Ijtihad Nahdlatul Ulama
MAKALAH USHUL FIQH
NAHDLATUL ULAMA
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah : Ushul Fiqh
Disusun Oleh :
Muhammad
Ahsanul Waro (131311122)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nahdlatul Ulama’,
disingkat NU, artinya kebangkitan ulama’. Yaitu Sebuah organisasi yang
didirikan oleh para ulama’ pada tanggal 31 Januari 1926/ 26 Rajab 1344 H di
Surabaya.[1]
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang
eksistensinya memainkan peran penting bagi kehidupan bangsa. NU sebagai salah
satu organisasi Islam terbesar di Indonesia ikut bertanggung jawab
untuk memberikan kontribusi dalam membangun cita-cita bangsa. Hal ini
tidak lain karena kontribusi NU tidak hanya dialamatkan kepada jama’ah NU,
tetapi lebih besar dari itu bagaimana NU bisa berkontribusi kepada bangsa.
Sesuai khittah An-Nahdliyyah 1926, NU bertujuan
: ikut membangun, mengembangkan insan dan masyarakat Indonesia yang bertaqwa
kepada Allah SWT, cerdas, terampil, adil, berakhlak mulia, tenteram dan
sejahtera. Disampingitu, NU juga telah merumuskan konsep mabadi‟ khoiro
ummat (prinsip dasar umatterbaik) yang didasarkan pada orientasi moral
untuk perubahan sosial ekonomimasyarakat. Pengukuhan moralitas sebagai landasan
dalam kehidupan sosial danekonomi masyarakat bertumpu pada ash-shidq
(kejujuran) dan al-amanah (tanggung jawab) sehingga tata laku
masyarakat dilandasai oleh moralitas yangagung, bukan nafsu serakah menumpuk
kekayaan dan kepentingan ego pribadi.
B. Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah dari NU?
2. Bagaimana paham keagamaan NU?
4. Bagaimana Basis Pendukung?
5. Bagaimana Dinamika NU?
6. Bagaimana organisasi di dalam NU?
7. Bagaimana NU dan Politik?
PEMBAHASAN
1. Sejarah Kelahiran NU
Bagi orang yang kurang akrab dengan NU, jika nama itu
disebut, maka akan berasosiasi pada sosok ulama berjubah dan bersorban, yang bergerak
perlahan menjaga keanggunan dirinya, yang hanya paham akan hukum-hukum agama
saja, dan kalau tampil diarena politik, maka sosok itu akan bertampang kaku.
Itu hanya gambar lahiriah saja. Jika kita membalik lembaran sejarah, segera
terpampang bahwa NU adalah sebuah organisasi islam yang telah banyak merasakan
pergolakan sejarah dan badai perubahan zaman, namun selalu mampu berdiri tegak.
Walau kadang agak terhuyung, ia tetap mampu meneruskan perjalanannya.[2]
Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi
pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan
(Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga
dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan
Pemikiran), sebagai wahana
pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya
didirikanlah Nahdlatut Tujjar,
(Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian
rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil
sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat
pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Sementara itu,
keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa
Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah
kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui
jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal
dengan Kebangkitan Nasional.
Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi
sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai
jawabannya, muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.
Ketika Raja Ibnu Saud
hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak
menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini
banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat
sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di
bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S.
Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela
keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban
tersebut.
Sikapnya yang berbeda,
kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta
1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam
Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres
Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
Didorong oleh minatnya
yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap
pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat
delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite
Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan
pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru
umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat
ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka
masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang
berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan
peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
Berangkat
dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu
untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk
mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai
kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama)
pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh
KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
Untuk menegaskan prinsip
dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar),
kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad
Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan
dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan
bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
2. Paham keagamaan NU
Nahdlatul Ulama (NU)
menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan
tengah antara ekstrim aqli
(rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli
(skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an,
Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas
empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu
Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam
bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali.
Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid
Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali ke
khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali
ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik
dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan
negara. Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan
dinamika sosial dalam NU.[3]
4. Basis pendukung
Berdasarkan lokasi dan karakteristiknya, mayoritas pengikut NU
terdapat di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra.[4]
Serta jumlah warga Nahdlatul Ulama (NU) atau basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi.
Sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa.
Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki
masalah yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal
Jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren
yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.
Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan dengan pembangunan dan
perkembangan industrialisasi. Warga NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota
memasuki sektor industri. Jika selama ini basis NU lebih kuat di sektor
pertanian di pedesaan, maka saat ini, pada sektor perburuhan di perkotaan, juga
cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual
dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang
terjadi selama ini.
5. Dinamika NU
Prinsip-prinsip dasar
yang dicanangkan Nahdlatul Ulama (NU) telah diterjemahkan dalam perilaku
kongkrit. NU banyak mengambil kepeloporan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal
itu menunjukkan bahwa organisasi ini hidup secara dinamis dan responsif
terhadap perkembangan zaman. Prestasi NU antara lain:
1) Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana diwariskan oleh
para walisongo dan pendahulunya.
2) Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah, sehingga umat Islam
sedunia bisa menjalankan ibadah sesuai dengan madzhab masing-masing.
3) Mempelopori berdirinya Majlis Islami A'la Indonesia (MIAI) tahun 1937, yang
kemudian ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia berparlemen.
4) Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis melalui Resolusi
Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.
5) Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil menempati
urutan ketiga dalam peroleh suara secara nasional.
6) Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) 1965 yang
diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.
7) Memperlopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society di Indonesia sepanjang dekade 90-an.
6. Organisasi
1) Tujuan organisasi
Menegakkan
ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan
masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2) Usaha organisasi
1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa
persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas.
3. Di bidang sosial-budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta
kebudayaan yang sesuai dengan nilai ke-Islaman dan kemanusiaan.
4. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil
pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.
5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
3) Struktur organisasi
1. Pengurus Besar (tingkat Pusat).
2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi), terdapat 33 Wilayah.
3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa
untuk kepengurusan di luar negeri, terdapat 439 Cabang dan 15 Cabang Istimewa.
4. Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan), terdapat 5.450
Majelis Wakil Cabang.
5. Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan), terdapat 47.125 Ranting.
Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan
terdiri dari:
1. Mustasyar (Penasihat)
2. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
3. Tanfidziyah (Pelaksana Harian)
Untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:
1. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
2. Tanfidziyah (Pelaksana harian)
3. Anggota
4) Lembaga organisasi
Merupakan pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan suatu bidang
tertentu. Lembaga ini meliputi:
1. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
Program pokok:
Pengembangan organisasi dan SDM di bidang dakwah Islamiyah.
Pengembangan kerukunan antar umat beragama
Penyebarluasan ajaran Islam yang selaras dengan semangat ahlussunah
waljama'ah
Penggalangan kegiatan social kemasyarakatan.
Jaringan Organisasi:
28 Wilayah
328 Cabang
2. Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul
Ulama (LP Ma'arif NU)
Program Pokok:
Pengkajian kependidikan
Peningkatan kualitas
tenaga pendidik
Pengembangan pendidikan
berbasis masyarakat
Pengembangan kurikulum
pendidikan yang dapat memadukan ketinggian ilmu pengetahuan dan keluhuran budi
pekerti
Pengembangan jaringan
kerja yang terkait dengan dunia pendidikan
Jaringan Organisasi:
20 Wilayah
117 Cabang
Jaringan Usaha:
3.885 TK/TPQ
197 SD dan 3.861 MI
378 SLTP dan 733 MTs
211 SLTA dan 212 MA
44 Universitas dan 23
Akademi/Sekolah Tinggi
3. Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul
Ulama ( LPKNU )
Program Pokok:
Pengkajian masalah
kesehatan
Pendidikan dan
pembinaan pelayanan kesehatan
Penggalangan dana bagi
para korban bencana alam dan kesehatan
Pengembangan lembaga
penanggulangan krisis kesehatan.
Jaringan Organisasi:
27 Wilayah
100 lebih Cabang
4. Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
(LPNU)
Program pokok:
Pengkajian ekonomi
Pemetaan potensi
ekonomi warga NU Pemberdayaan ekonomi masyarakat
Pelatihan
Jaringan organisasi:
24 Wilayah
207 Cabang
5. Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul
Ulama (LP2NU)
Program pokok:
Pengkajian masalah
pertanian
Pengembangan sumber
daya hayati
Pembinaan dan advokasi
pertanian
Pemberdayaan ekonomi
petani
Jaringan organisasi:
19 Wilayah
140bang
6. Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI)
Program pokok:
Pengkajian
kepesantrenan
Pengembangan kualitas
pendidikan pesantren
Pengembangan peran
social pesantren
Pemberdayaan ekonomi
pesantren
Jaringan organisasi:
27 Wilayah
323 Cabang
Jaringan usaha:
6.830 Pesantren
7. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul
Ulama (LKKNU)
Program pokok:
Pengkajian sosial
keagamaan
Pengembangan wawasan
keluarga sejahtera
Pelayanan kesehatan
masyarakat
Advokasi kependudukan
dan lingkungan hidup
Jaringan organisasi:
22
wilayah
50 lebih Cabang
8. Lembaga
Takmir Masjid Indonesia ( LTMI )
Program pokok:
Pengembangan kualitas manajemen rumah ibadah
Pengembangan aktifitas keagamaan masjid
Peningkatan fungsi social masjid
Jaringan organisasi:
16 ilayah (tingkat propinsi)
9. Lembaga Kajian dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM)
Program pokok:
Pengkajian sosial, ekonomi, budaya, dan keagamaan
Pengembangan kreatifitas dan produktifitas masyarakat
Pendidikan dan pembinaan perencanaan strategis
Pengembangan program pembangunan sektoral
Jaringan organisasi:
16 Wilayah
60 lebih Cabang
8.
Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH)
Program pokok:
Pengkajian hukum dan perundang-undangan
Pendidikan kepengacaraan
Advokasi dan penyuluhan hukum
Kampanye penegakan hukum dan HAM
Jaringan organisasi:
1 Wilayah
7 Cabang
9.
Lajnah Bahtsul Masail (LBM-NU)
Program pokok:
Pengkajian
masalah-masalah actual kemasyarakatan
Perumusan dan
penyebarluasan fatwa hukum (Islam)
Pengembangan
standarisasi kitab-kitab fikih
Jaringan organisasi:
31 Wilayah
339 Cabang
5) Badan otonom
Merupakan pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat
tertentu. Badan Otonom ini meliputi:
1. Jam'iyyah Ahli
Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah
Program pokok:
Pengkajian ketarekatan
dan keagamaan
Pengembangan ajaran
tarekat mu'tabarah di lingkungan NU
Pembinaan praktek
tarekat bagi warga NU
Jaringan organisasi:
15 Wilayah
200 Cabang
2. Muslimat NU
Program pokok:
Pengkaderan dan
pengembangan keorganisasian
Pengkajian
keperempuanan dan kemasyarakatan
Pengembangan SDM kaum
perempuan
Pengembangan pendidikan
kejuruan
Pengembangan usaha
social dan advokasi perempuan
Jaringan organisasi:
31 Wilayah
339 Cabang
2.650 Anak Cabang
(setingkat MWC)
Jaringan usaha:
49 Rumah Sakit, Poliklinik dan Rumah Bersalin
8.522 TK dan TPQ
247 Koperasi (koperasi An Nisa)
Puluhan panti yatim piatu, panti balita, asrama putri,
dan Balai Latihan Kerja yang tersebar di berbagai daerah
3. Gerakan Pemuda
Ansor (GP Ansor)
Program pokok:
Pengkaderan dan
pengembangan keorganisasian
Pengembangan wawasan
kebangsaan
Pengembangan SDM di
bidang ekonomi, politik, IPTEK, social budaya, dan hukum
Pengembangan jaringan
kerja nasional dan internasional
Jaringan organisasi:
30 Wilayah
337 Cabang
Jaringan usaha:
INKOWINA (Induk
Koperasi Wira Usaha Nasional)
4. Fatayat
NU
Program pokok:
Pengkaderan dan
pengembangan keorganisasian
Kajian kepemudaan dan keperempuanan
Pendidikan dan
penyuluhan kesehatan masyarakat
Penanggulangan krisis
social, terutama menyangkut perbaikan kualitas generasi muda
Jaringan organisasi:
Jaringan organisasi:
27 Wilayah
334 Cabang
5. Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama (IPNU)
Program pokok:
Pengkaderan dan
pengembangan keorganisasian
Pengkajian social
kemasyarakatan
Pengembangan
kreatifitas pelajar
Penggalangan dana
beasiswa bagi pelajar kurang mampu
Pendidikan dan
pembinaan remaja penyandang masalah social
Jaringan organisasi:
27 Wilayah
265 Cabang
Jaringan Usaha:
KOPUTRA (Koperasi Putra
Nusantara)
6. Ikatan Pelajar
Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
Program pokok:
Pengkaderan dan
pengembangan keorganisasian
Pengkajian social
keagamaan serta masalah remaja dan kepelajaran
Pendidikan dan
pelayanan kesehatan remaja
Pengembangan pendidikan
bagi pelajar putus sekolah
Jaringan organisasi:
26 Wilayah
7 cabang
7. Ikatan Sarjana
Nahdlatul Ulama (ISNU)
Pemetaan dan
pengembangan potensi kader terdidik NU
Optimalisasi peran dan
mobilitas social warga NU
Pengkajian
masalah-masalah keindonesiaan
Pengembangan jaringan
kerja nasional dan internasional
Jaringan organisasi:
5 Wilayah
17 Cabang
8. Ikatan Pencak
Silat Pagar Nusa (IPS Pagar Nusa)
Program pokok:
Pendidikan bela diri
pencak silat.
Pembinaan dan
pengembangan tenaga keamanan di lingkungan NU.
Pengembangan kerja
social kemanusiaan
Jaringan organisasi:
15 Wilayah
110 Cabang
9. Jami'iyyatul
Qurro wal Huffadz (JQH)
Program pokok:
Pengkajian dan
pengembangan seni baca Al-Qur'an.
Pendidikan dan
pembinaan qira'atul Qur'an.
Pengembangan SDM di
bidang tahfidzul Qur'an.
Penyelenggaraan MTQ.
Jaringan organisasi:
27 Wilayah
339 Cabang[5]
7. Nu dan politik
Pertama
kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan
Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan meraih 45 kursi DPR
dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU
dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno.
Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah satu golongan yang aktif
menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.
NU kemudian
menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada
tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde
baru.
Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP. Pada
muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926'
yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.
Namun
setelah reformasi
1998, muncul
partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang
dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa
mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai
Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi
DPR.[6]
Segera
setelah menjadi partai politik, NU harus menghadapi tantangan berat, yaitu amkin
meluasnya pemberontakan yang menyebut dirinya Darul Islam atau Tentara Islam
Indonesia (DI/TII) dibawah pimpinan SM. Kartosuwiryo,[7]
Kartosuwiryo adalah seorang bekas pengurus PSII dan pernah dekat dengan pendiri
PSII.
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari uraian yang sudah disampaikan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) Didirikan pada
16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH.
Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar, Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah Wal
Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim
naqli (skripturalis), Jumlah
warga Nahdlatul Ulama atau basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari
40 juta orang, dari beragam profesi. Sebagian besar dari mereka adalah rakyat
jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi
karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah yang sama, selain itu mereka juga
sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Waljamaah dan pada umumnya mereka memiliki
ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan
rakyat dan cagar budaya NU.
b. Saran
Demikian makalah yang bisa penulis
paparkan, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, dan semoga
dapat menjadi bahan bacaan dalam menambah pengetahuan / wawasan. Demi
kesempurnaan makalah ini kritik dan saran, penulis harapkan dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Sitompul
Einar Martahan, NU dan Pancasila, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2010)
Dijk
C. Van, Daruk Islam: Sebuah Pemberontakan, (Jakarta: Grafiti Press,
1983)
http://aiirm59.blogspot.com/2012/07/makalah-sejarah-nahdlatul-ulama.html Di unduh pada tanggal 24 september 2014
http://ikhsansindu.blogspot.com/2012/04/makalah-sejarah-dan-perkembangan.html Di unduh pada tanggal 24 september 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_'Ulama Di unduh pada tanggal 24 september 2014
[1] http://aiirm59.blogspot.com/2012/07/makalah-sejarah-nahdlatul-ulama.html Di unduh pada
tanggal 24 september 2014
[3] http://ikhsansindu.blogspot.com/2012/04/makalah-sejarah-dan-perkembangan.html Di unduh pada
tanggal 24 september 2014
[5] http://ikhsansindu.blogspot.com/2012/04/makalah-sejarah-dan-perkembangan.html Di unduh pada
tanggal 24 september 2014
[7] C. Van Dijk, Daruk
Islam: Sebuah Pemberontakan, (Jakarta: Grafiti Press, 1983), hlm. 17-18
Biz loyihalarni qo'llab-quvvatlash, qariyalar, ishsizlar, ipoteka va nafaqaxo'rlarga yordam berishga ixtisoslashgan moliya institutimiz bo'lib, to'lov muddati davomida 3% foiz stavkasi bilan.
ReplyDeleteQo'shimcha ma'lumot uchun biz bilan bog'lanishingiz mumkin: mpantgiota@gmail.com