September 12, 2015

Kepemimpinan Kekuasaan Politik Organisasi

Rahmad Andi Saputra            (131311029)
Dwi Ari Fatun                         (131311030)
Hamim Jazuli                          (131311031)
M. Sulhan Syauqi                    (131311032)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pemimpin dan manajer, terutama pemimpin paling atas dan top manajer,  merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu organisasi atau usaha. Baik didunia bisnis maupun di dunia pendidikan, kesehatan, religi, sosial, politik pemerintahan, dan lain-lain, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya. Ringkasnya pemimpin dan manajer mempunyai kesempatan paling banyak untuk merubah “ jerami menjadi emas”, atau sebaliknya juga bisa merubah “tumpukan uang menjadi abu” jika dia salah langkah dan tidak bijaksana. Sehubungan dengan ini, manajement merupakan kunci bagi suksesnya bisnis, sedang kepemimpinan merupakan kunci pembuka bagi suksesnya organisasi.


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa perbedaan pemimpin dengan manajer?
2.      Apa saja teori-teori tentang kepemimpinan?
3.      Apa saja sumber-sumber kekuasaan dalam organisasi?



II
PEMBAHASAN

A.      Perbedaan pemimpin dan manajer
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost., 1993)
Sedangkan Kepemimpinan menurut prof. Kimbal Young adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptansi/penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.[1]
Manajer adalah seseorang yang mengarahkan orang lain dan bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenag formal untuk mengorganisasi, mengarahkan dan mengontrol para bawahan yang bertanggungjawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan (Robert Tanembaum)
Diskursus tentang perbedaan pemimpin (leader) dan manajer memang tidak ada habisnya.  Salah satu sebabnya adalah satu peran tersebut tidak mungkin dilakukan tanpa keberadaan peran lain.  Pemimpin yang tidak bisa mengelola (to manage) akan gagal dalam kepemimpinannya, sementara manajer yang tidak bisa memimpin (to lead) akan gagal dalam aktivitas manajerialnya.  Namun sesungguhnya pemimpin (leader) dan manajer merupakan dua konsep yang berbeda dan terdapat perbedaan diantara keduanya.[2] 
Pemimpin (leader) adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat kepemimpinan personality atau authority (berwibawa).  Ia disegani dan berwibawa terhadap bawahan atau pengikutnya karena kecakapan dan kemampuan serta didukung perilakunnya yang baik.  Pemimpin (leader) dapat memimpin organisasi formal maupun informal, dan menjadi panutan bagi bawahan (pengikut)nya.  Biasanya tipe kepemimpinannya adalah “partisipatif leader” dan falsafah kepemimpinannya adalah “pimpinan untuk bawahan”.
Sedangkan manajer juga merupakan seorang pemimpin, yang dalam praktek kepemimpinannya hanya berdasarkan “kekuasaan atau authority formalnya” saja.  Bawahan atau karyawan atau staf menuruti perintah-perintahnya karena takut dikenakan hukuman oleh manajer tersebut.  Manajer biasanya hanya dapat memimpin organisasi formal saja dan tipe kepemimpinannya ialah “autocratis leader” dengan falsafahnya ialah bahwa “bawahan adalah untuk pemimpin”.   
Lebih spesifik, perbedaan pemimpin (leader) dan manajer dapat dilihat dari tiga hal yang selalu berkaitan dengannya, yaitu: sumber kekuasaan yang diperoleh, bawahan, dan lingkungan kerja.
Berdasarkan sumber kekuasaan yang diperoleh, seorang manajer dipilih melalui jalur formal (seperti dipilih oleh komisaris atau direktur) dengan dasar yuridis yang dimiliki.  Artinya seseorang dapat menjadi manajer jika mempunyai dasar yuridis yaitu adanya surat keputusan atau surat pengangkatan.  Sedangkan pemimpin (leader) kekuasaan yang dimiliki berdasarkan kontrak  sosial dengan anggota atau bawahan.
Berkaitan dengan bawahan, manajer memiliki bawahan yang biasanya disebut sebagai staf atau karyawan yang memiliki posisi formal dalam struktur hierarki organisasi.  Bawahan atau karyawan menuruti perintah-perintahmya, karena takut dikenakan hukuman oleh manajer.  Sedangkan Pemimpin (leader) memiliki bawahan yang biasanya disebut sebagai pengikut.  Bawahan atau pengikut menjalankan perintah dari pimpinan (leader) atas dasar kewibawaan pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya karena kecakapan dan kemampuan serta perlakuannya yang baik.
Adapun dari segi lingkungan kerja, manajer biasanya hanya dapat memimpin pada lingkungan kerja organisasi formal saja dan bertanggung jawab kepada atasannya.  Sedangkan pemimpin (leader) dapat memimpin lingkungan kerja organisasi baik formal maupun informal dan bertanggung jawab kepada anak buahnya.   Seorang pemimpin (leader) merupakan bagian dari pengikut sedangkan manager merupakan bagian dari organisasi.
Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa pimpinan (leader) memiliki fungsi dasar  mengarahkan dan menggerakkan seluruh bawahan untuk bergerak pada arah yang sama yaitu tujuan. Sedangkan fungsi seorang manajer berkaitan dengan manajemen, yaitu kegiatan-kegiatan seputar perencanaan (planning), pengorganisasian (organising), penempatan staff (staffing), pengarahan (directing) dan kontrol (controlling). Dalam menjalankan fungsinya, seorang manajer lebih sering memanfaatkan wewenang dan kekuasaan jabatan secara struktural yang memiliki kekuatan mengikat dengan dapat melakukan paksaan atau hukuman untuk mengarahkan bawahan. Sedangkan seorang pemimpin (leader) lebih menekankan pengaruh atau karisma yang dimilikinya sehingga bawahan secara sadar untuk mengikuti arahan sang pemimpin. Ia menstimulasi, memfasiltasi, dan berpastisipasi dalam setiap kegiatan yang menginginkan bawahan mengikutinya. Tidak dengan hadiah, paksaan atau hukuman.

B.       Teori-teori kepemimpinan
Beberapa Teori tentang Kepemimpinan.
G.R. Terry[3] mengemukakan sejumlah teori tentang kepemimpinan yaitu teori-teori sendiri ditambah dengan teori-teori penulis lain sebagai berikut :
1.      Teori otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas pemerintah-pemerintah dan pemaksaan, juga tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit) sifatnya. Ia melakukan pengawasan yang ketat agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien.
2.      Teori psikologis
Teori ini menyatakn, bahwa fungsi seorang pemimpin adalah mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk merangsang kesediaan bekerja para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahannya, agar mereka bekerja ke arah pencapaian sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Maka kepemimpinan yang mampu memoti’ir orang lain akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia, seperti : pengakuan (recognizing), kepastian emosional, memperhatikan keinginan dan kebutuhan pegawai, kegairahan kerja, minat, suasana hati, dll.
3.      Teori sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar relasi dalam organisasi, dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antar para pengikutnya, agar tercapai kerjasama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. Identifikasi tujuan, kerap kali memberikan petunjuk yang diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan, berkaitan dengan kepentingan kelompoknya.
Setiap anggota mengetahui hasil apa, keyakinan apa, dan kelakuan apa yang diharapkan dari mereka oleh pemimpin dan kelompoknya. Pemimpin diharapkan dapat mengambil tindakan-tindakan korektif apabila terdapat kepincangan-kepincangan dan penyimpangan-penyimpangan dalam organisasi.
4.      Teori suportif
Disini, pihak pemimpin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha sebaik-baiknya, dan pemimpin dapat membimbing mereka dengan sebaik-baiknya melalui tidakan tertentu. Untuk maksud itu, pihak pemimpin menciptakan suatu lingkungan kerja yang membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, sanggup bekerjasama dengan pihak lain, mau mengembangkan skillnya, dan menyadai keinginan sendiri.
Ada pihak yang menamakan teori suportif sebagai; teori partisipatif, dan ada pula yang menamakannya sebagai; teori kepemimpinan demokratis.
5.      Teori Laissez Faire
Kepemimpinan Laissez Faire ditampilkan oleh seorang tokoh “Ketua Dewan” yang sebenarnya tidak becus mengurus; dan dia menyerahkan semua tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau semua anggotanya. Dia adalah seorang “Ketua” yang bertindak sebagai simbol, dengan macam-macam hiasan atau ornamen yang mentereng. Biasanya dia tidak memiliki ketrampilan teknis. Sedangkan kedudukan sebagi pemimpin (direktur, ketua dewan, kepala, komandan, dll.) dimungkinkan oleh sistem nepotisme ataupun oleh penyuapan. Jika dia mempunyai sedikit ketrampilan teknis, namun disebabkan oleh karakternya yang lemah dan tidak berpendirian serta tidak berprinsip, semua itu mengakibatkan tidak adanya kewibawaan; juga tidak ada kontrol. Dia tidak mampu mengkoordinasikan semua kerja, dan tidak berdaya menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Sehingga lembaga menjadi kacau-balau, kocar-kacir; dan pada hakekatnya, organisasinya mirip dengan seekor “belut tanpa kepala”. Pendeknay, pemimpin Laissez Faire itu pada intinya bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian yang sebenarnya. Semua anggota bersikap santai-santai, bermotto “lebih baik tidak usah bekerja saja” dan jadi acuh tak acuh. Sehingga kelompok tersebut praktis tidak terbimbing dan tidak terkontrol.
6.      Teori Kelakuan Pribadi
Kepimpina akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan, bahwa seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, dia harus bersikap flexible, mempunyai daya lenting yang tinggi; karena dia harus mampu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk suatu masalah. Dan masalah sosial itu tidak akan pernah identik sama di dalam runtutan waktu yang berbeda. Pola tingkah laku pemimpin tersebut erat berkaitan dengan:
a.       Bakat dan kemampuannya,
b.      Kondisi dan situasi yang dihadapi,
c.       Keinginan untuk memutuskan dan memecahkan permasalahn yang timbul,
d.      Derajat supervisi dan ketajaman evaluasinya.

7.      Teori Sifat
Sudah banyak usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasikan sifat-sifat yang diharapkan ada pada seorang pemimpin, untuk meramalkan kesuksesan kepemimpinannya. Ada beberapa ciri-ciri unggul yang diharapkan dimiliki oleh seorang pemimpin. Yaitu: memiliki inteligensi yang tinggi, banyak inisiatif, energik, memiliki kedewasaan emosional, memiliki daya persuasif, mempunyai ketrampilan, komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, memberikan partisipasi sosial yang tinggi, dan lain-lain.
8.      Teori Situasi
Teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi/flexibel pada pemimpin untuk menyesuaikan diri terdapat berbagai tuntutan situasi dan zamannya. Maka kepemimpinan harus bersifat “multi-dimentional”, agar mampu melibatkan diri dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang cepat berubah. Teori ini beranggapan, bahwa kepemimpinan itu terdiri atas tiga elemen dasar yaitu: PEMIMPIN-PENGIKUT-SITUASI. Maka situasi dianggap sebagai elemen paling penting, karena ia memiliki paling banyak variabel.

C.     Sumber-Sumber Kekuasaan
Kekuasaan dapat berasal dari posisi dalam organisasi (kewenangan) atau dari kepemilikan sumber-sumber kerja yang penting atau kecakapan yang berkaitan dengan pekerjaan. Kekuasaan ditempat kerja adalah proses yang lebih formal dan dapat dirumuskan sebagai penggunaan aspek hubungan kerja untuk memaksa setiap orang agar melakukan tindakan tertentu walaupun ada perlawanan.[4]
Kontras dengan uraian tersebut, politik organisasi adalah proses yang sangat berbeda yang melibatkan setiap tindakan yang dilakukan untuk mempengaruhi prilaku orang lain demi mencapai tujuan pribadi. Satu hal yang membedakan perilaku politik dari kekuasaan, kewenangan, dan pengaruh adalah kenyataan bahwa politik organisasi selalu self-serving , sedangkan kekuasaan dan pengaruh tidak perlu self-serving dalam mempengaruhi prilaku orang lain untuk mencapai tujuan pribadi. Pengaruh-Kekuasaan-Politik adalah proses yang dapat menembus ke dalam seluruh organisasi kerja dengan melibatkan usaha anggota organisasi untuk mengendalikan prilaku orang lain.
Berkaitan dengan perbedaan teoretis antara pengaruh, kekuasaan, dan politik sebagaimana diuraikan diatas, politik organisasi menunjuk pada bauran kompleks kekuasaan, pengaruh, dan prilaku yang bertujuan mencapai suatu kepentingan yang mendominasi aktivitas individu di tempat kerja. Ketiga konsep tersebut sulit dibedakan, sebagian karena pengaruh dan penggunaan kekuasaan, keduanya dapat disebut perilaku politik jika dilakukan atas dasar self-serving. Bentuk pengaruh dan penggunaan kekuasaan sebagian dapat dikategorikan perilaku politik, tergantung bagaimana orang menggunakannya.
Sumber-Sumber Kekuasaan
French & Raven mengidentifikasi lima sifat kekuasaan dalam konteks sosial sebagai dasar kepemimpinan dan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sesuai dengan tujuannya, yaitu:[5]
a.       Reward Power
Kekuassan ini merupakan tendensi untuk tunduk kepada individu yang memiliki kewenangan memberi atau tidak memberi ganjaran. Reward Power dapat digunakan oleh A untuk mempengaruhi B, jika B percaya bahwa A memiliki kemampuan dab sumber-sumber untuk melakukan suatu pekerjaan. Karenanya, Reward Power merupakan kecakapan untuk memberika ganjaran, dan target berkeyakinan atas sumber-sumber yang mampu memberikan ganjaran pada dirinya.
b.      Ceorcive power
Kekuasaan ini merupakan tendensi kerelaan untuk dikenakan suatu hukuman bagi yang tidak mampu memenuhi suatu tuntutan.
c.       Legitimate power
Kekuasaan ini merupakan posisi dimana individu dalam struktur organisasi menggunakan kekuasaan terhadap bawahannya.
d.      Referent power
Kekuasaan ini merupakan kekuasaan individu yang memiliki popularitas diantara rekan dan dikagumi dalam menggunakan kekuasaan di dalam kelompoknya.


e.       Expert power
Kekuasaan ini merupakan kekuasaan individu yang memiliki pengetahuan, ketrampilan atau keahlian yang dituntut pada suatu konteks tertentu dapat dimanfaatkan.
     Saling ketergantungan tugas diidentifikasijuga sebagai sumber kekuasaan yang tidak termasuk dalam daftar French & Raven’s. Sumber kekuasaan ini terjadi pada jabatan (atau kelompok jabatan) khusus dalam organisasi karena saling ketergantungan tugas yang terjadi ketika dua atau lebih karyawan harus tergantung satu sama lain untuk menyelesaikan pekerjaan.



III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Dan pemimpin yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptansi/penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus
Pemimpin dan manajer merupakan salah satu intisari, sumber daya pokok, dan titik sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu organisasi ataupun perusahaan.  Bagaimana kreativitas dan dinamikanya seorang pemimpin atau manajer dalam menjalankan wewenangnya akan sangat menentukan apakah tujuan organisasi atau perusahaan tersebut dapat tercapai atau tidak.  Hal yang perlu di tekankan adalah bahwa tidak selamanya manajer buruk dan pemimpin adalah baik.  Perlunya kombinasi dan campuran yang tepat di antara keduanya, sangat dibutuhkan dalam organisasi, pada berbagai tingkat jabatan yang berbeda-beda.  Sehingga organisasi yang tengah dijalani dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
B.     Kritik dan saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan apabila ada kesalahan kesalahan kata ataupun penyampaian materi didalam makalah, kamu mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan.




DAFTAR PUSTAKA
Haris. Politik Organisasi. Putaka Pelajar: Yogyakarta. 2006
Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. CV Rajawali: Jakarta. 1988
Safaria, Triantoro. KEPEMIMPINAN, Graha Ilmu: Yogyakarta. 2004
Sashkin, Marshall. Prinsip-prinsip kepemimpinan. Erlangga: Jakarta. 2011   
Ikhwanalim.“Leader Versus Manajer”. www.papanputih.com/2010/10/leader-versus-manager.html
--------“Beda Pemimpin dan Manajerhttp://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisni/177-manajemen/9852 beda-pemimpin-dan-manajer.html.




[1] Kartono, kartini. Pemimpin dan kepemimpinan. CV Rajawali : Jakarta. 1988. hlm: 40
[2] Ikhwanalim.“Leader Versus Manajer”. www.papanputih.com/2010/10/leader-versus-manager.html.      Diunduh pada: Kamis, 10 September 2015; pukul 14.20 WIB.
[3] Kartono, kartini. pemimpin dan kepemimpinan. CV Rajawali: Jakarta. 1988. hlm: 45-50
[4] Haris. Politik Organisasi. PUSTAKA PELAJAR: Yogyakarta. 2006. hlm: 35
[5] Haris. Politik Organisasi. PUSTAKA PELAJAR: Yogyakarta. 2006. hlm: 36-39

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates