September 07, 2015

Ontologi Ilmu Dakwah

ONTOLOGI ILMU DAKWAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu: Dra.Hj.Jauharotul Farida, M.Ag


Disusun Oleh :
Nis Himayah        (131311114)
Sugeng Riyadi      (131311107)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

A.       Latar Belakang Masalah
            Ketika berbicara tentang landasan otologis dakwah, maka kita akan menelaah apa yang hendak diketahui melalui penelaah itu, karena ontologi dalam tataran filsafat merupakan sebuah cabang filsafat yang berdiri sendiri dan berusaha mengungkap ciri-ciri segala yang ada, baik ciri-ciri yang universal maupun yang khas.
            Ontologi juga sebagai suatu telaah teoritis, yaitu himpunan terstruktur yang primer dan basic. Ontologi merupakan akar dari ilmu sains atau dasar dari kehidupan sains, yang mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak. Dasar ontologi dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi obyek penelahan ilmu.[1]
            Ontologi  menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fudamental dan cara-cara yang berbeda dalam entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan (seperti obyek-obyek fisis, hal universal, abstraksi, bilangan, dll) dapat dikatakan ada. Dalam kerangka tradisional, ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum mengenai hal yang ada. Ontologi berusaha mengungkapkan makna eksistensi, tidak termasuk mengenai persoalan asal mula, perkembangan dan struktur kosmos (alam semesta) yang merupakan titik perhatian dari kosmologi.[2]

B. Rumusan Masalah
1.                  Apa pengertian ontologi?
2.                  Bagaimanakah sejarah perkembangan ontologi itu?
3.                  Apa yang menjadi obyek kajian ilmu dakwah?
4.                  Bagaimana perspektif ontologi terhadap ilmu dakwah?



PEMBAHASAN

A.          Pengertian Ontologi 
Ontologi berasal dari dua kata on dan logi artinya ilmu tentang ada. Ontologi adalah teori tentang ada dan realitas. Meninjau persoalan secara ontologis adalah mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realitas. Jadi ontologi adalah bagian dari metafisika yang mempelajari hakikat dan digunakan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan atau dengan kata lain menjawab dengan pertanyaan apakah hakekat ilmu itu. Ontologi meliputi permasalahan apa hakekat ilmu itu, apa hakekat kebenaran dan kenyataan yang inbern dengan pengetahuan yang tidak terlepas dari persepsi kita tentang apa dan bagaimana ilmu itu.
 Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan ( seperti objek-objek fisis, hal universal, abstraksi, bilangan dan lain-lain) dapat dikatakan ada. Dalam kerangka tradisional, ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum mengenai hal “ada”, sedangkan dalam pemakainya pada akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai “apa yang ada”. Ontologi berusaha mengungkapkan makna eksistensi, tidak termasuk mengenai persoalan asal mula perkembangan dan struktur kosmos (atau alam semesta) yang merupakan titik perhatian dari kosmologi.
Ontologi dalam Dakwah Islam adalah pemahaman atau pengkajian tentang wujud hakikat dakwah islam dalam mengkaji problem ontologis dakwah yang juga menjadi perhatian filsafat dakwah selain ilmu-ilmu lainnya.[3]
                                                                                             
B.           Sejarah Perkembangan Ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri). Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang: kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak? Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum. Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
            Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme. Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
         yang-ada (being)
         kenyataan/realitas (reality)
         eksistensi (existence)
         esensi (essence)
         substansi (substance)
         perubahan (change)
         tunggal (one)
         jamak (many)
            Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).

C.        Obyek Kajian Ilmu Dakwah
            Dakwah dalam praktiknya merujuk pada fitrah manusia karena dalam fitrah itulah ada kebenaran yang dengan begitu kebenaran akan hadir pada diri mad’u dan diterimanya dengan ketulusan. Hakekat dakwah adalah mengajak manusia kembali kepada hakikat yang fitri yang tidak lain adalah jalan Allah Swt, serta mengajak manusia untuk kembali kepada fungsi dan tujuan hakiki keberadaannya dalam bentuk mengimani ajaran kebenaran dan mentransformasikan iman menjadi amal shaleh.
            Ilmu dakwah pada hakikatnya adalah ilmu yang menyadarkan dan mengembalikan manusia pada fitrahnya, pada fungsi dan tujuan hidup manusia menurut islam. maka, ilmu dakwah adalah ilmu transformasi untuk mewujudkan ajaran yang bersifat fitri (islam) menjadi tatanan khairul al-Ummah atau mewujudkan iman menjadi amal saleh kolektif yang tumbuh dari kesadaran intelektual yang sepenuhnya berpihak kepada kemanusiaan.
            Obyek material ilmu dakwah, menurut penjelasan Cik Hasan Bisri adalah unsure substansial ilmu dakwah yang terdiri dari enam komponen, yaitu da’i, mad’u, metode, materi, media, dan tujuan dakwah. Sedangkan obyek forma ilmu dakwah adalah sudut pandang tertentu yang dikaji dalam disiplin utama ilmu dakwah, yaitu disiplin tabligh, pengembangan masyarakat islam dan managemen dakwah.
Amrullah achmad berpendapat[4], obyek material ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran islam (Al-Qur’an dan as-sunnah), hasil ijtihad, dan realisasinya dalam system pengetahuan, tekhnologi, social, hokum, ekonomi, pendidikan dan lainya, khususnya kelembagan islam. Obyek formanya yaitu kegiatan mengajak umat manusia supaya kembali dalam seluruh aspek kehidupannya.[5]
            Obyek yang dikaji dalam ilmu dakwah berkaitan dengan obyek kajian ilmu-ilmu keislaman, ilmu-ilmu social, dan perilaku-perilaku teknologis lainnya.Obyek forma kajian ilmu dakwah adalah kegiatan manusia yang memihak dan menerapkan ke dalam segi-segi kehidupan umat manusia, Ajaran Islam sebagaimana dipahami dari sumber-sumber pokoknya, termasuk nilai-nilai kebenaran, dan kemanusiaan.Upaya yang menjadi obyek forma ilmu dakwah itu berfungsi untuk mengembalikan manusia dalam garis fitrah mereka.Secara kategoris, obyek forma ilmu dakwah adalah ruang persentuhan antara perilaku keagaman, perilaku keislaman, dan perilaku tekhnologis dalam dimensi ruang dan waktu. Secara terperinci, obyek formal ilmu dakwah itu terdiri dari realitas dakwah berupa proses interaksi unsur-unsur dakwah.[6]

D.    Perspektif Ontologi terhadap Ilmu Dakwah
Ontologi adalah cabang metafisika mengenai realitas yang berusaha mengungkap ciri-ciri segala yang ada, baik ciri-ciri yang universal, maupun yang khusus.ontologi suatu telaah teoritis adalah himpunan terstruktur yang primer dan basic dari jenis-jenis entitas yang dipakai untuk memberikan penjelasan dalam seperti itu, jadi landasan ontology suatu pengetahuan mengacu apa yang digarap dalam penelaahannya, dengan kata lain apa yang hendak diketahui melalui kegiatan penelahan itu.
Seperti disebut di atas yaitu bahwa landasan ontologi adalah menelaah apa yang hendak diketahui melalui penelahan itu, dengan kata lain apa yang menjadi bidang telaah ilmu dakwah. Berlainan dengan agama, maka ilmu dakwah mengatasi dirinya kepada bidang-bidang yang bersifat empirik dan pemikiran objek ini tentunya berkaitan dengan aspek kehidupan manusia, sosial, kehidupan agama, pemikiran budaya, estetika dan filsafat yang dapat diuji atai diverifikasi. Ilmu dakwah mempelajari dan memberikan misi yang berkaitan dengan Islam bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan objek yang ditelaah, maka ilmu dakwah dapat disebut sebagai suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya empirik maupun pemikiran.secara garis besar ilmu dakwah mempunyai tiga asumsi mengenai objeknya. Asumsi pertama bahwa objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, berdasarkan ini maka kita dapat mengelompokan beberapa objek dalam kegiatan yang serupa kedalam satu golongan. Asumsi kedua bahwa kegiatan ilmu dakwah disamping menyampaikan misi ajaran islam juga mempelajari tingkah laku satu objek dalamkegiatan tertentu. Asumsi ketiga bahwa suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan-urutan kejadian yang sama, disamping asumsi-asumsi tersebut dakwah sebagai ilmu atau ilmu dakwah, mengandung dua aspek yang pokok yaitu aspek fenomental dan aspek structural.
Aspek fenomental menunjukan ilmu dakwah yang mengewejantahkan dalam bentuk masyarakat proses dan produk, sebagai masyarakat atau kelompok “elit” yang dalam kehidupan kesehariannya begitu mematuhi kaidah-kaidah ilmiah ynag menurut paradigma Mertan disebut universalisme, komunise,disent erestedn ess, dan skepsisme yang teratur dan terarah sebagai proses ilmu dakwah menampakan diri sebagai aktivitas atau kegiatan kelompok elit dalam upayanya menggali dan mengembangkan ilmu melalui penelitian, ekspedisi, seminar, kongres dan lain-lainnya, sedangkan sebagai produk ilmu dakwah dan menghasilkan berupa teori, ajaran, paradigma, temuan-temuan dan lain sebagainya disebar luaskan melalui karya-karya publikasi dan kemudian diwariskan kepada madsyarakat dunia.
Aspek struktural menunjukan bahwa ilmu dakwah disebut sebagai ilmupengetahuan apabila didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1.      Sasaran yang dijadikan objek untuk diketahui.
2.      Objek sasaran ini terus menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode) tertentu tanpa mengenal titik henti. Adalah suatu cara paradiks bahwa ilmu pengetahuan yang akan terus berkembang justru muncul permasalahan-permasalahan baru yang mendorong terus dipertanyakan.
3.      Ada alasan mengapa Geganstand terus dipertanyakan.
4.       Jawaban yang diperoleh kemudian dikumpulkan dalam sebuah sistem.
Disamping aspek-aspek tersebut, maka berbicara strategi perkembangan ilmu dakwah dapat dilihat kedalam beberapa hal, bahwa ilmu dan konteks dengansience sehingga menimbulkan adanya gagasan baru yang actual dan relevan, sedangkan yang berpendapat bahwa ilmu lebur dalam konteks. Tidak saja merefleksikan tetapi juga memberi dasar pembaharuan bagi konteks.
Hal itu tidak dapat dipungkiri bahwa kini sangat dirasakan urgensinya untukmenjelaskan dan mengarahkan perkembangkan ilmu dakwah atas dasar context ofdiscovery dan tidak hanya berhenti atas dasar context of justification.
Strategi pengembangan ilmu dakwah yang paling tepat, kiranya adalah sebagaiberikut:
1.      Visi orientasi filosofiknya diletakkan pada nilai-nilai islam didalam mengahadapi masalah-masalah yang harus dipecahkan sebagai data/fakta objektif dalam satu kesatuan interogrative.
2.      Visi dan orientasi oprasionalnya diletakkan pada dimensi sebagai berikut:
a)      Tehologis dalam arti bahwa ilmu dakwah hanya sekedar sarana yang memang harus kita pergunakan untuk mencapai suatu leleos (tujuan), yaitu sebagaimana ideal kita kita untuk mewujudkan cita-cita masyarakat ilsmai.
b)      Etis dalam arti bahwa ilmu dakwah kita harus oprasionalkan untuk meningkatkan, sebab manusia hidup dalam relasi baik dengan sesama maupun dengan masyarakat yang menadi ajangnya. Peningkatan kualitas manusia harus diintegrasikan kedalam msayarakat yang juga harus ditigkatkan kualitas strukturnya.
Menurut Sukriadi Sambas[7], kajian ontologi keilmuan ilmu dakwah yaitu mencakup haikat/keapaan dakwah, hakikat ilmu dakwah itu dapat dirumuskan sebagai kumpulan pengetahuan yang berasal dari Allah dan kemudian dikumpulkan oleh umat Islam secara sistematis dan terorganisir yang membahas interaksi antar unsur dalam sistem melaksanakan kewajiban dengan maksud mempengaruhi, pemahaman yang tepat mengenai kenyataan dakwah sehingga akan dapat diperoleh susunan ilmu yang bermanfaat bagi tugas pedakwah dan khalifah umat Islam.[8]
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ontologi berasal dari dua kata on dan logi artinya ilmu tentang ada. Ontologi adalah teori tentang ada dan realitas. Jadi ontologi adalah bagian dari metafisika yang mempelajari hakikat dan digunakan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan atau dengan kata lain menjawab dengan pertanyaan apakah hakekat ilmu itu. Ontologi dalam Dakwah Islam adalah pemahaman atau pengkajian tentang wujud hakikat dakwah islam dalam mengkaji problem ontologis dakwah yang juga menjadi perhatian filsafat dakwah selain ilmu-ilmu lainnya. .     
Amrullah achmad berpendapat, obyek material ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran islam (Al-Qur’an dan as-sunnah), hasil ijtihad, dan realisasinya dalam system pengetahuan, tekhnologi, social, hukum, ekonomi, pendidikan dan lainya, khususnya kelembagan islam. Menurut Sukriadi Sambas, kajian ontologi keilmuan ilmu dakwah yaitu mencakup haikat/keapaan dakwah, hakikat ilmu dakwah itu dapat dirumuskan sebagai kumpulan pengetahuan yang berasal dari Allah dan kemudian dikumpulkan oleh umat Islam secara sistematis dan terorganisir yang membahas interaksi antar unsur dalam sistem melaksanakan kewajiban dengan maksud mempengaruhi, pemahaman yang tepat mengenai kenyataan dakwah sehingga akan dapat diperoleh susunan ilmu yang bermanfaat bagi tugas pedakwah dan khalifah umat Islam.

B.     Saran
                        Penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Dakwah dengan baik dan benar. Di sisi lain, penulis juga berharap dengan adanya makalah ini akan bisa menjadi bahan bacaan yang baik. Baik untuk mahasiswa maupun kalangan akademika pada khususnya. Sebagai motivasi maupun inspirasi dalam mengembangkan kreativitasnya.
            Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu tidak luput dari kesalahan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

 Ahmad, Amrullah. 1985. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: PLP2M.
Enjang  dan Aliyudin. 2009.  Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjajaran.
Sambas, Sukriadi. 1999. Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah. Bandung: KP HADID.
Sulthon, Muhammad. 2003. Desain Ilmu Dakwah. Semarang: Pustaka Pelajar Offset.
http://suksespend.blogspot.com/2009/06/makalah-landasan-ontologi-epistemologi.html, diakses pada tanggal 02 Juni 2014, pukul: 20:21 WIB.
http://abar-cule.blogspot.com/2010/12/ilmu-dakwah-dilihat-dari-segi-ontologi.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2014, pukul 11:12 WIB.


[1]Enjang  dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), hlm.17.
[2]Muhammad Shulthon, Desain Ilmu Dakwh, (Semarang: Pustaka Pelajar Offset, 2003), hlm.53-54.
[4] Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: PLP2M, 1985).
[5] Muhammad Sulthon,  Desain Ilmu Dakwah, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2003),  hlm.58-59.
[6]Muhammad Sulthon,  Desain Ilmu Dakwah, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 60.
                              
[7] Sukriadi Sambas, Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah, (Bandung: KP HADID, 1999).

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates