September 17, 2015

Ijtihad Nahdlatul Ulama


MAKALAH USHUL FIQH
NAHDLATUL ULAMA
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah : Ushul Fiqh
Disusun Oleh :
Muhammad Ahsanul Waro     (131311122)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Nahdlatul Ulama’, disingkat NU, artinya kebangkitan ulama’. Yaitu Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama’ pada tanggal 31 Januari 1926/ 26 Rajab 1344 H di Surabaya.[1] Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang eksistensinya memainkan peran penting bagi kehidupan bangsa. NU sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia ikut bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi dalam membangun cita-cita bangsa. Hal ini tidak lain karena kontribusi NU tidak hanya dialamatkan kepada jama’ah NU, tetapi lebih besar dari itu bagaimana NU bisa berkontribusi kepada bangsa.
Sesuai khittah An-Nahdliyyah 1926, NU bertujuan : ikut membangun, mengembangkan insan dan masyarakat Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, adil, berakhlak mulia, tenteram dan sejahtera. Disampingitu, NU juga telah merumuskan konsep mabadi‟ khoiro ummat (prinsip dasar umatterbaik) yang didasarkan pada orientasi moral untuk perubahan sosial ekonomimasyarakat. Pengukuhan moralitas sebagai landasan dalam kehidupan sosial danekonomi masyarakat bertumpu pada ash-shidq (kejujuran) dan al-amanah (tanggung jawab) sehingga tata laku masyarakat dilandasai oleh moralitas yangagung, bukan nafsu serakah menumpuk kekayaan dan kepentingan ego pribadi.

B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah dari NU?
2.      Bagaimana paham keagamaan NU?
4.      Bagaimana Basis Pendukung?
5.      Bagaimana Dinamika NU?
6.      Bagaimana organisasi di dalam NU?
7.      Bagaimana NU dan Politik?

PEMBAHASAN

1.      Sejarah Kelahiran NU
Bagi orang yang kurang akrab dengan NU, jika nama itu disebut, maka akan berasosiasi pada sosok ulama berjubah dan bersorban, yang bergerak perlahan menjaga keanggunan dirinya, yang hanya paham akan hukum-hukum agama saja, dan kalau tampil diarena politik, maka sosok itu akan bertampang kaku. Itu hanya gambar lahiriah saja. Jika kita membalik lembaran sejarah, segera terpampang bahwa NU adalah sebuah organisasi islam yang telah banyak merasakan pergolakan sejarah dan badai perubahan zaman, namun selalu mampu berdiri tegak. Walau kadang agak terhuyung, ia tetap mampu meneruskan perjalanannya.[2]
Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya,  muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.
Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
Untuk menegaskan prinsip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
2.      Paham keagamaan NU
Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.[3] 
4.      Basis pendukung
Berdasarkan lokasi dan karakteristiknya, mayoritas pengikut NU terdapat di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra.[4] Serta jumlah warga Nahdlatul Ulama (NU) atau basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi. Sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.
Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi. Warga NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Jika selama ini basis NU lebih kuat di sektor pertanian di pedesaan, maka saat ini, pada sektor perburuhan di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini.
5.      Dinamika NU
Prinsip-prinsip dasar yang dicanangkan Nahdlatul Ulama (NU) telah diterjemahkan dalam perilaku kongkrit. NU banyak mengambil kepeloporan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa organisasi ini hidup secara dinamis dan responsif terhadap perkembangan zaman. Prestasi NU antara lain:
1)      Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana diwariskan oleh para walisongo dan pendahulunya.
2)      Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah, sehingga umat Islam sedunia bisa menjalankan ibadah sesuai dengan madzhab masing-masing.
3)      Mempelopori berdirinya Majlis Islami A'la Indonesia (MIAI) tahun 1937, yang kemudian ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia berparlemen.
4)      Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis melalui Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.
5)      Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil menempati urutan ketiga dalam peroleh suara secara nasional.
6)      Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) 1965 yang diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.
7)      Memperlopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society di Indonesia sepanjang dekade 90-an.

6.      Organisasi
1)      Tujuan organisasi
Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2)      Usaha organisasi
1.      Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
2.      Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.
3.      Di bidang sosial-budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai ke-Islaman dan kemanusiaan.
4.      Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.
5.      Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
3)      Struktur organisasi
1.      Pengurus Besar (tingkat Pusat).
2.      Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi), terdapat 33 Wilayah.
3.      Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri, terdapat 439 Cabang dan 15 Cabang Istimewa.
4.      Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan), terdapat 5.450 Majelis Wakil Cabang.
5.      Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan), terdapat 47.125 Ranting.
Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:
1.      Mustasyar (Penasihat)
2.      Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
3.      Tanfidziyah (Pelaksana Harian)
Untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:
1.      Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
2.      Tanfidziyah (Pelaksana harian)
3.      Anggota
4)      Lembaga organisasi
Merupakan pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan suatu bidang tertentu. Lembaga ini meliputi:
1.      Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
Program pokok:
Pengembangan organisasi dan SDM di bidang dakwah Islamiyah.
Pengembangan kerukunan antar umat beragama
Penyebarluasan ajaran Islam yang selaras dengan semangat ahlussunah waljama'ah
Penggalangan kegiatan social kemasyarakatan.
Jaringan Organisasi:
28 Wilayah
328 Cabang
2.      Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU)
Program Pokok:
Pengkajian kependidikan
Peningkatan kualitas tenaga pendidik
Pengembangan pendidikan berbasis masyarakat
Pengembangan kurikulum pendidikan yang dapat memadukan ketinggian ilmu pengetahuan dan keluhuran budi pekerti
Pengembangan jaringan kerja yang terkait dengan dunia pendidikan


Jaringan Organisasi:
20 Wilayah
117 Cabang
Jaringan Usaha:
3.885 TK/TPQ
197 SD dan 3.861 MI
378 SLTP dan 733 MTs
211 SLTA dan 212 MA
44 Universitas dan 23 Akademi/Sekolah Tinggi
3.      Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama ( LPKNU )
Program Pokok:
Pengkajian masalah kesehatan
Pendidikan dan pembinaan pelayanan kesehatan
Penggalangan dana bagi para korban bencana alam dan kesehatan
Pengembangan lembaga penanggulangan krisis kesehatan.
Jaringan Organisasi:
27 Wilayah
100 lebih Cabang
4.      Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU)
Program pokok:
Pengkajian ekonomi
Pemetaan potensi ekonomi warga NU Pemberdayaan ekonomi masyarakat
Pelatihan
Jaringan organisasi:
24 Wilayah
207 Cabang
5.      Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU)
Program pokok:
Pengkajian masalah pertanian
Pengembangan sumber daya hayati
Pembinaan dan advokasi pertanian
Pemberdayaan ekonomi petani
Jaringan organisasi:
19 Wilayah
140bang

6.      Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI)
Program pokok:
Pengkajian kepesantrenan
Pengembangan kualitas pendidikan pesantren
Pengembangan peran social pesantren
Pemberdayaan ekonomi pesantren
Jaringan organisasi:
27 Wilayah
323 Cabang
Jaringan usaha:
6.830 Pesantren
7.         Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU)
Program pokok:
Pengkajian sosial keagamaan
Pengembangan wawasan keluarga sejahtera
Pelayanan kesehatan masyarakat
Advokasi kependudukan dan lingkungan hidup
Jaringan organisasi:
22    wilayah
50 lebih Cabang
8.    Lembaga Takmir Masjid Indonesia ( LTMI )
                                    Program pokok:
Pengembangan kualitas manajemen rumah ibadah
Pengembangan aktifitas keagamaan masjid
Peningkatan fungsi social masjid
Jaringan organisasi:
16    ilayah (tingkat propinsi)
9.         Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM)
Program pokok:
Pengkajian sosial, ekonomi, budaya, dan keagamaan
Pengembangan kreatifitas dan produktifitas masyarakat
Pendidikan dan pembinaan perencanaan strategis
Pengembangan program pembangunan sektoral
Jaringan organisasi:
16 Wilayah
60 lebih Cabang
8.                   Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH)
Program pokok:
Pengkajian hukum dan perundang-undangan
Pendidikan kepengacaraan
Advokasi dan penyuluhan hukum
Kampanye penegakan hukum dan HAM
Jaringan organisasi:
1 Wilayah
7 Cabang
9.                   Lajnah Bahtsul Masail (LBM-NU)
Program pokok:
Pengkajian masalah-masalah actual kemasyarakatan
Perumusan dan penyebarluasan fatwa hukum (Islam)
Pengembangan standarisasi kitab-kitab fikih
Jaringan organisasi:
31 Wilayah
339 Cabang
5)      Badan otonom
Merupakan pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu. Badan Otonom ini meliputi:
1.      Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah
Program pokok:
Pengkajian ketarekatan dan keagamaan
Pengembangan ajaran tarekat mu'tabarah di lingkungan NU
Pembinaan praktek tarekat bagi warga NU
Jaringan organisasi:
15 Wilayah
200 Cabang
2.      Muslimat NU
Program pokok:
Pengkaderan dan pengembangan keorganisasian
Pengkajian keperempuanan dan kemasyarakatan
Pengembangan SDM kaum perempuan
Pengembangan pendidikan kejuruan
Pengembangan usaha social dan advokasi perempuan
Jaringan organisasi:
31 Wilayah
339 Cabang
2.650  Anak Cabang (setingkat MWC)
Jaringan usaha:
49 Rumah Sakit, Poliklinik dan Rumah Bersalin
8.522 TK dan TPQ
247 Koperasi (koperasi An Nisa)
Puluhan panti yatim piatu, panti balita, asrama putri, dan Balai Latihan Kerja yang tersebar di berbagai daerah
3.      Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)
Program pokok:
Pengkaderan dan pengembangan keorganisasian
Pengembangan wawasan kebangsaan
Pengembangan SDM di bidang ekonomi, politik, IPTEK, social budaya, dan hukum
Pengembangan jaringan kerja nasional dan internasional
Jaringan organisasi:
30 Wilayah
337 Cabang
Jaringan usaha:
INKOWINA (Induk Koperasi Wira Usaha Nasional)
4.      Fatayat NU
Program pokok:
Pengkaderan dan pengembangan keorganisasian
Kajian kepemudaan dan keperempuanan
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat
Penanggulangan krisis social, terutama menyangkut perbaikan kualitas generasi muda
Jaringan organisasi:
27 Wilayah
334 Cabang
5.      Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
Program pokok:
Pengkaderan dan pengembangan keorganisasian
Pengkajian social kemasyarakatan
Pengembangan kreatifitas pelajar
Penggalangan dana beasiswa bagi pelajar kurang mampu
Pendidikan dan pembinaan remaja penyandang masalah social
Jaringan organisasi:
27 Wilayah
265 Cabang
Jaringan Usaha:
KOPUTRA (Koperasi Putra Nusantara)
6.      Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
Program pokok:
Pengkaderan dan pengembangan keorganisasian
Pengkajian social keagamaan serta masalah remaja dan kepelajaran
Pendidikan dan pelayanan kesehatan remaja
Pengembangan pendidikan bagi pelajar putus sekolah
Jaringan organisasi:
26 Wilayah
7 cabang
7.      Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
Pemetaan dan pengembangan potensi kader terdidik NU
Optimalisasi peran dan mobilitas social warga NU
Pengkajian masalah-masalah keindonesiaan
Pengembangan jaringan kerja nasional dan internasional
Jaringan organisasi:
5 Wilayah
17 Cabang
8.      Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa (IPS Pagar Nusa)
Program pokok:
Pendidikan bela diri pencak silat.
Pembinaan dan pengembangan tenaga keamanan di lingkungan NU.
Pengembangan kerja social kemanusiaan
Jaringan organisasi:
15 Wilayah
110 Cabang 
9.      Jami'iyyatul Qurro wal Huffadz (JQH)
Program pokok:
Pengkajian dan pengembangan seni baca Al-Qur'an.
Pendidikan dan pembinaan qira'atul Qur'an.
Pengembangan SDM di bidang tahfidzul Qur'an.
Penyelenggaraan MTQ.
Jaringan organisasi:
27 Wilayah
339 Cabang[5]

7.    Nu dan politik
Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno. Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah satu golongan yang aktif menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.
NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru. Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.
Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR.[6]
Segera setelah menjadi partai politik, NU harus menghadapi tantangan berat, yaitu amkin meluasnya pemberontakan yang menyebut dirinya Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dibawah pimpinan SM. Kartosuwiryo,[7] Kartosuwiryo adalah seorang bekas pengurus PSII dan pernah dekat dengan pendiri PSII.



PENUTUP
a.       Kesimpulan
Dari uraian yang sudah disampaikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) Didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar, Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis), Jumlah warga Nahdlatul Ulama atau basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi. Sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Waljamaah dan pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.
b.      Saran
Demikian makalah yang bisa penulis paparkan, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, dan semoga dapat menjadi bahan bacaan dalam menambah pengetahuan / wawasan. Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran, penulis harapkan dari pembaca.



DAFTAR PUSTAKA
Sitompul Einar Martahan, NU dan Pancasila, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2010)
Dijk C. Van, Daruk Islam: Sebuah Pemberontakan, (Jakarta: Grafiti Press, 1983)
http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_'Ulama Di unduh pada tanggal 24 september 2014




[2] Einar Martahan Sitompul, NU dan Pancasila, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2010), hlm. 43
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_'Ulama Di unduh pada tanggal 24 september 2014
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_'Ulama  Di unduh pada tanggal 24 september 2014
[7] C. Van Dijk, Daruk Islam: Sebuah Pemberontakan, (Jakarta: Grafiti Press, 1983), hlm. 17-18

1 comment:

  1. Biz loyihalarni qo'llab-quvvatlash, qariyalar, ishsizlar, ipoteka va nafaqaxo'rlarga yordam berishga ixtisoslashgan moliya institutimiz bo'lib, to'lov muddati davomida 3% foiz stavkasi bilan.

    Qo'shimcha ma'lumot uchun biz bilan bog'lanishingiz mumkin: mpantgiota@gmail.com

    ReplyDelete

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates