Kepemimpinan Kekuasaan Politik Organisasi
Rahmad Andi Saputra (131311029)
Dwi Ari Fatun (131311030)
Hamim Jazuli (131311031)
M. Sulhan Syauqi (131311032)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pemimpin dan manajer, terutama pemimpin paling atas dan top
manajer, merupakan faktor penentu dalam
sukses atau gagalnya suatu organisasi atau usaha. Baik didunia bisnis maupun di
dunia pendidikan, kesehatan, religi, sosial, politik pemerintahan, dan lain-lain,
kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya. Ringkasnya
pemimpin dan manajer mempunyai kesempatan paling banyak untuk merubah “ jerami
menjadi emas”, atau sebaliknya juga bisa merubah “tumpukan uang menjadi abu”
jika dia salah langkah dan tidak bijaksana. Sehubungan dengan ini, manajement
merupakan kunci bagi suksesnya bisnis, sedang kepemimpinan merupakan kunci
pembuka bagi suksesnya organisasi.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa perbedaan
pemimpin dengan manajer?
2.
Apa saja teori-teori
tentang kepemimpinan?
3.
Apa saja
sumber-sumber kekuasaan dalam organisasi?
II
PEMBAHASAN
A.
Perbedaan
pemimpin dan manajer
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut
(bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya
(Joseph C. Rost., 1993)
Sedangkan
Kepemimpinan menurut prof. Kimbal Young adalah bentuk dominasi yang didasari
atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk
berbuat sesuatu berdasarkan akseptansi/penerimaan oleh kelompoknya, dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.[1]
Manajer
adalah seseorang yang mengarahkan orang lain dan bertanggung jawab atas
pekerjaan tersebut. Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenag formal
untuk mengorganisasi, mengarahkan dan mengontrol para bawahan yang
bertanggungjawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi untuk mencapai
tujuan perusahaan (Robert Tanembaum)
Diskursus tentang perbedaan pemimpin
(leader) dan manajer memang tidak ada
habisnya. Salah satu sebabnya adalah
satu peran tersebut tidak mungkin dilakukan tanpa keberadaan peran lain. Pemimpin yang tidak bisa mengelola (to
manage) akan gagal dalam kepemimpinannya, sementara manajer yang tidak bisa
memimpin (to lead) akan gagal dalam aktivitas manajerialnya. Namun sesungguhnya pemimpin (leader) dan manajer merupakan dua konsep
yang berbeda dan terdapat perbedaan diantara keduanya.[2]
Pemimpin (leader) adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat
kepemimpinan personality atau authority (berwibawa). Ia disegani dan berwibawa terhadap bawahan
atau pengikutnya karena kecakapan dan kemampuan serta didukung perilakunnya
yang baik. Pemimpin (leader) dapat memimpin organisasi formal
maupun informal, dan menjadi panutan bagi bawahan (pengikut)nya. Biasanya tipe kepemimpinannya adalah “partisipatif leader” dan falsafah
kepemimpinannya adalah “pimpinan untuk bawahan”.
Sedangkan manajer juga merupakan
seorang pemimpin, yang dalam praktek kepemimpinannya hanya berdasarkan
“kekuasaan atau authority formalnya”
saja. Bawahan atau karyawan atau staf menuruti perintah-perintahnya
karena takut dikenakan hukuman oleh manajer tersebut. Manajer biasanya hanya dapat memimpin
organisasi formal saja dan tipe kepemimpinannya ialah “autocratis leader” dengan falsafahnya ialah bahwa “bawahan adalah
untuk pemimpin”.
Lebih spesifik, perbedaan pemimpin (leader) dan manajer dapat dilihat dari
tiga hal yang selalu berkaitan dengannya, yaitu: sumber kekuasaan yang
diperoleh, bawahan, dan lingkungan kerja.
Berdasarkan sumber kekuasaan yang
diperoleh, seorang manajer dipilih melalui jalur formal (seperti dipilih oleh
komisaris atau direktur) dengan dasar yuridis yang dimiliki. Artinya seseorang dapat menjadi manajer jika
mempunyai dasar yuridis yaitu adanya surat keputusan atau surat pengangkatan. Sedangkan pemimpin (leader) kekuasaan yang dimiliki berdasarkan kontrak sosial dengan anggota atau bawahan.
Berkaitan dengan bawahan, manajer
memiliki bawahan yang biasanya disebut sebagai staf atau karyawan yang memiliki posisi formal dalam struktur
hierarki organisasi. Bawahan atau
karyawan menuruti perintah-perintahmya, karena takut dikenakan hukuman oleh
manajer. Sedangkan Pemimpin (leader) memiliki bawahan yang biasanya
disebut sebagai pengikut. Bawahan atau
pengikut menjalankan perintah dari pimpinan (leader) atas dasar kewibawaan pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya
karena kecakapan dan kemampuan serta perlakuannya yang baik.
Adapun dari segi lingkungan kerja,
manajer biasanya hanya dapat memimpin pada lingkungan kerja organisasi formal
saja dan bertanggung jawab kepada atasannya.
Sedangkan pemimpin (leader)
dapat memimpin lingkungan kerja organisasi baik formal maupun informal dan
bertanggung jawab kepada anak buahnya.
Seorang pemimpin (leader)
merupakan bagian dari pengikut sedangkan manager merupakan bagian dari
organisasi.
Berdasarkan hal tersebut dapat
dipahami bahwa pimpinan (leader)
memiliki fungsi dasar mengarahkan dan
menggerakkan seluruh bawahan untuk bergerak pada arah yang sama yaitu tujuan.
Sedangkan fungsi seorang manajer berkaitan dengan manajemen, yaitu
kegiatan-kegiatan seputar perencanaan (planning),
pengorganisasian (organising),
penempatan staff (staffing),
pengarahan (directing) dan kontrol (controlling). Dalam menjalankan
fungsinya, seorang manajer lebih sering memanfaatkan wewenang dan kekuasaan
jabatan secara struktural yang memiliki kekuatan mengikat dengan dapat
melakukan paksaan atau hukuman untuk mengarahkan bawahan. Sedangkan seorang
pemimpin (leader) lebih menekankan
pengaruh atau karisma yang dimilikinya sehingga bawahan secara sadar untuk
mengikuti arahan sang pemimpin. Ia menstimulasi, memfasiltasi, dan
berpastisipasi dalam setiap kegiatan yang menginginkan bawahan mengikutinya.
Tidak dengan hadiah, paksaan atau hukuman.
B. Teori-teori kepemimpinan
Beberapa Teori tentang Kepemimpinan.
G.R. Terry[3] mengemukakan
sejumlah teori tentang kepemimpinan yaitu teori-teori sendiri ditambah dengan
teori-teori penulis lain sebagai berikut :
1.
Teori otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas
pemerintah-pemerintah dan pemaksaan, juga tindakan-tindakan yang arbitrer
(sebagai wasit) sifatnya. Ia melakukan pengawasan yang ketat agar semua pekerjaan
berlangsung secara efisien.
2.
Teori
psikologis
Teori ini menyatakn, bahwa fungsi seorang pemimpin adalah
mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk merangsang kesediaan bekerja para
pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahannya, agar mereka bekerja ke
arah pencapaian sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan
pribadi. Maka kepemimpinan yang mampu memoti’ir orang lain akan sangat
mementingkan aspek-aspek psikis manusia, seperti : pengakuan (recognizing),
kepastian emosional, memperhatikan keinginan dan kebutuhan pegawai, kegairahan
kerja, minat, suasana hati, dll.
3.
Teori
sosiologis
Kepemimpinan
dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar relasi dalam organisasi,
dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antar para
pengikutnya, agar tercapai kerjasama yang baik. Pemimpin menetapkan
tujuan-tujuan dengan menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan
terakhir. Identifikasi tujuan, kerap kali memberikan petunjuk yang diperlukan
bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan, berkaitan dengan
kepentingan kelompoknya.
Setiap anggota
mengetahui hasil apa, keyakinan apa, dan kelakuan apa yang diharapkan dari
mereka oleh pemimpin dan kelompoknya. Pemimpin diharapkan dapat mengambil
tindakan-tindakan korektif apabila terdapat kepincangan-kepincangan dan
penyimpangan-penyimpangan dalam organisasi.
4.
Teori suportif
Disini, pihak
pemimpin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha sebaik-baiknya, dan
pemimpin dapat membimbing mereka dengan sebaik-baiknya melalui tidakan
tertentu. Untuk maksud itu, pihak pemimpin menciptakan suatu lingkungan kerja
yang membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan
pekerjaan sebaik mungkin, sanggup bekerjasama dengan pihak lain, mau
mengembangkan skillnya, dan menyadai keinginan sendiri.
Ada pihak yang menamakan teori suportif sebagai; teori
partisipatif, dan ada pula yang menamakannya sebagai; teori kepemimpinan
demokratis.
5.
Teori Laissez
Faire
Kepemimpinan
Laissez Faire ditampilkan oleh seorang tokoh “Ketua Dewan” yang sebenarnya
tidak becus mengurus; dan dia menyerahkan semua tanggung jawab serta pekerjaan
kepada bawahan atau semua anggotanya. Dia adalah seorang “Ketua” yang bertindak
sebagai simbol, dengan macam-macam hiasan atau ornamen yang mentereng. Biasanya
dia tidak memiliki ketrampilan teknis. Sedangkan kedudukan sebagi pemimpin
(direktur, ketua dewan, kepala, komandan, dll.) dimungkinkan oleh sistem
nepotisme ataupun oleh penyuapan. Jika dia mempunyai sedikit ketrampilan
teknis, namun disebabkan oleh karakternya yang lemah dan tidak berpendirian
serta tidak berprinsip, semua itu mengakibatkan tidak adanya kewibawaan; juga
tidak ada kontrol. Dia tidak mampu mengkoordinasikan semua kerja, dan tidak
berdaya menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Sehingga lembaga menjadi
kacau-balau, kocar-kacir; dan pada hakekatnya, organisasinya mirip dengan
seekor “belut tanpa kepala”. Pendeknay, pemimpin Laissez Faire itu pada intinya
bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian yang sebenarnya. Semua anggota
bersikap santai-santai, bermotto “lebih baik tidak usah bekerja saja” dan jadi
acuh tak acuh. Sehingga kelompok tersebut praktis tidak terbimbing dan tidak
terkontrol.
6.
Teori Kelakuan
Pribadi
Kepimpina akan
muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola-pola kelakuan para
pemimpinnya. Teori ini menyatakan, bahwa seorang pemimpin itu selalu
berkelakuan kurang lebih sama, yaitu tidak melakukan tindakan-tindakan yang
identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, dia harus
bersikap flexible, mempunyai daya lenting yang tinggi; karena dia harus mampu
mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk suatu masalah. Dan masalah
sosial itu tidak akan pernah identik sama di dalam runtutan waktu yang berbeda.
Pola tingkah laku pemimpin tersebut erat berkaitan dengan:
a.
Bakat dan kemampuannya,
b.
Kondisi dan
situasi yang dihadapi,
c.
Keinginan untuk
memutuskan dan memecahkan permasalahn yang timbul,
d.
Derajat
supervisi dan ketajaman evaluasinya.
7.
Teori Sifat
Sudah banyak
usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasikan sifat-sifat yang diharapkan ada
pada seorang pemimpin, untuk meramalkan kesuksesan kepemimpinannya. Ada
beberapa ciri-ciri unggul yang diharapkan dimiliki oleh seorang pemimpin.
Yaitu: memiliki inteligensi yang tinggi, banyak inisiatif, energik, memiliki
kedewasaan emosional, memiliki daya persuasif, mempunyai ketrampilan,
komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, memberikan partisipasi
sosial yang tinggi, dan lain-lain.
8.
Teori Situasi
Teori ini
menjelaskan, bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi/flexibel pada
pemimpin untuk menyesuaikan diri terdapat berbagai tuntutan situasi dan
zamannya. Maka kepemimpinan harus bersifat “multi-dimentional”, agar mampu
melibatkan diri dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang cepat
berubah. Teori ini beranggapan, bahwa kepemimpinan itu terdiri atas tiga elemen
dasar yaitu: PEMIMPIN-PENGIKUT-SITUASI. Maka situasi dianggap sebagai elemen
paling penting, karena ia memiliki paling banyak variabel.
C.
Sumber-Sumber
Kekuasaan
Kekuasaan dapat
berasal dari posisi dalam organisasi (kewenangan) atau dari kepemilikan
sumber-sumber kerja yang penting atau kecakapan yang berkaitan dengan
pekerjaan. Kekuasaan ditempat kerja adalah proses yang lebih formal dan dapat
dirumuskan sebagai penggunaan aspek hubungan kerja untuk memaksa setiap orang
agar melakukan tindakan tertentu walaupun ada perlawanan.[4]
Kontras dengan
uraian tersebut, politik organisasi adalah proses yang sangat berbeda yang
melibatkan setiap tindakan yang dilakukan untuk mempengaruhi prilaku orang lain
demi mencapai tujuan pribadi. Satu hal yang membedakan perilaku politik dari
kekuasaan, kewenangan, dan pengaruh adalah kenyataan bahwa politik organisasi
selalu self-serving , sedangkan kekuasaan dan pengaruh tidak perlu self-serving
dalam mempengaruhi prilaku orang lain untuk mencapai tujuan pribadi.
Pengaruh-Kekuasaan-Politik adalah proses yang dapat menembus ke dalam seluruh
organisasi kerja dengan melibatkan usaha anggota organisasi untuk mengendalikan
prilaku orang lain.
Berkaitan
dengan perbedaan teoretis antara pengaruh, kekuasaan, dan politik sebagaimana
diuraikan diatas, politik organisasi menunjuk pada bauran kompleks kekuasaan,
pengaruh, dan prilaku yang bertujuan mencapai suatu kepentingan yang
mendominasi aktivitas individu di tempat kerja. Ketiga konsep tersebut sulit
dibedakan, sebagian karena pengaruh dan penggunaan kekuasaan, keduanya dapat
disebut perilaku politik jika dilakukan atas dasar self-serving. Bentuk
pengaruh dan penggunaan kekuasaan sebagian dapat dikategorikan perilaku
politik, tergantung bagaimana orang menggunakannya.
Sumber-Sumber Kekuasaan
French &
Raven mengidentifikasi lima sifat kekuasaan dalam konteks sosial sebagai dasar
kepemimpinan dan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain sesuai dengan tujuannya, yaitu:[5]
a.
Reward Power
Kekuassan ini
merupakan tendensi untuk tunduk kepada individu yang memiliki kewenangan
memberi atau tidak memberi ganjaran. Reward Power dapat digunakan oleh A untuk
mempengaruhi B, jika B percaya bahwa A memiliki kemampuan dab sumber-sumber
untuk melakukan suatu pekerjaan. Karenanya, Reward Power merupakan kecakapan
untuk memberika ganjaran, dan target berkeyakinan atas sumber-sumber yang mampu
memberikan ganjaran pada dirinya.
b.
Ceorcive power
Kekuasaan ini
merupakan tendensi kerelaan untuk dikenakan suatu hukuman bagi yang tidak mampu
memenuhi suatu tuntutan.
c.
Legitimate
power
Kekuasaan ini
merupakan posisi dimana individu dalam struktur organisasi menggunakan kekuasaan
terhadap bawahannya.
d.
Referent power
Kekuasaan ini merupakan
kekuasaan individu yang memiliki popularitas diantara rekan dan dikagumi dalam
menggunakan kekuasaan di dalam kelompoknya.
e.
Expert power
Kekuasaan ini
merupakan kekuasaan individu yang memiliki pengetahuan, ketrampilan atau
keahlian yang dituntut pada suatu konteks tertentu dapat dimanfaatkan.
Saling ketergantungan
tugas diidentifikasijuga sebagai sumber kekuasaan yang tidak termasuk dalam
daftar French & Raven’s. Sumber kekuasaan ini terjadi pada jabatan (atau
kelompok jabatan) khusus dalam organisasi karena saling ketergantungan tugas
yang terjadi ketika dua atau lebih karyawan harus tergantung satu sama lain
untuk menyelesaikan pekerjaan.
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan
yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang
menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Dan pemimpin
yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang
lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptansi/penerimaan oleh kelompoknya,
dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus
Pemimpin dan manajer merupakan salah
satu intisari, sumber daya pokok, dan titik sentral dari setiap aktivitas yang
terjadi dalam suatu organisasi ataupun perusahaan. Bagaimana kreativitas dan dinamikanya seorang
pemimpin atau manajer dalam menjalankan wewenangnya akan sangat menentukan
apakah tujuan organisasi atau perusahaan tersebut dapat tercapai atau
tidak. Hal yang perlu di tekankan adalah
bahwa tidak selamanya manajer buruk dan pemimpin adalah baik. Perlunya kombinasi dan campuran yang tepat di
antara keduanya, sangat dibutuhkan dalam organisasi, pada berbagai tingkat
jabatan yang berbeda-beda. Sehingga
organisasi yang tengah dijalani dapat mencapai tujuannya secara efektif dan
efisien.
B. Kritik dan
saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan apabila ada
kesalahan kesalahan kata ataupun penyampaian materi didalam makalah, kamu mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Haris.
Politik Organisasi. Putaka Pelajar: Yogyakarta. 2006
Kartono,
Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. CV Rajawali: Jakarta. 1988
Safaria,
Triantoro. KEPEMIMPINAN, Graha Ilmu: Yogyakarta. 2004
Sashkin,
Marshall. Prinsip-prinsip kepemimpinan. Erlangga: Jakarta. 2011
--------“Beda Pemimpin
dan Manajer” http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisni/177-manajemen/9852 beda-pemimpin-dan-manajer.html.
[1] Kartono,
kartini. Pemimpin dan kepemimpinan. CV Rajawali : Jakarta. 1988. hlm: 40
[2] Ikhwanalim.“Leader Versus Manajer”. www.papanputih.com/2010/10/leader-versus-manager.html. Diunduh pada: Kamis,
10 September 2015; pukul 14.20 WIB.
[3] Kartono,
kartini. pemimpin dan kepemimpinan. CV Rajawali: Jakarta. 1988. hlm:
45-50
[4] Haris. Politik
Organisasi. PUSTAKA PELAJAR: Yogyakarta. 2006. hlm: 35
[5] Haris. Politik
Organisasi. PUSTAKA PELAJAR: Yogyakarta. 2006. hlm: 36-39
0 komentar:
Post a Comment