Epistemologi Axiologi Ilmu Dakwah
EPISTEMOLOGI
DAN AXIOLOGI ILMU DAKWAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar
Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Jauharotul Farida, M.Ag.
Disusun Oleh :
Gabriella 131311103
Naili
Mufrodah 131311113
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Ilmu dakwah adalah kumpulan
pengetahuan yang membahas masalah dan segala hal yang timbul atau mengemuka
dalam interaksi antarunsur dari sistem dakwah agar diperoleh pengetahuan yang tepat
dan benar mengenai kenyataan dakwah.[1] Epistemologi adalah cabang dari filsafat
yang membahas persoalan apa dan bagaimana cara seseorang memperoleh
pengetahuan.[2]
Sedangkan aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari cara-cara yang
berbeda dimana suatu hal dapat baik atau buruk dan hubungan nilai dengan
menilai di satu pihak dan dengan fakta-fakta eksistensi objektif di pihak lain.
Pada setiap jenis pengetahuan filsafat mempunyai ciri-ciri yang spesifik
mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa
(aksiologi)pengetahuan tersebut digali dan dikembangkan. Jika membicarakan
epistemologi ilmu,maka seharusnya dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi,
sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme
pemikiran. Jika terdapat obyek pemikiran –dalam konteks ini adalah
ontologi ilmu dakwah, yakni ilmu komunikasi danpenyiaran Islam, ilmu bimbingan
dan konseling Islam, dan ilmu pengembangan masyarakat Islam, tetapi jika tidak
didapatkan cara-cara berpikirnya (epistemologinya), maka obyek pemikiran itu
akan ”diam” saja sehingga tidak diperoleh pengetahuan apa pun. Sekiranya obyek
pemikiran ada, cara-cara berpikir juga ada, tetapi tidak diketahui manfaat apa
yangbisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu (aksiologinya), maka hanya
akan sia-sia.[3]
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa yg dimaksud
dengan Ilmu Dakwah dalam Perspektif Epistemologi?
B. Apa yg dimaksud dengan Ilmu Dakwah dalam Perspektif Axiologis?
PEMBAHASAN
A.
Ilmu Dakwah
dalam Perspektif Epistemologi
Epistemologi adalah teori pengetahuan. Menurut
bahasa Yunani (episteme) berarti pengetahuan, (logos) berarti teori.
Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang membahas persoalan apa dan
bagaimana cara seseorang memperoleh pengetahuan.[4]
Epistemologi dakwah adalah usaha seseoarang untuk menelaah masalah - masalah,
objectivitas, metodologi, sumber, serta validitas pengetahuan secara mendalam
dengan menggunakan dakwah sebagai subyek bahasan (titik tolak berfikir).[5]
1.
Sumber Dakwah
dan Ilmu Dakwah
Struktur keilmuan dakwah berkaitan dengan kerangkja
berfikir ( filosofis ) mengenai unsur-unsur dakwah, kerangka berfikir (teknis),
mengenai interksi antara unsur yang melahirkan problem dakwah sebagai objek
kajian–kajian keilmuan dakwah. Pengetahuan dari teori dakwah yang berkaitan
dengan realitas dakwah dari intraksi dua unsur tersebut bersumber dari wahyu (
otoritas ) dan akal ( intuisi ). Hal itu sejalan dengan cakupan doktrin islam
yang meliputi Al Qur’an, hadits dan sejarah islam.
Beberapa definisi ilmu dakwah menekankkan pada aspek dakwah sebagai realitas dakwah,
bukan dakwah sebagai kewajiban setiap muslim. Pandangan dakwah sebagai
kewajiban akan mengarahkan ilmu dakwah sebagai kajian normative. Kajian dakwah
melibatkan naskah Al Qur’an dan as sunnah sebagai pijakan utama.
Dari dua pandangan diatas dapat di ambil suatut
kesimpulan yang mendasari ataupun sumber utama dakwah dan ilmu dakwah itu
sendiri ialah sumber pada Al Qur’an dan As sunnah sebangai pijakan utama dalam
dakwah tersebut.
2.
Metodologi
Keilmuan Dakwah
Metodologi dapat diartikan studi
tentang metode pada umumnya, baik metode ilmiah atau bukan. Merujuk pada
pemikiran Syukradi Sambas, metode ilmu dakwah berakar pada al-Nazhariyah
al-Syumuliah Al-Qur’aniyah, yaitu pemikiran holistik berdasarkan petunjuk
Al-Qur’an. Al-Nazhariyah al-Syumuliah Al-Qur’aniyah memadukan aliran teori
pengetahuan seperti empirisme, rasionalisme, kritisisme dan mistisisme yang
menjadi metode ilmu dakwah dengan garis besar meliputi :
a.
Metode
Istinbath, yaitu proses penalaran dalam memahami dan menjelaskan hakikat dakwah
dari Al-Qur’an dan hadits yang produknya berupa teori utama ilmu dakwah
Istinbath Relevan.
b.
Metode Iqtibas,
yaitu proses penalaran dalam memahami dan menjelaskan hakikat, realitas dan
denotasi dakwah dari islam yang secara empiris hidup di masyarakat ilmu-ilmu
sosial dipakai sebagai ilmu bantu dalam penerapan dan penggunaan metode ini.
c.
Metode Istiqra,
yaitu proses penalaran dalam memahami dan menjelaskan hakikat dakwah melalui
penelitian kualitatif dan atau kuantitatif dengan mengacu pada teori turunan
dari teori utama ilmu dakwah.[6]
Amrullah Achmad (1985) menjelaskan
beberapa metode ilmu dakwah yang dapat dipikirkan atas tindak lanjut dari
metode iqtibas dan istiqra. Metode ilmu dakwah yang dimunculkan sebagai
berikut:
a.
Metode keilmuan
dakwah dengan menggunakan pendekatan analisis sistem
b.
Metode
historis, yaitu metode ilmu dakwah dengan menggunakan pendekatan ilmu sejarah.
c.
Metode
reflektif, yaitu suatu proses verifikasi prinsip-prinsip serta konsep-konsep
dasar dakwah yang dipengaruhi refleksi pandangan dunia tauhid sebagai suatu
paradigma.
d.
Metode riset
dakwah partisipatif, menekankan kajiannya dengan menggunakan pendekatan
empiris.[7]
3.
Struktur Teori
Dakwah
Teori dakwah adalah konseptualisasi
mengenai realitas dakwah. Teori dakwah tidak lain berupa akumulasi dari hasil
penelitian yang telat teruji kebenarannya mengenai objek formal ilmu dakwah.
Syukriadi Sambas membagi teori dakwah berdasarkan metode nadzariah syumuliah
qur’aniyah sebagai berikut :
a. Teori citra, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath, iqtibas
dan istiqra mengenai da’i.
b. Teori pesan, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath, iqtibas
dan istiqra mengenai pesan dakwah.
c. Teori efektivitas, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath,
iqtibas dan istiqra mengenai metode dan media dakwah.
d. Teori medan dakwah, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath,
iqtibas dan istiqra mengenaiberbagai persoalan mad’u.
e. Teori dakwah nafsiyah, yaitu proposisi sebagai hasil dari
istinbath, iqtibas dan istiqra mengenai proses dakwah nafsiyah, yang merupakan
dakwah yang terjadi di dalam diri seseorang.
f.
Teori dakwah
fardliyah, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath, iqtibas dan istiqra
mengenai proses dakwah yang terjadi ketika da’i dan mad’unya bersifat
perseorangan dalam bentuk tatap muka.
g. Teori dakwah fi’ah, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath,
iqtibas dan istiqra mengenai proses dakwah dimana da’inya perorangan
sedangngkan mad’unya terdiri dari 3-20 orang yang berlangsung tatap muka dan bersifat
dialogis.
h. Teori dakwah hizbiyah, yaitu proposisi sebagai hasil dari
istinbath, iqtibas dan istiqra mengenai proses dakwah yang da’inya perseorangan
dan mad’u terdiri dari sekelompok orang yang terorganisasi.
i.
Teori dakwah
ummah, yaitu proposisi yang dimaksud dari penerapan metode istinbath, iqtibas
dan istiqra mengenai dakwah ummah, dimana proses dakwah da’inya perorangan dan
mad’unya sejumlah orang banyak, baik tanpa maupun dengan menggunakan media masa
dan bersifat monologis.
j.
Teori dakwah
qabaliyah, yaitu proposisi sebagai hasil penelitian dengan menerapkan metode
istinbath, iqtibas dan istiqra mengenai proses dakwah yang terjadi antar suku
dan budaya yang berlainan mad’u dan da’inya.
k. Teori dakwah syu’ubiyah, yaitu proposisi sebagai hasil penerapan metode
istinbat,iqtibas, dan istiqra dalam penelitian dakwah antar bangsa, dimana da’I
dan mad’unya berlainan suku bangsa dan budaya tidak dalam satu kesatuan wilayah
kebangsaan.[8]
Menurut teori tahapan dakwah, Rasulullah dan para
sahabatnya telah berdakwah dalam tiga tahapan dakwah, yaitu tahapan takwin,
tandzim, dan pendelegasian. Adapun tahap-tahap berikut adalah :
a. Tahap takwin adalah tahap pembentukan masyarakat dakwah dalam bentuk
internalisasi dan sosialisasi ajaran tauhid.
b. Tahapan tandzim adalah ( tahap penatapan dakwah ) . Tahap ini merupakan
hasil internalisasi dan sosialiasasi ( eksternalisasi ) yang telah di lakukan
pada tahapan petama.
c. Tahap pendelegasian adalah tahap pelepasan dan kemandirian. Tahap ini di
repsentasikan dalam penyelenggaraan haji wadah.
Stuktur teori dakwah berkaitan dengan pemberian kerangka
berfikir ( filosofis) mengenai unsur-unsur dakwah, kerangaka berfikir ( teoritis ) mengenai konteks
dakwah dan kerangka berfikir ( teknis ) mengenai interaksi antara unsur yang
melahirkan problem dakwah sebagai kajian ilmu dakwah.
4.
Struktur
Keilmuan Dakwah
Struktur keilmuan dakwah berkaitan
dengan memberikan kerangka berpikir (filosofis)
mengenai unsur-unsur dakwah,kerangka berfikir (teoritis) mengenai konteks dakwah dan kerangka berfikir (teknis) mengenai interaksi antar unsur yang melahirkan problema dakwah sebagai objek
kajian cabang-cabang keilmuan dakwah. Ilmu dakwah dibagi atas dua kategori :
a.
Ilmu dakwah
teoritik, yaitu salah satu disiplin ilmu dakwah yang berusaha memberikan
kerangka teori dan metodologi dakwah islam. Berfungsi memberikan dasar-dasar
teoritik dan metodologik keahlian dakwah islam. Ilmu dakwah ini memberikan
prinsip-prinsip, paradigma dan kerangka teoritik, antara lain : Filsafat
dakwah, Epistemologi dakwah, Sejarah dakwah, Sistem dakwah dan lain-lain.
b.
Ilmu dakwah
terapan (teknologi dakwah), yaitu salah satu disiplin ilmu dakwah yang berusaha
memberikan kerangka teknis operasional kegiatan dakwah islam. Berfungsi
memberikan kemampuan teknis keahlian profesi dakwah islam. Menurut
Syukriadi Sambas, ilmu dakwah terapan terdiri dari tiga kelompok utama, yaitu ilmu tabligh
islam,ilmu pengeembangan masyarakat islam, dan ilmu menejemen dakwah.
B. Ilmu Dakwah dalam Perspektif Axiologis
Dalam kaitannya
dengan ilmu pengetahuan, aksiologi dapat
dipahami sebagai bidang telaah terhadap ilmu yang mempertanyakan tujuan
ilmu : apakah teori ilmu itu hanya merupakan penjelasan objektif terhadap
realitas, atau teori ilmu merupakan pengetahuan untuk mengatasi berbagai
masalah yang relevandengan realitas bidang kajian ilmu yang bersangkutan.[9] Menurut
Sambas, aksiologi ilmu dakwah adalah:
a. Mentransformasikan dan menjadi manhaj (kaifiyyah)
serta mewujudkan ajaran islam menjadi tatanan khoiru-ummah.
b. Mentransformasikan iman menjadi amal sholeh jamaah
c. Membangun dan mengembalikan tujuan hidup manusia,,
meneguhkan fungsi khilafah manusia menurut Al-Qur’an dan sunnah, oleh karena
itu ilmmu dakwah dapat dipandang sebagai perjuangan ummat islam dan ilmu
rekayasa masa depam umat dan peradaban manusia.[10]
1.
Memahami Kebenaran
Dalam Al-Qur’an, Kebenaran itu disebut dengan istilah al-haq.Dipakai
untuk menunjuk Allah dan suatu pengertian yang berlawanan dengan arti istilah
batil dan halal. Seperti pada QS Yunus [10]:32
“Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah, Tuhan kamu yang al-haq. Maka tidak
ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimana kamu dipalingkan
(dari kebenaran).”
Kebenaran itu milik Allah ,datang dari Allah, bersifat abadi,, sangat nyata
dan tidak pernah membuat celaka bagi umat manusia khususnya. Kebenaran bisa
mewujud dalam aturan keadilan yang memisahkan
antarsesama manusia, mendistribusikan hak dan kewajiban secara adil,
memberikan sekaligus membela masing-masing individu, keluarga dan masyarakat.
Kebenaran juga mewujud pada aturan keutamaan iyang menjadi batas-batas mana
yang bersih dan kotor.[11]
2.
Persoalan Rekayasa Masa
Depan
Perubahan sosial adalah perubahan dlm segi struktur
dan hubungan sosial. Bisa tidaknya perubahan sosial diramalkan, masih menjadi
perdebatan di kalangan ilmuwan sosial. Istilah dakwah mengandung penolakan
esensial terhadap ide determinisme mutlak dari sejarah dan teologis. Maka
ilmuwan dakwah sepakat bahwa arah perubahan sosial dapat diramalkan, diarahkan
dan direncanakan.
Dalam QS Al-Hadid [57]:25 terkandung istilah yang
dipahami Jalaludin Rakhmat sebagai tiga cara Rasulullah SAW merekayasa umatnya,
yakni :
a. Al-Kitab, yaitu mengembalikan umat manusia pada fitrali kemanusiaan dan
nilai-nilai ilahiyah.
b. Al-Mizan, yaitu mengembangkan argumentasi rasional dan akal sehat agar
tercipta kejernihan pola pikir.
c. Al-Hadid, yaitu berusaha memiliki kekuasaan yang sepenuhnya digunakan untuk
menegakkan keadilan, seperti yang telah diberikan Allah SWT kepada Rasulullah
SAW.
3.
Persoalan Nilai-Nilai
Islam
Al-Qur’an dipercaya memuat nilai-nilai tertinggi yang
ditetapkan oleh Allah SWT, dan merupakan nilai resmi dariNya. Nilai yang
termuat dalam Al-Qur’an “ada di langit” dan dakwah adalah upaya “menurunkan”
dan menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an membudaya di kehidupan masyarakat. Kebenaran ilmu dakwah maupun kebenaran
dakwah sebagai objek kajian keilmuan pada dasarnya terlihat konsisten dan
besifat khas. Maka dakwah senantiasa menuntut ketegasan tentang kebenaran dari
orang yang percaya atas kebenaran teologis tertentu apalagi bermaksud
menyampaikannya kepada orang lain maka harus ditunujukan secara konsisten dalam
menjalani ritual dengan Allah sebagai puncak kebenaran dan sekaligus secara
konsisten mengaktualisasikannya kedalam hubungan antar makhluk secara harmonis,
dari sudut empirik ada dua yang diyakaini sebagai nilai dakwah, yaitu:
a.
Nilai Kerisalahan dari aspek risalahan dakwah dilihat sebagai penerus,
penyambung, dan penerapan fungsi dan tugas rasul yaitu menyerukan
kebenaran, kesadaran, kebebasan dan keselamatan rakyat agar terhindar dari
marabahaya dan mengajak mereka menuju kehidupan yang berperadaban. Seperti di
contohkan nabi, maka seorang da’i mengemban tugas yang sangat berat sebagai
agen pembangunan yang berkewajiban menyampaikan ajaran islam kepada umat manusia
dan menjaga umat agar tidak tergelincir dalam jurang bahaya.
b. Nilai Rahmat dalam dakwah yaitu
ajaran islam harus memberikan manfaat bagi kehidupan umat ( petunjuk hati, obat
spiritual, mengantarkan hidup yang sejahtera lahir batin ) atau “memberikan rahmat dalam kehidupan umat”
(Q.S. [21] : 107 ). Berkaitan fungsinya sebagai rahmat adalah sejauh mana
konsep-konsep dan teori-teori ilmu dakwah memberikan kontribusi bagi kehidupan
manusia.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sumber ilmu dakwah pada dasarnya sama dengan sumber ilmu lain yaitu
akal, intuisi, indra, dan otoritas. Namun sumber utama dakwah dan
ilmu dakwah itu sendiri ialah sumber pada Al Qur’an dan As sunnah sebagai
pijakan utama dalam dakwah tersebut.Secara operasional metode riset dakwah perspektif memiliki prosedur yaitu
: peneliti/da’i yang melakukan generalisasi atas fakta dakwah dalam perspektif
sejarah dan melakukan kritik atas teori-teori dakwah yang ada;peneliti/da’i
yang menyusun analisis kecenderungan masalah, sistem, metode, pola
pengorganisasian dan pengelolaan kdakwah yang terjadi di masa lalu,kini
dan kemungkinan di masa datang. Syukriadi Sambas membagi teori
dakwah berdasarkan metode nadzariah syumuliah qur’aniyah yaitu teori citra, pesan,
evektivitas,medan dakwah, dakwah nafsiyah, dakwah fardliyah, dakwah fi’ah,
dakwah hizbiyah, dakwah ummah, dakwah qabailiyah, dan dakwah syu’ubiyah. Ilmu dakwah dibagi atas dua kategori yaitu ilmu dakwah teoretik dan ilmu dakwah
terapan.
Kebenaran ilmu dakwah harus dipakai untuk membela, menegakkan, dan
melestarikan kebenaran.Tata nilai isalm yang akan ditanamkan ,didasrkan pada
pengetahuan yang mendalammengenai realitas yang ada di masyarakat, yang
diperoleh antaralain melalui study literaturkeagamaan yang bersifat normatif
dan historis yang memungkinkan diperoleh simbol-simbol baru sebagai pengganti
dari simbol-simbol lama yang tidak islami.
B.
SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Kami
menyadari dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Maka dari itu kritik
dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dan berikutnya. Besar harapan kami semoga makalah ini bisa memberikan banyak
manfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemakalah pada khususnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanuddin. (1977).The Liang Gie, Suatu Konsepsi Ke Arah
Penertiban Bidang
Filsafat. terj. Ali Mudhofir.Yogyakarta: Karya Kencana.
Nasution, Harun. (1973). Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Qardhawi, Yusuf.(1983). Dakwah Islam di Masa Depan, Bagaimana Dakwah di
Kalangan Intelektual dan Teknokrat. Yogyakarta: PLP2M.
Runes, Dagobert D. (1975).Dictionary
of Philosophy .Totawa-New Jersey: Litlefield, Adam
& Co.
Sambas, Syukriadi. (1999) . Sembiln Pasal Pokok-pokok Filsafat Dakwah. Bandung: KP HADID.
Saputra,
Wahidin. (2011). Pengantar
Ilmu Dakwah .Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
-------------------------.(1999). Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial.Jakarta: Gema Insani Press.
http://kompi12.wordpress.com/2012/10/11/pengertian-dan-ruang-lingkup-ilmu-dakwah/
diakses pada tanggal 18 Maret 2014 pukul 21.45
http://nurhayaniikom.blogspot.com/2014/01/makalah-epistemologi-ilmu-dakwah.html.
diunduh tanggal 18 Maret 2014 pukul 21.10
[1] Drs.
Wahidin Saputra, M.A. Pengantar Ilmu
Dakwah (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011) hlm.100
[2] Harun Nasution, Filsafat Agama,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1973),hal 10.
[3] http://nurhayaniikom.blogspot.com/2014/01/makalah-epistemologi-ilmu-dakwah.html. diunduh
tanggal 18 Maret 2014 pukul 21.10
[4]
http://kompi12.wordpress.com/2012/10/11/pengertian-dan-ruang-lingkup-ilmu-dakwah/ diakses pada tanggal 18 Maret 2014 pukul 21.45
[5]http://nurhayaniikom.blogspot.com/2014/01/makalah-epistemologi-ilmu-dakwah.html diunduh pada tanggal 18 Maret 2014 pukul 22.00
[6]
Syukriadi Sambas, Sembiln Pasal
Pokok-pokok Filsafat Dakwah, (Bandung: KP HADID :1999) Hlm.91-92
[7]
Syukriadi Sambas, Sembilan Pasal
Pokok-pokok Filsafat Dakwah.
[8]
Syukriadi Sambas, Sembiln Pasal
Pokok-pokok Filsafat Dakwah, (Bandung: KP HADID :1999)
[9] Bustanuddin Agus, The Liang Gie, Suatu
Konsepsi Ke Arah Penertiban Bidang Filsafat, terj. Ali Mudhofir,
(Yogyakarta: Karya Kencana, 1977), hal. 144-145. Pengembangan Ilmu-Ilmu
Sosial,( Jakarta: Gema Insani Press,1999), hlm. 109.
[10]
Syukriadi Sambas, Sembiln Pasal
Pokok-pokok Filsafat Dakwah, (Bandung: KP HADID :1999)
[11] Yusuf Qardhawi,op.cit.,hlm. 17-18.
Hidayat Nataatmadja,”Dakwah Islam di Masa Depan, Bagaimana Dakwah di
Kalangan Intelektual dan Teknokrat”, dalam Amrullah Achmad (ed.), Dakwah
Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: PLP2M.,1983), HLM 52-57.
0 komentar:
Post a Comment