September 07, 2015

Dakwah Masa Pertengahan dan Modern


SEJARAH DAKWAH MASA MENENGAH DAN MODERN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu: Dra. Hj. Jauharotul Farida, M.Ag.


Disusun Oleh:
Nana Lutfiana                         (131311110)
Sulistyowati Sikoroningsih     (131311119)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
MANAJEMEN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

I.         PENDAHULUAN
Sejarah Dakwah berasal dari dua kata, yaitu “sejarah” dan “dakwah”. Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajarah” yang berarti pohon. Salah satu alasan terpilihnya kata yang bermakna pohon ini, barangkali karena sejarah mengandung konotasi gnealogi, yaitu pohon keluarga ynag menunjuk kepada asal usul suatu marga. Kata “sejarah”, history, dan tarikh telah mengandung arti khusus yaitu “masa lampau umat manusia”. Sedangkan “dakwah” secara etimologis (lughatan) barasal dari kata da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung arti: menyeru, memanggil, mengajak. “Dakwah”, artinya seruan, panggilan, dan ajakan. Dakwah Islam dapat dipahami sebagai seruan, panggilan, dan ajakankepada Islam.[1]
Seperti nampak pada periodesasi pemikiran dakwah, dakwah sebagai aktivitas sudah dilaksanakan semenjak adanya kenabian dan seruan risalah bagi manusia. Pada periode kenabian sampai dengan jangka waktu yang sangat panjang, yakni akhir abad ke-19, apa yang disebut Ilmu Dakwah belumlah dikenal. Dakwah masih dalam bentuk aktivitas tabligh keagamaan, jihad politik, dan masih bersifat generik. Namun kenyataan bahwa ilmu-ilmu bantu bagi pengembangan Ilmu Dakwah memang sudah  mulai bermunculan, walaupun masih sangat berserakan.[2]



II.      PERMASALAHAN
Rumusan masalah:
1.      Bagaimana perkembangan agama Islam pada abad pertengahan?
2.      Bagaimana perkembangan dakwah di berbagai belahan dunia?
3.      Bagaimana kronologi perkembangan dakwah di Indonesia?
4.      Bagaimana perkembangan ajaran Islam pada masa modern?



III.   PEMBAHASAN
A.  Perkembangan Agama Islam Pada Abad Pertengahan
1.      Sekilas Tentang Dunia Islam Abad Pertengahan
Dalam buku Ensiklopedi Islam, Jilid 2 dijelaskan bahwa sejarah Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang).[3]
Pada periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan keemasan. Hal ini di tandai dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan islam, adanya integrasi  antar wilayah Islam, dan adanya kemajuan di bidang ilmu dan sains.
Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran. Hal ini ditandai dengan tidak adanya lagi kekuasaan Islam yang utuh yang meliputi seluruh wilayah Islam, dan terpecahnya Islam menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah.
Ø  Kerajaan Ottoman (Daulah Utsmaniyyah) di Turki
Daulah ini lahir pada abad ke-7 H (abad ke-13 M). Pendirinya Utman bin Ertohrul yang dilahirkan di Anadol tahun 657 H. Kerajaan Ottoman (Daulah Utsmaniyyah) didirikan dan diproklamasikan kemerdekaannya oleh Utsman I (Utman bin Ertohrul ) dari bangsa Turki Usmani, setelah Sultan Alauddin dari Dinasti Saljuk meninggal dunia tahun 1300M.
Utsman I dinobatkan sebagai raja (sultan) pertama dari kerajaan Ottoman, yang disusul oleh raja-raja berikutnya. Kerajaan Ottoman mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II (1451-1481 M). Sultan ini berjasa besar, karena telah menyebarluaskan Islam ke Benua Eropa, melalui penaklukan kota Benteng Konstatinopel ibukota Romawi Timur pada tahun 1453 M. Karena keberhasilannya ini, kemudian Sultan Muhammad II mendapat julukan Al-Fatih yang artinya Sang Penakluk.
Selanjutnya pada tahun 1520-1566 M, Sulaiman Agung menjadi penguasa baru di kerajaan Turki Usmani menggantikan Sultan Muhammad II dan dia dijuluki Sulaiman Al-Qanuni. Sulaiman bukan hanya sultan yang paling terkenal dikalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal ke 16 ia adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Ia seorang penguasa yang shaleh, ia mewajibkan rakyat muslim harus shalat lima kali dan berpuasa di bulan ramadhan, jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sanksi badan.
Sulaiman juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki, pada saat Eropa terjadi pertentangan antara katolik kepada khalifah Sulaiman, merteka di beri kebebasan dalam memilih agama dan diberikan tempat di Turki Usmani. Lord Cerssay mengatakan, bahwa pada zaman dimana dikenal ketidakadilan dan kedzaliman katholik roma dan protestan, maka Sultan Sulaiman yang paling adil dengan rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama islam. Setelah Sulaiman meninggal dunia, kerajaan turki Usmani mengalami kemunduran.
Ø  Kerajaan Mugal di India[4]
Peranan umat Islam India dalam penyeluasan agama Islam dapat dilihat dalam empat periode, periode sebelum kerajaan Mogul (705-1526 M), periode Mogul (1526-1858 M), periode masa penjajahan Inggris (1858-1947 M), dan periode Negara India Sekuler (1947-sekarang)
Pemerintahan Kemaharajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur pada 1526 M. Babur merupakan cucu Timur Lenk dari pihak ayah dan cucu Jenghiz Khan dari pihak ibu. Kerajaan ini dimulai ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir pada pertempuran pertama Panipat dengan bantuan Gubernur Lahore. Ia menguasai Punjab dan meneruskan ke Delhi yang dijadikan ibukota kerajaan. Penguasa setelah Babur adalah putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M) di masa ini kondisi kerajaan tidak stabil, karna banyak perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada 1540 terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan dari Qanauj mengakibatkan Humayun melarikan diri ke Persia. Atas bantuan Raja Persia (Safawiyah), Humayun kembali merebut Delhi tahun 1555 M.
Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar berhasil memperluas wilayah sampai Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer. Politik Akbar yang sangat terkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah Sulhul Kull atau toleransi universal, yang memandang sama semua derajat. Akbar menciptakan Din Ilahi, yang menjadikan semua agama menjadi satu demi stabilitas antara Hindu dan Islam. Akbar mengawini putri pemuka Hindu dan melarang memakan daging sapi. Penguasa keempat adalah Jahangir (1605-1628 M), putra Akbar. Jahangir adalah penganut Ahlusunah wal jamaah, sehingga apa yang ayahnya ciptakan menjadi hilang pengaruhnya. Dari itu muncul berbagai pemberontakan, terutama oleh putranya sendiri, Kurram. Kurram berhasil menangkap ayahnya, tapi berkat permaisuri kerajaan, permusuhan antara ayah dan anak ini bisa dipadamkan.
Setelah Jahangir meninggal, Kurram naik tahta setelah mengalahkan saudaranya, Asaf Khan. Kurram bergelar Shah Jahan (1627-1658 M) . Masa ini banyak terjadi pemberontakan, terutama dari kalangan keluarga kerajaan. Aurangzeb, panglima dan juga putra ketiga Shah Jahan berhasil memadamkan pemberontakan dari keturunan Lodi. Keberhasilan Aurangzeb membuat saudara tertuanya, Dara, merasa iri dan menuduh ingin merebut tahta kerajaan. Namun ketangguhan Aurangzeb berhasil mengalahkan saudaranya sekaligus menangkap ayahnya, Shah Jahan. Hal ini pernah dilakukan sendiri oleh Shah Jahan terhadap kakek Aurangzeb, Jahangir. Aurangzeb, (1658-1707 M) menggantikan ayahnya.
Wilayah kekuasaan Mogul meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Guzarat, Melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Ahmad Nagar, Ousra, Khasmir, Bajipur, Galkanda, Tajore, dan Trichinopoli.
Ø  Kerajaan Safawi di Persia[5]
Umat Islam menguasai Persia sejak tahun 641 M. Setelah itu, bangsa Persia yang semula beragama Zoroaster berbondong-bondong masuk islam. Dinasti atau kerajaan islam silih berganti memerintah Persia, sampai dengan Bangsa Mongol merebutnya pada abad ke-12 M. Setelah 3 abad bangsa Mongol menguasai Persia, hingga pada tahun 1501M muncul Dinasti baru, yaitu Dinasti atau kerjaan Safawi.
Kerajaan Safawi didirikan oleh Syah Ismail Safawi pada tahun 907 H/1501 M di Tabriz. Beliau berkuasa pada tahun 1501M-1524M yang kekuasaannya disebelah barat bebatasan dengan kerajaan Utsmani(Ottoman) di Turki dan disebelah Timur berbatasan dengan kerajaan Islam Mogul di India.  Kerajaan Safawi merupakan salah satu dari tiga kerajaan besar di dunia Islam pada abad pertengahan.
Setelah pemerintahan Syah Ismail Safawi berakhir, silih berganti sultan-sultan Dinasti Safawi melanjutkan pemerintahan hingga sebanyak 17 sultan. Sultan terakhir bernama Sultan Muhammad.
Masa Kekuasaan Syah Abbas (1585-1628 M) merupakan puncak kejayaan kerajaan safawi. Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Di bidang yang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan.
Kerajaan Safawi menjadikan Syiah sebagai mazhab negara dan menjadikan Persia sebagai pusat aliran ini. Sampai saai ini Persia atau Iran dikenal sebagai pusat aliran Syiah.
Kerajaan Safawi mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Syah Ismail Safawi (1501-1524M), Syah Tahmasp I (1524-1576 M), dan Syah Abbas I (1588-1620 M). Pada tahun 1736 M, Nadir Syah berhasil mengalahkan Kerajaan Safawi dan mengakhiri kekuasaannya.
Kemunduran kerajaan Safawi adalah sepeninggal Abbas I, berturut-turut di perintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kindisi kerajaan tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan Usmani berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliramn Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaan. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namun tidak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada laigi kedamaian antara dua kerajaan besar Islam itu.
Penyebab penting lainnya adalah karena pasukan ghulam(budak-budak) yang di bentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses yang dialami Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
B.  Perkembangan Dakwah di Berbagai Belahan Dunia
1.      PERKEMBANGAN DAKWAH DI AFRIKA UTARA
A.    Sejarah dan perkembangan Dakwah di Afrika Utara
Sejarah historis Dakwah Islam masuk dan menguasai Afrika Utara dan menjadikan salah satu bagian provinsi dari  dinasti Bani Umayyah. Mayoritas bangsa-bangsa di Afrika Utara adalah muslim.[6]
Sejak periode awal Islam sampai abad ke-19, sejarah masyarakat muslim Afrika Utara berlangsung dalam dua motif utama, yaitu pembentukan negara dan islamisasi. Penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab memberikan dorongan baru bagi pembentukan negara dan penggorganisasian masyarakat Afrika Utara menjadi komunitas muslim. Penaklukan tersebut juga mengantar pada kelembagaan Islam bagi warga masyarakat Afrika Utara. Akhirnya bangsa Arab memberikan Afrika Utara sebuah identitas Arab yang ditimbulkan oleh gelombang migrasi Arab, dan melahirkan negara yang didominasi oleh bangsa Arab. [7]
Secara umum gerakan-gerakan jihad di Afrika Utara pada abad  ke-19 menjurus kepada pembentukan negara-negara Islam termasuk diantaranya yang dipimpin Usman Fodio (1754-1817 M) di Nigeria, gerakan Grand Sanusi di Libya (1787-1859 M), dan gerakan Al Mahdi di Sudan (1845-1848 M). Ciri yang paling istimewa dari gerakan revivalis[8] di Afrika Utara adalah kepemimpinannya, yakni orde-orde sufi yang berorientasi pada politik, militan[9], dan reformis.[10]
Dengan demikian, gerakan dakwah di belahan Afrika Utara lebih kental diwarnai oleh pengaruh sufi, islamisasi pemerintah, dan penghapusan segala bentuk yang berbau kepercayaan atau pemurnian terhadap terhadap ajaran Islam.[11]

B.     Tunisia
Sejak awal diperkenalkan Islam di Tunisia, mayoritas penduduk muslim negeri ini merupakan kaum Sunni yang bermazhab Maliki dan Hanafi. Tetapi untuk kepuasan batin, gerakan Islam di Tunisia tidak lepas dari penganut tarekat.
Tunisia dalam periode awal Islam, sebagaimana Timur Tengah, tetap melestarikan warisan institusionalnya tetapi menerima  versi Islam dalam bentuk peradaban kuno. Hingga abad ke-19 Tunisia dalam segala aspeknya merupakan sebuah varian provinsional dalam dunia Islam Timur Tenggah.
Pada abad ke-20, banyak negara yang mengalami kebangkitan Islam, gerakan dakwah di Tunisia terpisah dari ulama mapan. Upaya utama untuk mengorganisasi gerakan Islamis di Tunisia dilakukan pada awal 1960-an oleh sebuah gerakan yang berpusat di Pakistan bernama kelompok dakwah. Kelompok-kelompok yang muncul di Tunisia memiliki fokus-fokus perhatian yang berbeda dengan tegas. Fokus dakwah lebih tertuju pada individu dari pada masyarakat Islam secara keseluruhan atau pemikiran Islam, yang menjadi karakter MTI dan kaum islamis progresif yang belakangan muncul. Tujuan akhir dakwah adalah membangun sebuah masyarakat Islam, tetapi pendekatannya adalah dari bawah ke atas; sebagai pembangunan masyarakat, individu harus diperbaharui terlebih dahulu sebelum masyarakat dapat diperbaharui.[12]
Konsep pembaharuan mereka adalah taslih (memulihkan, memperbaiki) dan tujuan mereka adalah menciptakan individu-individu yang saleh (benar, bijak, baik) sebagai sarana untuk mencapai sebuah tatanan masyarakat muslim sejati.
C.     Maroko
Mayoritas penduduk Maroko adalah beragama Islam dan masuk dalam golongan muslim Sunni, maka tak heran sepanjang perjalanan sejarah negeri ini banyak dipelopori oleh gerakan pembaruan yang berawal dari gerakan tarekat.
Gerakan dakwah Islam berupa gerakan pembaruan di negara Maroko diawali dengan kebangkitan kembali al-Murabhitun pada abad kesebelas dan al-Muwahhidun pada abad keduabelas.
Dengan demikian, sepanjang perjalanan gerakan dakwah di Maroko lebih mewarnai pada gerakan-gerakan dalam bentuk tarekat yang kemudian banyak didistorsi oleh pemerintah. Sehingga pola dakwahnya lebih pada perpaduan antara bentuk sufisme (tarekat) dan pemerintahan yang berkuasa, disamping gerakan pemurnian agama yang tidak pernah padam ditengah-tengah masyarakat.[13]
D.    Libya
Libya merupakan negara dari pemerintahan Usmani yang mendirikan rezim utama diwilayah Tripolitania, Cyrenaica, dan Fezzan.
Sejarah kehidupan muslim kontemporer Libya banyak berubah setelah kudeta yang dilakukan oleh Mu’amar Qadzdzafi pada tahun 1969, dimana  sistem monarki diganti menjadi anakronisme politik. Revolusi Qadzdzfi mulainya dianggap sebagai salah satu contoh paling awal dalam pembaharuan politik islam sejak negara Afrika Utara memperoleh kemerdekaannya pada 1950 dan 1960-an.
Puncak dari proses egalitarianis Qadzdzafi dan mengarah ke tingkat baru penafsiran Islamnya adalah pembentukan jamahiriyah pada tahun 1977. Dan dari sistem politik yang telah diterapkan di anggap radikal, maka kemudian mendapat reaksi keras dari para ulama yang pada akhirnya kemudian melahirkan gerakan aksi Islam bawah tanah diantaranya Hizb-al-Tahrir al Islami gerakan sejenis ihwanul muslimin sekaligus merupakan gerakan oposisi bagi pemerintahan Qadzdzafi. [14]
Libya sebagai bentuk gerakan dakwah kontemporer banyak dipengaruhi dan terpusat oleh kebijakn pemerintah yang berkuasa saat itu. Sehingga birokrasi (unsur politik) sangat menonjol dalam memegang keputusan dan memberikan corak dalam setiap aktifitas keislaman.       

2.      PERKEMBANGAN DAKWAH DI CINA
A.    Sejarah Dakwah Islam di Cina
Kedatangan islam di Cina dapat ditelusuri melalui dua jalur perdagangan : pertama melalui jalan laut, dan kemudian melalui jalan darat. Dan komunitas muslim melalui jalur tersebut telah meningkat terus menerus melalui imigrasi, perpindahan agama dan perkawinan. Pada abad ke-6 perdangan Arab dan Cina sangat berkembangan melalui  Ceylon. Sementara itu pada abad ke-7 perdagangan segitiga antara Arab, Cina, dan Persia makin berkembangan lagi dan kota Syiraf di Teluk Persia merupakan bursa bagi para pedagang Cina. Periode ini bersamaan dengan dinasti Tang di Cina (618-907) . dan pertama kali nama arab disebut dalam sejarah Cina.[15]
Secara historis proses dakwah islam dapat ditelusuri melalui perjalanan para da’i hingga sampai ke negeri ini :[16]
Pada masa dinasti Tang datanglah ke Canton banyak orang asing dari Amman, Kamboja, Madinah, dan beberapa orang lain.  Dalam beribadah orang-orang asing tersebut menyembah langit (maksudnya allah) dan tidak ada patung berhala atau simbol pigura didalam rumah peribadatan mereka. Kerajaan Madinah memiliki hubungan yang erat dengan kerajaan India. Di kerajaan inilah lahir agama-agama asing, yang berbeda dengan agama budha. Meraka tidak makan daging babi atau minum anggur dan memandang tidak halal daging yang disembelih diluar cara mereka.
Pada perkembangan selanjutnya secara garis besar masyarakat muslim Cina terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : Pertama, kelompok Hui yakni warga muslim yang tersebar dibeberapa daerah yang berpenduduk Hui yang secara fisik dan bahasa adalah warga Cina, tetapi menganggap diri meraka bukan sebagai warga cina disebabkan mereka tidak makan danging babi dan menyembah roh nenek moyang, tidak berjudi, tidak mengonsumsi makanan keras, dan tidak pula mengisap ganja. Kedua adalah kelompok muslim yang tidak berasimilasi dengan masyarakat Asia Tengah, termasuk didalamnya kelompok  Kazakh, Uighur, Kirgh dan beberapa kelompok kecil lainnya dan sebagian besar mereka berbahasa Turki yang tidak berasimilasi kedalam kebudayaan Cina.
Pada perkembangan selanjutnya kehidupan kaum muslimin juga terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Dan salah satu diantaranya adalah akibat dari gerakan pembaharuan yang melanda Cina pada 6 abad terakhir dikalangan kaum muslim di Cina dapat dijumpai spektrum yang luas dari kepercayaan islam.
B.     Pola Dakwah Kontemporer di Cina
Secara kultural terjadi kebangkitan kembali gerakan dakwah islam di Cina, yaitu pada abad 19 dan 20. Selama periode ini orang-orang muslim banyak membangun  lebih dari 1000 sekolah dasar dan perpustakaan dan banyak sekolah menengah.
Secara politis, umat muslim Cina membuat kemunculan kembali secara mengesankan. Banyak diantara mereka bergabung dengan revolusi nasionalis. Sementara itu pengorganisasian semua muslim Cina dibawah payung tunggal dimotori oleh muslim mongolia dengan pembentukan “ Liga Lima Ma”. Gerakan-gerakan pembaruan bersemangat Wahabiyahyang dikenal sebagai Yihewani (ikhwan) menjadi populer berkat dukungan kaum nasionalis dan para panglima perang. Mereka menilai bahwa islam tradisionalis terlalu menyesuaikan diri dengan praktik-praktik cina, dan menilai sufisme terlalu memuja wali dan makam. Sehingga aktivitas gerakan dakwahnya lebih pada aspek pembaharuan dalam kehidupan masyarakat.
3.      PERKEMBANGAN DAKWAH DI ASIA TENGAH DAN SELATAN
A.    Perkembangan Dakwah  di Asia Tengah
Pada abad ke-7 M, Arab berhasil membawa islam ke Trankaukasia Timur. Walaupun ditentang oleh orang georgia dan orang yahudi kaszar diwilayah ini, namun dakwah islam berlangsung dengan cepat sehingga pada abad ke-8, mayoritas penduduk sudah muslim. Islamisasi berlangsung hinga abad ke-12 ketika perlawanan orang Yahudi dan Kristen sudah tidak ada lagi.
Abad ke-13 adalah abad kegelapan bagi Islam di Asia Tengah karena invansi mongol. Pada mulanyakekuasaan mongol sangat anti islam karena banyak pemimpin Mongol yang beragama Budha dan Kristen Nestorian. Akan tetapi, Islam tetap bertahan berkat usaha dakwah yang dilakukan oleh tarekat sufi yang banyak menarik masyarakat masuk Islam dan bahkan penguasa Mongol, yaitu kekhanan Chagatai yang berhasil diislamkan.
Abad ke-14 wilayah-wilayah penting muslim masuk kekaesaran Rusia, seperti Khazan, Astrakhan, Siberia barat. Pada masa ini umat Islam diperlakukan sebagai warga Rusia yang tidak mendapatkan hak seperti yang dinikmati oleh orang Kristen. Para bangsawan muslim didorong untuk masuk Kristen, dan dibeberapa wilayah para pemimpin agama Islam diusir kepedalaman, dan masjid-masjid dihancurkan. Sampai akhirnya Islam dapat berkembang kembali khususnya masa kekaesaran Chaterine Agung, yang menganggap Islam lebih berpengaruh memberadapkan Asia dari pada orang Kristen.
Pada awal pemerintahan rusia abad ke-19, penaklukan yang di lakukan Rusia melahirkan Asia Tengah dengan wilayah administratif organisasi yang baru. Pada awalnya kehadiran Rusia menguntungkanbagi organisasi keagamaan muslim. Di  Bukhara, sebuah organisasi muslim yang terorganisir secara baik dan mendapatkan dukungan dari negara mencapai tingkat kohesi sosial dan ekonominya.[17]
B.     Perkembangan Dakwah di Asia Selatan
Perjalanan dakwah Islam di Asia Selatan sangat luas dan heterogen. Mayoritas dari penduduk Asia Selatan adalah mendefinisikan diri sebagai muslim dengan berbagai kelompok bahasa yang berbeda-beda, hidup dalam beragam lingkungan, dan menghadapi suasana sosial dan lingkungan yang heterogen. Pada saat tertentu, Islam Asia Selatan berfungsi sebagai wahana protes simbolis, jalan besar bagi mobilitas sosial, dan bahkan identitas religius alternatif, inilah yang terjadi dengan pria di India Selatan yang sebagian besar masuk Islam dalam dasawarsa terakhir ini.
Di Asia Selatan ketika Islam telah berkuasa diwilayah ini, para penguasa baru berdakwah dengan cara mendirikan lembaga-lembaga yang membawa kesan Islam. Ibu kota dijadikan pusat utama ketaatan muslim. Karena sultan diharapkan mengakui kekuatan syariah, meskipun hukum itu tampaknya bertentangan dengan hukum-hukum dinasti lokal. Para sultan juga harus membantu lembaga-lembaga yang sangat penting bagi identitas kolektif muslim-masjid, madrasah/sekolah agama, dan rumah sakit. Penguasa dapat mengeluarkan dana dari perbendaharaan sentral, sedangkan para individu swasta lebih suka memberikan wakaf untuk mendirikan dan melestarikan lembaga-lembaga seperti itu.[18]
C.     India
Masyarakat india, banyak sekali yang masuk islam tidak dengan jalan kekerasan sebagaimana yang digambarkan dalam sejarah atau tulisan tentang penyerbuan yang dilakukan tentara muslimin dan kekuasaan muslim di India, akan tetapi semata-mata melalui turunan dan persuasif dakwah yang penuh dengan jalan damai. Kelompok ini berbeda dengan mereka yang masuk Islam dengan kekerasan atau dengan kelompok lain dari masyarakat India yang heterogen itu. Thomas W. Arnold membagi masyarakat Islam di India menjadi dua golongan.
1.      Golongan keturunan asing yang datang ke India membawa Islam sebagai agama.
2.      Golongan penduduk asli yang semula memeluk agama lain dan kemudian masuk Islam melalui berbagai cara dakwah secara bertahap dalam periode tertentu.[19]
Golongan pertama diatas terbagi lagi menjadi 3 kelompok.
a.       Yang terbesar dan terpenting ialah kaum pendatang yang berasal dari daerah Barat Laut, terutama yang berdiam di Sind dan Punjab.
b.      Keturunan kaum bangsawan dan tentara Islam, terutama berdiam dibagian utara serta sebagian Dacca.
c.       Mereka yang berada di sepanjang perbatasan Barat. Pada umumnya
meraka keturunan Arab yang datang ke India melalui jalan Laut.
Dakwah di India Selatan dimulai pada abad ke-7 ketika kelompok perdagangan arab dan perjalanannya ke Tiongkok atau Cina mampir atau mengambil barang dagangannya di India. Diantara mereka ada yang menetap dan mengawini penduduk setempat. Mereka inilah nenek moyang dari penduduk Mapila. Sebagian nenek  moyang susku Mapila datang ke Irak dan Persia.
Sementara itu, kebangkitan gerakan-gerakan Islam pada benua India didasari pada revivalisme Islam diantaranya adalah Sayyid Ahmad Khan dan gerakan Aligarh yangdipimpimnya. Dia menumpahkan perhatiannya pada masyarakat muslim India dan bersifat loyal dalam bidang politik. Dia percaya bahwa hal itu adalah salah satu bukti tidak ada pertentangan antara akal, agama, dan ilmiah. Dia menegaskan bahwa akalitu adalah agama akal dan alamiah yang tidak mungkin ada kontradiksi antara kalam Allah (Al-Qur’an) dengan ciptaan Allah (alam semesta) disebabkan karena hukum Islam itu sejajar dengan hukum-hukum alam, maka Islam itu pasti selaras dengan pemikiran ilmiah modern. Gerakan Aligarh dari Ahmad Khan, dengan orientasi yang positif kearah modernisasi, merupakan pendorong bagi perkembangan modernisme dalam masyarakan muslim di India. Akan tetepi, pada tahun 1930 M warisan modernisme muslim pada Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah, para pemuka politik yang menyerukan pemisahan negara muslim yakni Pakistan.
D.    Pakistan
Negara pakistan didirikan berdasarkan gagasan bahwa umat muslim India telah membentuk sebuah bangsa dan berhak atas Tanah Air teritorial mereka sendiri.
Problem utama yang dihadapi  Pakistan adalah menciptakan sebuah identitas nasional yang serasi dengan realitas perbatasan wilayah politik yang baru dan menciptakan sebuah rezim yang mantap yang diakui oleh penduduknya yang berbeda secara etnis, ideologis, linguistik, dan perbedaan agama yang sangat tajam. Karena semenjak pendirian negara tersebut seruan atau dakwah terhadap Islam belum mampu mengatasi permasalahan mengenai bentuk Islam yang harus dikembangkan.
Pemerintah memberlakukan hukum tradisional Islam, melarang perjudian dan penggunaan alkohol, dan membentuk sistem peradilan baru. Gerakan pembaharuan yang berlangsung di Pakistan lebih menekankan pada totalitas sistem Islam atau Nizam-i Musthafa yang mengisyaratkan sebuah pemerintahan dan perekonomian Islam. Dengan demikian Islam telah digunakan untuk membangkitkan semangat solidaritas nasional.[20]
E.     Bangladesh
Islam di Bangal (Bangladesh) berawal dari penyerbuan Turki pada 1000 M. Pada tahun 1576, wilayah tersebut merupakan bagian dari kerajaan Mughol yang menguasainya hingga 1757 dan berdirinya kerajaan Inggris di India. Tentang masuknya Islam yang diwarnai dengan gerakan dakwah di Bangladesh para sejarah mengklasifikasikan kedalam beberapa tahap yaitu:
Tahap pertama, islamisasi dengan penggundulan Hutan Delata Bengal oleh petani lapar-lahan yang tidak mempunyai komitmen keagamaan yang mantap, dan dipacu oleh para penguasa Bengal yang haus pajak, baik pada masa pra-Mughol maupun Mughol Begal.
Tahap kedua, islamisasi di Bengal Timur dapat disaksikan dalam perkembangan suatu tradisi yang mesin kretisitasi bentuk-bentuk Islam rakyat dan Hindu.
Tahap ketiga, munculnya beberapa gerakan kebangkitan yang menentang ragam Islam Bengali dan paham singkritis yang tumbuh didalam negeri pada abad ke-19.
Gerakan lainnya adalah Thariqah-i Muhammadiyah gerakan di India yang menyerupai Wahabiyah di Arab Saudi pada abad ke-18. Ciri utama gerakan ini adalah menekankan kekuatan yang ketat pada syariah.[21]
4.      PERKEMBANGAN DAKWAH DI ASIA TENGGARA
A.    Proses awal penyebaran Islam di Asia Tenggara
Asia Tenggara atau Indo-Melayu merupakan tujuh dari wilayah kebudayaan atau peradaban Islam yang tegasnya terdiri dari wilayah kebudayaan Arab, Islam Persia, Islam Turki, Islam Afrika (hitam), Islam anak benua India, Islam Indo-Melayu, dan terakhir sekali wilayah peradaban Islam di western hemisphere.
Sebagai bagian integral dari kebudayaan peradaban Islam secara keseluruhan, fenomena dan ekspresi kebudayaan Islam di wilayah Indomelayu juga mencakupciri-ciri universal, membuat kebudayaan peradaban di wilayah tertentu dapat disebut Islamiate (meminjam istilah Hogson).
Mengenai datangnya islam di Asia Tenggara sedikitnya ada tiga teori besar.[22]
Teori pertama , teori yang mengatakan bahwa islam datang langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut .teori ini dikemukakan oleh Crawfurd (1820),Kayzer (1859), Niemann (1861),de Hollander (1861), dan Veth (1871).Crawfurd menyatakan bahwa  Islam datang langsung dari Arab,meskipun pada bagian lain menyebut adanya bagian dari orang-orang Mohamme dan di India Timur.
Teori yang kedua adalah teori yang mengatakan Islam datang dari India adalah teori yang pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel, berdasarkan terjemahan prancis tentang catatan perjalanan sulaiman, Marcopolo, dan Ibnu Battuta,ia menyimpulkan bahwa orang orang arab menyimpulkan yang bermazhab syafi’i dan gujarat dan malabar di India yang membawa islam di Asia Tenggara.
Dan teori ketiga, adalah teori yang dikembangkan oleh fatimi bahwa Islam datang dari Bengali (kini Bangladesh).
Sementara itu mengenai proses awal masuknya Islam di Asia Tenggara tidak berlangsung secara serta merta, akan tetapi melalui beberapa tahap .Penetrasi Islam Asia Tenggara secara kasar dapat dibagi ke dalam tiga tahap.
1.      Tahap petama, Dimulai dengan kedatangan Islam yang kemudian diikuti dengan kemerosotan, akhirnya keruntuhan kerajaan Majapahit pada kurun abad keempat belas dan lima belas.
2.      Tahap kedua,sejak datang dan mapannya kekuasaan kolonialisme Belanda di Indonesia, Inggris di semenanjung malaya, dan spanyol di Filipina sampai abad ke 19.
3.      Tahap ke tiga, bermula pada abad ke 20 dengan terjadinya liberalisasi kebijakan pemerintah kolonial terutama di Indonesia.
Dengan demikian, dapat dianalisis bahwa keseluruhan struktur masyarakat Asia Tenggara kontemporer mencerminkan sebuah akumulasi antara pola institusional dan wilayah ini yang banyak di pengaruhi oleh pemerintah kolonial Inggris dan Belanda.
B.     Malaysia
Secara historis, Islam telah menjadi bagian dari negara-negara tradisional Melayu, setidaknya dari zaman kesultanan Malaka. Peran Islam dalam negara melayu tradisional sejak itu menjadi hak yang tak dapat diganggu gugat meskipun naik turun, dari zaman kolonial sampai tercapainya kemerdekaan dan suatu bangsa modern.
Sementara itu, proses kebangkitan Islam di Malaysia dimotori oleh masuknya paham-paham yang diajarkan oleh kaum salaf yang diinspirasi oleh gerakan-gerakan luar, seperti Jalaluddfin al-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.[23]
Pada periode kemerdekaan Malaysia merupakan isu penting bagi kebijakan terhadap umat Islam. Pada masa kemerdekaan dakwah Islam berlangsung secara bebas karena berkaitan dengan kebijakan yang diterapkan pemerintah yang sangat mendukung dan suasana yang kondusif dalam melakukan dakwah.  Karena pada periode federasi agama merupakan kepedulian lokal, dan sebagian besar kesultanan melayu berusaha mempertahankan sebuah departemen urusan agama meliputi tugas pembangunan Masjid, pemberlakuan moral dan kitab hukum pidana Islam serta mengumpulkan zakat. Pada kemerdekaan ini Islam dijadikan agama resmi pemerintah federasi.
Gerakan modern yang cukup menggemparkan adalah Darul Arqam, di samping itu Darul Arqam telah berhasil secara mandiri menekankan gaya hidup komunal muslim sekaligus menghadirkan kuatnya hubungan kerja sama dalam Islam.
Selain organisasi besar diatas yang mewarnai perjalanan dakwah Malaysia juga terdapat organisasi-organisasi kecil yang kontribusinya terhadap kemajuan Islam di negeri ini tidak sedikit. Dengan demikian walaupun gerakan dakwah di negeri Jiran tidak monolitik atau uniliniear dalam struktur dan perkembangan siknifikasinya untuk masyarakat dan politik Malaysia cukup kuat.[24]
C.     Singapura
Berdasarkan keadaan demografi tersebut walaupun secara umum orang muslim Singapura merupakan kaum minoritas, namun aktivitas gerakan dakwah disana berkembang secara dinamis. Hal ini diindikasikan dengan mulai bermunculnya organisasi atau lembaga-lembaga keislaman. Organisasi Islam yang terkemuka adalah masyarakat dakwah muslim, didirikan 1932. Gerakan dakwah organisasi ini adalah antara lain mendirikan gedung peringatan Raja Faisal (King Faisal Memorial Hall), mendirikan klinik pengobatan dan pusat hukum.
Sementara, pada era 80-an komunitas muslim di Singapura mulai perhatian terhadap peningkatan status sosial-ekonomi secara memadai dalam profil yang tinggi. Gerakan dakwah Islam mulai diarahkan untuk melakukan perbaikan dan bergeser ke prioritas-prioritas baru dalam menghadapi kebijakan pemerintah dimana pemerintah  Singapura yang sedang memasuki tangga teknologi sampai akhirnya menjadi salah satu “Negara-negara Indrusti Baru” (NIC’s).
Gerakan organisasi ini juga mengimbau kepada pemimpin-pemimpin muslim (ulama) dan aktivitas-aktivitas yang berorientasi Islam agar menanggulangi status sosial-ekonomi mereka dalam kerangka dan prinsip-prinsip Islam.
D.    Brunei Darussalam
Asal mula Brunei berasal dari bahasa Sansekerta Varunai yang berarti Kalimatan.  Sejarah masuknya Islam di Brunei dibawa oleh ulama dari Tanah Arab yang sebelumnya ke Tanah Melayu Johor. Di antara ulama Islam adalah Syarif Ali yang berasal dari Thaif sebuah kota kecil didekat tempat arah umat Islam menuju kiblat buat bersembahyang.
Sementara itu, sebagai negara yang mengamalkan ajaran Islam, Brunei gencar melakukan islamisasi dalam kehidupan publik. Selaras dengan kedudukan Islam sebagai agama resmi beberapa lembaga publik yang berorientasi Islam didirikan.
Dari situlah kemudian agama Islam berkembang di Tanah ini hingga menjadi negara Islam yang mayoritas penduduknya adalah beragama muslim walaupun ada sebagian kecil penduduk sebagai imigran dari Cina. Sebagai agama resmi, Islam mendapat perlindungan penuh dari negara. Dan bahasa Melayu tetap menjadi media pengajaran agama dan komunikasi di antara kaum muslimin Brunei.[25]

C.  Kronologi Perkembangan Dakwah Di Indonesia
A.    Sebelum Masa Penjajahan (Masa Wali)
Sampai dengan abad ke-8 H/14M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9H/14M., penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abd tersebut disebabkan saat itu kaum muslimin sudah memeilki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya kerajaan bercorak Islam, seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra-Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh Kerajaan-kerajaan Hindu atau Budha di Nusantara, seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa, kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.[26]
Sementara itu, dalam sejarah penyebaran ajaran agama Islam terutama di Pulau Jawa banyak ditemukan literatur bahwa pada masa awal, da’i sebagai penyebar Islam banyak dipegang peranannya oleh para “wali sembilan” yang lebih dikenal dengan “walisongo”. Kata wali berasal dari Al-Qur’an yang banyak memiliki arti antara lain: penolong, yang berhak, yang berkuasa. Wali  juga memiliki arti pengawal, kekasih, ahli waris, dan pengurus.walisongo di sini diartikan sebagai sekumpulan orang (semacam dewan dakwah) yang dianggap memilki hak untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat Islam di bumi Nusantara pada zamannya.
B.     Dakwah Pada Masa Penjajahan (Pesantren dan Organisasi Islam)
1.      Pesantren
Pesantren berarti tempat tinggal para santri. Istilah santri sendiri berasal dari bahasa Tamil “sattin” yang berarti orang yang tinggal di sebuah rumah miskin atau bangunan keagamaan secara umum. Pesantren merupakan pranata asli Islam, yang lahir dari pola kehidupan tasawuf, yang pada perkembangannya telah merambah di beberapa wilayah Islam. Hal ini didasari bahwa produk pesantren adalah pranata pendidikan asli Islam, pesantren lahir dari pola kehidupan tasawuf, yang berkembang di beberapa wilayah Islam Timur Tengah dan Afrika Utara.
2.      Organisasi Islam
Kebangkitan Islam semakin berkembang dengan membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, secara berurutan organisasi-organisasi tersebut lahir seperti SDI (Serikat Dagang Islam) di Bogor tahun 1905 dan Solo 1911, Muhammadiyah di Yogyakarta 1912, Persatuan Islam (Persis) di Bandung 1920, Nahdatul Ulama’ di Surabaya 1926, dan Persatuan Tarbiyah Indonesia di Candung,Bukit Tinggi 1930. Sementara itu juga berdiri partai-partai politik seperti Sarikat Islam yang merupakan lanjutan dari SDI, Persatuan Muslim Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932) yang merupakan kelanjutan dan perpanjangan dari organisasi Thowalib Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938.
C.     Masa Kemerdekaan
Pola dakwah yang dikembangkan pada masa ini adalah terkonsentrasi pada peletakan ideologi Islam terhadap pemerintahan yang baru dibentuk untuk mengakomodasi kepentingan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia. Dan ini akan berdampak luas terhadap perkembangan dari Islam itu sendiri dan kemudian menata kehidupan umat dalam sebuah masyarakat yang berdaulat, setelah lepas dari cengkraman penjajahan.
D.    Era Globalisasi dan Modernisasi
Guna pencapaian tujuan gerakan yang kaffah dalam rangka pembebasan umat dari tekanan kapitalisme global untuk menuju kemerdekaan sejati sebagai hamba Allah, maka gerakan dakwah di Indonesia perlu dirancang strategi yang akurat. Dan salah satu solusi dakwah untuk menghadapi fenomena tersebut yang ditawarkan dan yang dirumuskan dalam KUII (Kongres Umat Islam Indonesia) yang berlangsung di Jakarta, dengan rumusan adlah sebagai berikut:[27]
a.       Merumuskan kembali dan membumikan tauhid sebagai pandangan dunia.
b.      Penguatan sumber daya da’i dalam lembaga dakwah.
c.       Penciptaan jaringan ekonomi umat berdasarkan syariah.
d.      Penguasaan teknologi media dan komunikasi dakwah.
e.       Penguasaan informasi dakwah untuk menyusun kurikulum dan materi dakwah Islam.
f.       Menyampaikan Islam pada semua lingkungan dan lapisan masyarakat.
g.      Mengaktifkan khotbah Jum’at sebagai sarana membangun kesadaran masalah bersama.
h.      Penciptaan seni budaya Islam populer.
i.        Menyajikan Islam sebagai agama pembebas.



D. Perkembangan Ajaran Islam Pada Masa Modern
Menjelang dan pada awal-awal masa pembaharuan yaitu sebelum dan sesudah tahun 1800 M, umat Islam di berbagai negara, telah menyimpang dari ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. Penyimpangan itu terdapat dalam hal :[28]
Ajaran Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan. Hal ini ditandai dengan banyaknya umat Islam yang selain menyembah Allah SWT juga memuja makam yang dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib kepada dukun-dukun dan orang-orang yang dianggap sakti. Selain itu, ada juga kelompok umat Islam yang meng kultuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah orang suci yang segala perintahnya harus ditaati.
Adanya kelompok umat Islam, yang selama hidup di dunia ini, hanya mementingkan urusan akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan hahwa memiliki harta benda yang banyak, kedudukan yang tinggi dan ilmu pengetahuan tentang dunia adalah tidak perlu, karena hidup di dunia ini hanya sebentar dan sementara, sedangkan hidup di akhirat bersifat kekal dan abadi. Selain itu, banyak umat Islam yang menganut paham fatalisme, yaitu paham yang mengharuskan berserah diri kepada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib.
Penyimpangan-penyimpangan umat Islam terhadap ajaran agamanya seperti tersebut, mendorong lahirnya para tokoh pembaharu, yang berusaha menyadarkan urnat Islam agar kembali kepada ajaran Islam yang benar, yang bersumber kepada Al-Quran dan As-Sunnah (Hadis). Tokoh-tokoh pembaharu yang dimaksud antara lain:
1.    Muhammad bin Abdul Wahhab,[29]lahir di Nejd (Arab Saudi) pada tahun 1115 H (1703 M) dan wafat di Daryah tahun 1201 H (1787 M). Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang ulama besar yang produktif, karena buku-buku karangannya tentang Islam, mencapai puluhan judul. Di antara buku bukunya berjudul “Kitab At-Tauhid” yang isinya antara lain tentang pemberantasan syirik, khurafat, takhayul, dan bid’ah yang terdapat di kalangan umat Islam dan mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang murni. Para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, menamakan kelompoknya dengan “A1-Muwahhidun” atau “Al-Muslimun”, yang artinya kelompok yang berusaha mengesakan Allah SWT semurni-murninya. Gerakan pemurnian ajaran Islam yang dilakukan oleh para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhah ini, dinamakan juga gerakan “Wahabi”.
2.    Rifa’ah Badawi Rafi’ At-Tahtawi, atau At-Tahtawi,[30] lahir di Tahta pada tahun 1801 M dan meninggal di Mesir. Pemikirannya yang berkaitan dengan ajaran Islam, antara lain, beliau menyerukan agar umat Islam dalam hidup di dunia ini tidak hanya mementingkan urusan akhirat, tetapi juga harus mementingkan urusan dunia, agar umat Islam tidak dijajah oleh hangsa lain.
3.    Jamahiddin Al-Afghani,[31] lahir di Asadabad tahun 1838 M dan wafat di Istanbul rahun 1897 M. Di antara pemhaharuan pemikiran yang dimunculkan beliau adalah:
o   Agar kejayaan umat Islam dapat diraih kembali dan mampu menghadapi dunia modern, umat Islam harus kembali kepada ajaran agamanya yang murni dan harus memahami Islam dengan rasio dan kebebasan.
o   Jamaluddin menginginkan agar kaum wanira juga meraih kemajuan dan bekerja sama dengan pria untuk mewujudkan masyarakat Islam yang dinamis dan maju.
o   Kepemimpinan otokrasi hendaknya diubah menjadi demokrasi. Menurut pendapatnya Islam menghendaki pemerintahan republik yang di dalamnya terdapat kebebasan mengemukakan pendapat dan kewajiban negara untuk tunduk kepada undang undang.
o   Ajarannya tentang Pan-Islamisme yakni persatuan dan kerjasama seluruh umat Islam harus diwujudkan. Karena persatuan dan kerja sama seluruh umat Islam sangat penting dan di atas segalanya.
Selain tokoh-tokoh pembaharuan tersebut, masih banyak lagi tokoh-tokoh pembaharuan lainnya, seperti Muhammad Abduh di Mesir (1849-1905 M), Muhammad Rasyid Ridla (1865-1935 M), Sayid Ahmad Khan di India (1817- 1898 M), dan Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938 M).
Pada masa pembaharuan jumlah penduduk beragama Islam berkembang terus ke seluruh pelosok dunia. Penduduk Muslim terbanyak terdapat di Benua Asia dan Afrika. Mengacu kepada data penduduk tahun 1991 M, negara-negara yang penduduk Muslimnya lebih dan 90 % adalah Mauritania, Sahara Barat, Maroko, Aijazair, Tunisia, Libia, Mesir, Somalia, Turki, Irak, Yordania, Arab Saudi, Yaman, Oman, Qatar, Bahrain, Iran, Afghanistan, dan Pakistan.
Sedangkan negara-negara yang jum!ah umat Islamnya mencapai 50—90 % adalah Tanzania (Afrika), Turkemenistan, Uzbekistan, Kirghistan, Tajikistan (Rusia), Bangladesh, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Kepulauan Mindanou di Filipina. Negara-negara yang umat Islamnya 10—50 % antara lain seperti Guinea (Afrika), Albania, Suriah, India, Gina, dan Myanmar.
Untuk mengikat negara-negara Islam di seluruh dunia, pada bulan Zulhijjah tahun 1381 H (Mei 1962), telah didirikan Rabithah Al-Alam Al-Islami (Muslim world League atau Liga Dunia Islam) sebuah organisasi Islam internasional non-pemerintah yang tidak berpihak kepada suatu partai atau golongan dan mewakili umat Islam sedunia. Liga Dunia Islam ini berkantor pusat di Mekah (Saudi Arabia), sedangkan kantor perwakilannya tersebar di seluruh dunia, seperti Indonesia, Amerika, Kanada, Denmark, Malaysia, dan Prancis.
Di Benua Eropa dalam Conference of Islamic Cultural Centre and Organization of Europe (Konferensi Pusat Kebudayaan dan Organisasi Islam Eropa) di London pada bulan Mei 1973, dengan diprakarsai oleh Sekretariat Islam di Jeddah telah didirikan Dewan Islam Eropa, yang bertujuan untuk mengorganisir dan memajukan usaha-usaha dakwah islamiah.



IV.   PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sejarah dakwah merupakan peristiwa masa lampau umat manusia dalam upaya mereka menyeru, memanggil dan mengajak umat manusia dalam upaya mereka menyeru, memanggil dan mengajak umat manusia kepada Islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan perubahan-perubahan apa yang terjadi setelah dakwah digulirkan, baik langsung maupun tidak langsung.
            Dakwah sebagai aktivitas sudah dilaksanakan semenjak adanya kenabian dan seruan risalah bagi manusia. Pada periode kenabian sampai dengan jangka waktu yang sangat panjang hingga saat ini. Sejarah dakwah di beberapa negara memiliki perkembangan maupun strategi yang bervariasi, namun memiliki satu tujuan yang sama yakni menyerukan agama Allah yaitu agama Islam, memperbaiki aqidah, syariah serta akhlak manusia.
Pada abad pertengahan, terdapat tiga kerajaan Islam di antaranya  Kerajaan Ottoman di Turki, Kerajaan mogul di India dan Kerajaan Syafawi di Persia. Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran. Hal ini ditandai antara lain dengan tidal adanya lagi kekuasaan kerajaan islam yang utuh.
Walaupun pada abad pertengahan ini tidak semaju seperti pada masa periode klasik tetapi Kerajaan-Kerajaan Islam pada abad pertengahan berhasil menghasilkan peninggalan yang bermanfaat hingga sekarang.
B.     Saran
Demikian makalah yang bisa penulis paparkan, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, dan semoga dapat menjadi bahan bacaan dalam menambah pengetahuan / wawasan. Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran, penulis harapkan dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Anas, Ahmad.Paradigma Dakwah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006)
A.    Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid II, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983).
A.S. Harahap.Sejarah Penyiaran Islam di Asia Tenggara, (Medan: Islamiyah, 1951).
Ira, M. Lapidus.Sejarah Sosial Umat Islam, Bag. III, (Jakarta: Rajawali Press, 2002).
Thomas W. Arnold.Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta: Wijaya, 1983).
Wahyu Ilahi, Harjani Hefni.Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007).



[1]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 1.
[2]Ahmad Anas, Paradigma Dakwah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006),hlm. 18.
[6]A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid II, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983),hlm.154.
[7]Ira, M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Bag. III, (Jakarta: Rajawali Press, 2002),hlm.201.
[8]Gerakan Revivalismeyang muncul di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 biasa dikenal dengan tajdid adalah suatu proses yang dengannya komunitas muslim (ummah) menghidupkan kembali kerangka social, moral, dan agama dengan kembali kepada dasar-dasar Islam, yakni al-Quran dan al-Sunnah. Tokoh yang masuk dalam kelompok ini adalah al-Ghazali , Ibn Taymiyah , Ahmad Sirhindi , Syah Wali Allah Dihlawi di India, dan Muhammad Ibn Abdul Wahhab di Arab Saudi, Muhammad Ibn Ali al-Syaukani  di Yaman, Sayyid Ahmad dari Rae Bareli di India, Hajj Syariat Allah di Bengal , Muhammad Ibn Ali al-Sanusi  di Afrika Utara dan Fulaniyah di Afrika Barat. Gerakan Revivalis memusatkan diri pada: Kepedulian yang sangat terhadap kebobrokan social dan masyarakat muslim. Seruan untuk kembali ke dalam Islam yang murni dan membuang tahyul yang ditanamkan oleh bentuk-bentuk sufisme popular. Usaha-usaha untuk membebaskan diri dari ide kemapanan dan finalitas mazhab-mazhab fiqhi dan usaha-usaha untuk melaksanakan ijtihad, yaitu memikir ulang secara pribadi mengenai makna risalah yang murni.
[9]orang atau kelompok orang-orang yang ikut serta dalam suatu pertempuran fisik/verbal yang agresif, biasanya dikarenakan suatu penyebab.
[10]orang yang mendukung reformasi
[11]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 128.
[12]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 129.
[13]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 130.

[14]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 132-133.
[15]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 137.
[16]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana,2007),hlm. 136-138
[17]Ira, M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Bag. III, (Jakarta: Rajawali Press, 2002),hlm. 364.
[18]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 145.
[19]Lihat. Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta: Wijaya, 1983).
[20]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007) ,hlm. 148-149.
[21]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007) ,hlm. 150-151.
[22]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 153-154.
[23]A.S Harahap, Sejarah Penyiaran Islam di Asia Tenggara, (Medan: Islamiyah, 1951), hlm. 20-21.
[24]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 165-166.
[25]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 170.
[26]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 171.
[27]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 206.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Baca Online dan Seputar Blog
| Distributed By Gooyaabi Templates