/sejarah-perkembangan-islam-periode-klasik/ (diakses pada hari
sabtu, tanggal 14 Juni 2014 Pukuk 14.57)
[17]
Wahyu Illahi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2007, hal : 119
[18]
http://hapidzcs.wordpress.com/2012/11/20/sejarah-perkembangan-islam-periode-klasik/ (diakses pada hari
sabtu, tanggal 14 Juni 2014, Pukul 14.57)
0 komentar:
Post a Comment