September 05, 2015

Hadits Periode 6 Ashru At-Tahdib wa At-Tartibi wa Al-Istidraqi wa Al-fami’

PERIODE KE ENAM
ABAD IV SAMPAI PERTENGAHAN ABAD VII HIJRY
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Hadits
Dosen Pengampu : M. Zain Yusuf, Drs. H.,.M.M.


Disusun Oleh :
Maliyatuz Zaniyah                       (131311121)
M. Ahsanul  Waro                        (131311122)
M. Nasik Alhamd                          (131311123)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
PENDAHULUAN
Periode keenam ini dimulai dari abad IV hingga tahun 656 H, yaitu pada abad ‘Abasiyyah angkatan kedua (khalifah Al-Muqtadir sampai Khalifah Al-Mu’tashim ). Periode ini dinamakan Ashru At-Tahdib wa At-Tartibi wa Al-Istidraqi wa Al-fami’.[1]
Ulama-ulama hadis yang muncul pada abad ke-2 dan ke-3, digelari Mutaqaddimin, yang mengumpulkan hadis dengan semata-mata berpegang pada usaha sendiri dan pemeriksaan sendiri, dengan menemui para penghapalnya yang tersebar di setiap plosok dan penjuru negara arab, parsi, dan lain-lainnya.
RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana keadaan politik dalam periode ini ?
2.      Bagaimana kegiatan ulama hadis pada periode ini ?
3.      Apa saja ciri-ciri sistem pembukuan hadits pada periode ini ?
PEMBAHASAN
1.      Keadaan politik Dalam periode ini
Sejak abad ke IV, daulah Islamiyah mengalami kemunduran. Lahirlah beberapa daulah Islamiyah kecil yang takberdaya. Di kawasan barat, Bani Umayyah di Andalusia dipimpin oleh Abdur Rahman An-Nashir menyatakan diri memisahkan dari Daulah Abbasiyah dan mengatakan sebagai Amirul Mukminin juga. Di afrika Utara, golongan Syi’ah Ismailiyah di bawah pimpinan Ubaidillah Al-Mahdi Al-Fathimi mendirikan daulah Fathimiyah. Ubadillah juga menyatakan diri sebagai Amirul Mukminin. Di Yaman, golongan Syi’ah Zaidiyah juga mendirikan daulah sendiri, terpisah dari Daulah Abbasiyah yang ada Di Baghdad. Sedang di Baghdad sendiri, walaupun yang berkuasa secara format dari Bani Abbasiyah, tetapi secara praktis kekuasaan dipegang oleh Bani Ad-Dailamy yang dikenal juga dengan Bani Buwaih. Di Mosul dan Halb, Bani Hamdan mengaku juga sebagai Bani Abbasiyah dan berkuasa di kedua daerah itu.
 Antardaulah Islamiyah tersebut, timbul keinginan saling menguasai. Mereka saling menyerang dan saling mengaku sebagai penguasa tertinggi terhadap daulah Islamiyah yang ada.
Demikian gambaran kecil tentang keadaan dunia. Islam pada masa itu. Dengan gambaran ini telah dapat di bayangkan  betapa lemahnya daulah Islamiyah. Sehingga pada waktu tentara  Tartar (dari bangsa mongol) di bawah pimpinan jengis khan datang menyerbu daulah-daulah Islamiyah, para penguasa Islam sama sekali tidak berdaya lagi. Dan tatkala Holako Khan, cucu jengis Khan menyerbu Baghdad dan membunuh Khalifah dari Bani Abbas, maka sempurnalah keruntuhan kekuasaan Islam yang pernah cermelang di bumi ini. Masa yang sangat memilukan ini, terjadi pada pertengahan abad VII hijry, yang oleh  ahli sejarah, di tetapkan sebagai pemisah antara masa sejarah Islami kuno dengan masa sejarah Islam pertengahan .

2.      KEGIATAN ULAMA HADIST PADA PERIODE INI
Walaupun pada periode ini daulah Islamiyah mulai melemah dan akhirnya runtuh, tetapi kegiatan Ulama dalam melestarikan Hadist tidaklah terlalu terpengaruh. Sebab kenyataanya , tidak sedikit Ulama yang tetap menekuni dan bersungguh-sungguh memelihara dan mengembangkan pembinaan Hadist, sekalipun caranya tidak lagi sama dengan Ulama pada periode sebelumnya.
Sebagimana telah dibahas dalam bab yang lalu, pada abad III  hampir seluruh Hadits Nabi telah berhasil didewankan (dibukukan) oleh para ulama. Oleh karena itu, pada abad IV tinggal sedikit lagi Hadits-hadits shahih yang masih dikumpulkan dan dibukukan. Kitab-kitab Hadits yang telah berhasil disusun pada abad IV dan dari padanya dapat dijumpai Hadits-hadits Shahih di luar dari kitab-kitab Hadits abad III, antara lain adalah:
1.      As-Shahih, susunan Ibnu Khuzaimah (313 H)
2.      Al-Anwa’ wat-Taqsim, susunan Ibnu Hibban (354 H)
3.      Al-Musnad, susunan Abu Awanah
4.      Al-Muntaqa, susunan Ibnu Jarud
5.      Al-Mukhtarah, susunan Muhammad bin Abdul Wahid Al-Maqdisy.
Dengan melihat bahwa para Ulama Hadits pada abad IV tidak lagi banyak yang mengadakan perlawatan ke daerah-daerah seperti yang  telah dilakukan oleh Ulama pada abad III, maka Adz-Dzahaby menjadi penghujung tahun 300 H sebagai batas yang memisahkan antara masa Ulama Mutaqaddimin dengan Ulama Muta’akhirin.
Pada periode keenam ini, Ulama Hadits pada umumnya hanya memperpegangi kitab-kitab hadits yang telah ada, sebab seluruh hadis pada abad IV (awal periode ke enam ini), telah terhimpun dalam kitab-kitab hadis tersebut. Kegiatan ulama yang menonjol dalam memelihara dan mengembangkan hadis nabi yang telah terhimpun dalam kitab-kitab hadis tersebut, adalah :
a)      Mempelajarinya
b)      Menghafalnya
c)      Memeriksa dan menyelidiki sanad-sanadnya
d)     Menyusun kitab-kitab baru  dengan tujuan untuk memelihara, menerbitkan dan menghimpun segala sanad dan matan yang saling berhubungan serta yang telah termuat secara terpisah dalam kitab-kitab yang telah ada tersebut.

3.      CIRI-CIRI SISTEM PEMBUKUAN HADITS PADA PERIODE INI
Ulama hadis pada periode ini, selain menyusun kitab-kitab hadis seperti yang telah ditempuh oleh ulama pada periode sebelumnya, misalnya dengan sistem mushannaf dan musnad, juga menyusun kitab dengan sistem baru. Yakni yang dikenal dengan istilah :
1)      Kitab athraf
Yakni kitab hadis yang hanya menyebut sebagian-sebagian dari matan-matan hadis tertentu kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu, baik sand yang berasal dari kitab hadis yang dikutib matannya itu maupun dari kitab-kitab lainnya. Misalnya :
1.       Athrafus shahihaini, susunan ibrahim Ad-Dimasyqy (wafat tahun 400 H)
2.      Athrafus shahihaini, susunan Abu Muhammad Khalaf Ibnu Muhammad Al-wasithy (401 H)
3.      Athrafus sunanil arba’ah, susunan ibnu Asakir Ad-Dimasyqy (571 H)
4.      Athraful kutubis sittah, susunan Muhammad Ibnu Thahir Al-Maqdisy (507 H)

2)      Kitab mustakhraj
Yakni kitab hadis yang memuat matan-matan hadis yang diriwayatkan oleh bukhari atau Muslim atau kedua-duanya atau lainnya, kemudian si penyusun meriwayatkan matan-matan hadis tersebut dengan sanad sendiri yang berbeda. Misalnya :
1.      Mustakhraj Shahih Bukhori, susunan jurjany
2.      Mustakhraj Shahih Muslim, susunan Abu Awanah (316 H)
3.      Mustakhraj Bukhori-Muslim, susunsn Abu Bakar Ibnu Abdan As-Sirazy (388 H)
3)      Kitab Mustadrak
Yakni kitab Hadits yang mengimpun Hadts-hadits yang memiliki syarat-syarat Bukhori dan Muslim atau yang memiliki salah satu syarat dari keduanya. Misalnya :
1.      Al-Mustadrak, susunan Al-Hakim (321-405 H)
2.      Al-Ilzamat, susunan Ad-Daraquthny (306-385 H)
4)      Kitab Jami’
Yakni kitab Hadits yang menghimpun Hadits-hadits Nabi yang telah termuat dalam kitab-kitab yang telah ada. Misalnya :
a.       Yang menghimpun Hadits-hadits Shahih Bukhori dan Muslim :
1.      Al-Jami’ bainas Shahihaini, susunan Ibnu Furat ( Ismail Ibnu Muhammad) - (414 H)
2.      Al-Jami’ bainas Shahihaini, susunan Muhammad Ibnu Nashr Al-Humaidy (488 H)
3.      Al-Jami’ bainas Shahihaini, susunan Al-Baghawy (516 H).
b.      Yang menghimpun Hadits-hadits Nabi dari Al-kutubus Sittah :
1.      Tajridus Shihah, susunan Razim Mu’awiyah, kemudian disempurnakan oleh Ibnu Atsir Al-Jazary pada kitab yang dierinya judul: Al-Jami’ul Ushul li Ahaditsir Rasul.
2.      Al-Jami’, susunan Ibnu Kharrat (582 H)
c.       Yang menghimpun Hadits-hadits Nabi dari berbagai Kitab Hadits :
1.      Mashabihus Sunnah, susunan Al-Baghawy (516 H), kemudian disaring oleh Al-Khatib At-Tabrizy dengan judul: Misyjatul Mashabih.
2.      Jami’ul Masanid wal Alqab, susunan Abdur Rahman Ibnu Ali Al-Jauzy (597 H). kemudian kitab ini diterbitkan oleh Ath-Thabary (964 H).
3.      Bahrul Asanid, susunan Al-Hasan Ibnu Ahmad As- Samarqandy (491 H).[2]

KESIMPULAN
Jadi Periode keenam ini dimulai dari abad IV hingga tahun 656 H, yaitu pada abad ‘Abasiyyah angkatan kedua (khalifah Al-Muqtadir sampai Khalifah Al-Mu’tashim ). Periode ini dinamakan Ashru At-Tahdib wa At-Tartibi wa Al-Istidraqi wa Al-fami’.

PENUTUP
Demikian makalah yang dapat pemakalah sampikan. Pemakalah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kesalahan dan kekurangan. Untuk itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk mencapai kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pelajaran kepada kita semua. Amin....



DAFTAR PUSTAKA
Suryadi, Agus dan Solahudin. 2008. Ulumul Hadits. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Ismail, Syuhudi. 1991. Pengantar Ilmu Hadits. Bandung: ANGKASA.



[1]  Umarie. Op.cit. hlm. 20. Lihat Ash-Shiedieqy. Op.cit. hlm. 114-126.
[2] Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, (Bandung: Angkasa, 1991), hlm. 122.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates