Dakwah Masa Pertengahan dan Modern
SEJARAH
DAKWAH MASA MENENGAH DAN MODERN
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen
Pengampu: Dra. Hj. Jauharotul Farida, M.Ag.
Disusun
Oleh:
Nana
Lutfiana (131311110)
Sulistyowati
Sikoroningsih (131311119)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
MANAJEMEN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Sejarah Dakwah berasal dari dua
kata, yaitu “sejarah” dan “dakwah”. Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajarah”
yang berarti pohon. Salah satu alasan terpilihnya kata yang bermakna
pohon ini, barangkali karena sejarah mengandung konotasi gnealogi, yaitu pohon
keluarga ynag menunjuk kepada asal usul suatu marga. Kata “sejarah”, history,
dan tarikh telah mengandung arti khusus yaitu “masa lampau umat
manusia”. Sedangkan “dakwah” secara etimologis (lughatan) barasal dari kata da’a,
yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung arti: menyeru, memanggil,
mengajak. “Dakwah”, artinya seruan, panggilan, dan ajakan. Dakwah Islam dapat
dipahami sebagai seruan, panggilan, dan ajakankepada Islam.[1]
Seperti nampak pada periodesasi
pemikiran dakwah, dakwah sebagai aktivitas sudah dilaksanakan semenjak adanya
kenabian dan seruan risalah bagi manusia. Pada periode kenabian sampai dengan
jangka waktu yang sangat panjang, yakni akhir abad ke-19, apa yang disebut Ilmu
Dakwah belumlah dikenal. Dakwah masih dalam bentuk aktivitas tabligh keagamaan,
jihad politik, dan masih bersifat generik. Namun kenyataan bahwa ilmu-ilmu
bantu bagi pengembangan Ilmu Dakwah memang sudah mulai bermunculan, walaupun masih sangat
berserakan.[2]
II.
PERMASALAHAN
Rumusan
masalah:
1.
Bagaimana
perkembangan agama Islam pada abad pertengahan?
2.
Bagaimana perkembangan
dakwah di berbagai belahan dunia?
3.
Bagaimana
kronologi perkembangan dakwah di Indonesia?
4.
Bagaimana
perkembangan ajaran Islam pada masa modern?
III.
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Agama Islam Pada Abad Pertengahan
1.
Sekilas Tentang
Dunia Islam Abad Pertengahan
Dalam buku Ensiklopedi Islam, Jilid 2 dijelaskan bahwa sejarah
Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250 M), periode
pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang).[3]
Pada periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan keemasan. Hal ini
di tandai dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan islam, adanya integrasi
antar wilayah Islam, dan adanya kemajuan di bidang ilmu dan sains.
Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran. Hal ini ditandai
dengan tidak adanya lagi kekuasaan Islam yang utuh yang meliputi seluruh
wilayah Islam, dan terpecahnya Islam menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah.
Ø Kerajaan Ottoman (Daulah Utsmaniyyah) di Turki
Daulah ini
lahir pada abad ke-7 H (abad ke-13 M). Pendirinya Utman bin Ertohrul yang
dilahirkan di Anadol tahun 657 H. Kerajaan Ottoman (Daulah Utsmaniyyah) didirikan
dan diproklamasikan kemerdekaannya oleh Utsman I (Utman bin Ertohrul ) dari
bangsa Turki Usmani, setelah Sultan Alauddin dari Dinasti Saljuk meninggal
dunia tahun 1300M.
Utsman I
dinobatkan sebagai raja (sultan) pertama dari kerajaan Ottoman, yang disusul
oleh raja-raja berikutnya. Kerajaan Ottoman mengalami kemajuan pada masa
pemerintahan Sultan Muhammad II (1451-1481 M). Sultan ini berjasa besar, karena
telah menyebarluaskan Islam ke Benua Eropa, melalui penaklukan kota Benteng
Konstatinopel ibukota Romawi Timur pada tahun 1453 M. Karena keberhasilannya
ini, kemudian Sultan Muhammad II mendapat julukan Al-Fatih yang artinya Sang
Penakluk.
Selanjutnya
pada tahun 1520-1566 M, Sulaiman Agung menjadi penguasa baru di kerajaan Turki
Usmani menggantikan Sultan Muhammad II dan dia dijuluki Sulaiman Al-Qanuni.
Sulaiman bukan hanya sultan yang paling terkenal dikalangan Turki Usmani, akan
tetapi pada awal ke 16 ia adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia.
Ia seorang penguasa yang shaleh, ia mewajibkan rakyat muslim harus shalat lima
kali dan berpuasa di bulan ramadhan, jika ada yang melanggar tidak hanya
dikenai denda namun juga sanksi badan.
Sulaiman juga
berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki, pada saat Eropa terjadi
pertentangan antara katolik kepada khalifah Sulaiman, merteka di beri kebebasan
dalam memilih agama dan diberikan tempat di Turki Usmani. Lord Cerssay
mengatakan, bahwa pada zaman dimana dikenal ketidakadilan dan kedzaliman
katholik roma dan protestan, maka Sultan Sulaiman yang paling adil dengan
rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama islam. Setelah Sulaiman meninggal
dunia, kerajaan turki Usmani mengalami kemunduran.
Peranan umat
Islam India dalam penyeluasan agama Islam dapat dilihat dalam empat periode,
periode sebelum kerajaan Mogul (705-1526 M), periode Mogul (1526-1858 M),
periode masa penjajahan Inggris (1858-1947 M), dan periode Negara India Sekuler
(1947-sekarang)
Pemerintahan
Kemaharajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur pada 1526 M. Babur merupakan
cucu Timur Lenk dari pihak ayah dan cucu Jenghiz Khan dari pihak ibu. Kerajaan
ini dimulai ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir pada
pertempuran pertama Panipat dengan bantuan Gubernur Lahore. Ia menguasai Punjab
dan meneruskan ke Delhi yang dijadikan ibukota kerajaan. Penguasa setelah Babur
adalah putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M) di masa ini kondisi
kerajaan tidak stabil, karna banyak perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada 1540
terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan dari Qanauj mengakibatkan
Humayun melarikan diri ke Persia. Atas bantuan Raja Persia (Safawiyah), Humayun
kembali merebut Delhi tahun 1555 M.
Puncak kejayaan
kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan
(1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar berhasil
memperluas wilayah sampai Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya diwajibkan mengikuti
latihan militer. Politik Akbar yang sangat terkenal dan berhasil menyatukan
rakyatnya adalah Sulhul Kull atau toleransi universal, yang memandang sama
semua derajat. Akbar menciptakan Din Ilahi, yang menjadikan semua agama menjadi
satu demi stabilitas antara Hindu dan Islam. Akbar mengawini putri pemuka Hindu
dan melarang memakan daging sapi. Penguasa keempat adalah Jahangir (1605-1628
M), putra Akbar. Jahangir adalah penganut Ahlusunah wal jamaah, sehingga apa
yang ayahnya ciptakan menjadi hilang pengaruhnya. Dari itu muncul berbagai
pemberontakan, terutama oleh putranya sendiri, Kurram. Kurram berhasil
menangkap ayahnya, tapi berkat permaisuri kerajaan, permusuhan antara ayah dan
anak ini bisa dipadamkan.
Setelah
Jahangir meninggal, Kurram naik tahta setelah mengalahkan saudaranya, Asaf
Khan. Kurram bergelar Shah Jahan (1627-1658 M) . Masa ini banyak terjadi
pemberontakan, terutama dari kalangan keluarga kerajaan. Aurangzeb, panglima
dan juga putra ketiga Shah Jahan berhasil memadamkan pemberontakan dari
keturunan Lodi. Keberhasilan Aurangzeb membuat saudara tertuanya, Dara, merasa
iri dan menuduh ingin merebut tahta kerajaan. Namun ketangguhan Aurangzeb
berhasil mengalahkan saudaranya sekaligus menangkap ayahnya, Shah Jahan. Hal
ini pernah dilakukan sendiri oleh Shah Jahan terhadap kakek Aurangzeb,
Jahangir. Aurangzeb, (1658-1707 M) menggantikan ayahnya.
Wilayah
kekuasaan Mogul meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud, Allahabad,
Ajmer, Guzarat, Melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Ahmad Nagar, Ousra,
Khasmir, Bajipur, Galkanda, Tajore, dan Trichinopoli.
Umat Islam
menguasai Persia sejak tahun 641 M. Setelah itu, bangsa Persia yang semula
beragama Zoroaster berbondong-bondong masuk islam. Dinasti atau kerajaan islam
silih berganti memerintah Persia, sampai dengan Bangsa Mongol merebutnya pada
abad ke-12 M. Setelah 3 abad bangsa Mongol menguasai Persia, hingga pada tahun
1501M muncul Dinasti baru, yaitu Dinasti atau kerjaan Safawi.
Kerajaan Safawi
didirikan oleh Syah Ismail Safawi pada tahun 907 H/1501 M di Tabriz. Beliau
berkuasa pada tahun 1501M-1524M yang kekuasaannya disebelah barat bebatasan
dengan kerajaan Utsmani(Ottoman) di Turki dan disebelah Timur berbatasan dengan
kerajaan Islam Mogul di India. Kerajaan Safawi merupakan salah satu dari
tiga kerajaan besar di dunia Islam pada abad pertengahan.
Setelah pemerintahan
Syah Ismail Safawi berakhir, silih berganti sultan-sultan Dinasti Safawi
melanjutkan pemerintahan hingga sebanyak 17 sultan. Sultan terakhir bernama
Sultan Muhammad.
Masa Kekuasaan
Syah Abbas (1585-1628 M) merupakan puncak kejayaan kerajaan safawi. Kemajuan
yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Di bidang
yang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan.
Kerajaan Safawi
menjadikan Syiah sebagai mazhab negara dan menjadikan Persia sebagai pusat
aliran ini. Sampai saai ini Persia atau Iran dikenal sebagai pusat aliran
Syiah.
Kerajaan Safawi
mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Syah Ismail Safawi
(1501-1524M), Syah Tahmasp I (1524-1576 M), dan Syah Abbas I (1588-1620 M).
Pada tahun 1736 M, Nadir Syah berhasil mengalahkan Kerajaan Safawi dan
mengakhiri kekuasaannya.
Kemunduran
kerajaan Safawi adalah sepeninggal Abbas I, berturut-turut di perintah oleh
enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman
(1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III
(1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kindisi kerajaan tidak menunjukan
grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang
akhirnya membawa kepada kehancuran.
Diantara
sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik
berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan Usmani berdirinya Kerajaan
Safawi yang beraliramn Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah
kekuasaan. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun
pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I.
Namun tidak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu
dapat dikatakan tidak ada laigi kedamaian antara dua kerajaan besar Islam itu.
Penyebab
penting lainnya adalah karena pasukan ghulam(budak-budak) yang di bentuk oleh
Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini
disebabkan karena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak
melalui proses yang dialami Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang
baru ternyata tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota
Qizilbash sebelumnya.
B.
Perkembangan
Dakwah di Berbagai Belahan Dunia
1.
PERKEMBANGAN
DAKWAH DI AFRIKA UTARA
A.
Sejarah dan
perkembangan Dakwah di Afrika Utara
Sejarah historis Dakwah Islam masuk dan menguasai Afrika Utara dan
menjadikan salah satu bagian provinsi dari
dinasti Bani Umayyah. Mayoritas bangsa-bangsa di Afrika Utara adalah
muslim.[6]
Sejak periode awal Islam sampai abad ke-19, sejarah masyarakat
muslim Afrika Utara berlangsung dalam dua motif utama, yaitu pembentukan negara
dan islamisasi. Penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab memberikan dorongan
baru bagi pembentukan negara dan penggorganisasian masyarakat Afrika Utara
menjadi komunitas muslim. Penaklukan tersebut juga mengantar pada kelembagaan
Islam bagi warga masyarakat Afrika Utara. Akhirnya bangsa Arab memberikan
Afrika Utara sebuah identitas Arab yang ditimbulkan oleh gelombang migrasi
Arab, dan melahirkan negara yang didominasi oleh bangsa Arab. [7]
Secara umum gerakan-gerakan jihad di Afrika Utara pada abad ke-19 menjurus kepada pembentukan
negara-negara Islam termasuk diantaranya yang dipimpin Usman Fodio (1754-1817
M) di Nigeria, gerakan Grand Sanusi
di Libya (1787-1859 M), dan gerakan Al
Mahdi di Sudan (1845-1848 M). Ciri yang paling istimewa dari gerakan
revivalis[8] di Afrika Utara adalah
kepemimpinannya, yakni orde-orde sufi yang berorientasi pada politik, militan[9], dan reformis.[10]
Dengan demikian, gerakan dakwah di belahan Afrika Utara
lebih kental diwarnai oleh pengaruh sufi, islamisasi pemerintah, dan
penghapusan segala bentuk yang berbau kepercayaan atau pemurnian terhadap
terhadap ajaran Islam.[11]
B.
Tunisia
Sejak awal diperkenalkan Islam di Tunisia, mayoritas penduduk
muslim negeri ini merupakan kaum Sunni yang bermazhab Maliki dan Hanafi. Tetapi
untuk kepuasan batin, gerakan Islam di Tunisia tidak lepas dari penganut
tarekat.
Tunisia dalam periode awal Islam, sebagaimana Timur Tengah, tetap
melestarikan warisan institusionalnya tetapi menerima versi Islam dalam bentuk peradaban kuno.
Hingga abad ke-19 Tunisia dalam segala aspeknya merupakan sebuah varian
provinsional dalam dunia Islam Timur Tenggah.
Pada abad ke-20, banyak negara yang mengalami kebangkitan Islam,
gerakan dakwah di Tunisia terpisah dari ulama mapan. Upaya utama untuk
mengorganisasi gerakan Islamis di Tunisia dilakukan pada awal 1960-an oleh
sebuah gerakan yang berpusat di Pakistan bernama kelompok dakwah.
Kelompok-kelompok yang muncul di Tunisia memiliki fokus-fokus perhatian yang
berbeda dengan tegas. Fokus dakwah lebih tertuju pada individu dari pada
masyarakat Islam secara keseluruhan atau pemikiran Islam, yang menjadi karakter
MTI dan kaum islamis progresif yang belakangan muncul. Tujuan akhir dakwah
adalah membangun sebuah masyarakat Islam, tetapi pendekatannya adalah dari
bawah ke atas; sebagai pembangunan masyarakat, individu harus diperbaharui
terlebih dahulu sebelum masyarakat dapat diperbaharui.[12]
Konsep pembaharuan mereka adalah taslih (memulihkan, memperbaiki) dan tujuan mereka adalah
menciptakan individu-individu yang saleh (benar, bijak, baik) sebagai sarana
untuk mencapai sebuah tatanan masyarakat muslim sejati.
C.
Maroko
Mayoritas penduduk Maroko adalah beragama Islam dan masuk dalam
golongan muslim Sunni, maka tak heran sepanjang perjalanan sejarah negeri ini
banyak dipelopori oleh gerakan pembaruan yang berawal dari gerakan tarekat.
Gerakan dakwah Islam berupa gerakan pembaruan di negara
Maroko diawali dengan kebangkitan kembali al-Murabhitun
pada abad kesebelas dan al-Muwahhidun
pada abad keduabelas.
Dengan demikian, sepanjang perjalanan gerakan dakwah di Maroko
lebih mewarnai pada gerakan-gerakan dalam bentuk tarekat yang kemudian
banyak didistorsi oleh pemerintah. Sehingga pola dakwahnya lebih pada perpaduan
antara bentuk sufisme (tarekat) dan pemerintahan yang berkuasa, disamping
gerakan pemurnian agama yang tidak pernah padam ditengah-tengah masyarakat.[13]
D.
Libya
Libya merupakan negara dari pemerintahan Usmani yang mendirikan
rezim utama diwilayah Tripolitania, Cyrenaica, dan Fezzan.
Sejarah kehidupan muslim kontemporer Libya banyak berubah setelah
kudeta yang dilakukan oleh Mu’amar Qadzdzafi pada tahun 1969, dimana sistem monarki diganti menjadi anakronisme
politik. Revolusi Qadzdzfi mulainya dianggap sebagai salah satu contoh paling
awal dalam pembaharuan politik islam sejak negara Afrika Utara memperoleh
kemerdekaannya pada 1950 dan 1960-an.
Puncak dari proses egalitarianis Qadzdzafi dan mengarah ke tingkat
baru penafsiran Islamnya adalah pembentukan jamahiriyah pada tahun 1977.
Dan dari sistem politik yang telah diterapkan di anggap radikal, maka kemudian
mendapat reaksi keras dari para ulama yang pada akhirnya kemudian melahirkan
gerakan aksi Islam bawah tanah diantaranya Hizb-al-Tahrir al Islami
gerakan sejenis ihwanul muslimin sekaligus merupakan gerakan oposisi bagi
pemerintahan Qadzdzafi. [14]
Libya sebagai bentuk gerakan dakwah kontemporer banyak dipengaruhi
dan terpusat oleh kebijakn pemerintah yang berkuasa saat itu. Sehingga
birokrasi (unsur politik) sangat menonjol dalam memegang keputusan dan
memberikan corak dalam setiap aktifitas keislaman.
2.
PERKEMBANGAN
DAKWAH DI CINA
A.
Sejarah Dakwah
Islam di Cina
Kedatangan islam di Cina dapat ditelusuri melalui dua jalur
perdagangan : pertama melalui jalan laut, dan kemudian melalui jalan darat. Dan
komunitas muslim melalui jalur tersebut telah meningkat terus menerus melalui imigrasi,
perpindahan agama dan perkawinan. Pada abad ke-6 perdangan Arab dan Cina
sangat berkembangan melalui Ceylon.
Sementara itu pada abad ke-7 perdagangan segitiga antara Arab, Cina, dan Persia
makin berkembangan lagi dan kota Syiraf di Teluk Persia merupakan bursa bagi
para pedagang Cina. Periode ini bersamaan dengan dinasti Tang di Cina (618-907)
. dan pertama kali nama arab disebut dalam sejarah Cina.[15]
Secara historis proses dakwah islam dapat ditelusuri melalui
perjalanan para da’i hingga sampai ke negeri ini :[16]
Pada masa dinasti Tang datanglah ke Canton banyak orang asing dari
Amman, Kamboja, Madinah, dan beberapa orang lain. Dalam beribadah orang-orang asing tersebut
menyembah langit (maksudnya allah) dan tidak ada patung berhala atau simbol
pigura didalam rumah peribadatan mereka. Kerajaan Madinah memiliki hubungan
yang erat dengan kerajaan India. Di kerajaan inilah lahir agama-agama asing,
yang berbeda dengan agama budha. Meraka tidak makan daging babi atau minum
anggur dan memandang tidak halal daging yang disembelih diluar cara mereka.
Pada perkembangan selanjutnya secara garis besar masyarakat muslim
Cina terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : Pertama, kelompok Hui yakni
warga muslim yang tersebar dibeberapa daerah yang berpenduduk Hui yang secara
fisik dan bahasa adalah warga Cina, tetapi menganggap diri meraka bukan sebagai
warga cina disebabkan mereka tidak makan danging babi dan menyembah roh nenek
moyang, tidak berjudi, tidak mengonsumsi makanan keras, dan tidak pula mengisap
ganja. Kedua adalah kelompok muslim yang tidak berasimilasi dengan
masyarakat Asia Tengah, termasuk didalamnya kelompok Kazakh, Uighur, Kirgh dan beberapa kelompok
kecil lainnya dan sebagian besar mereka berbahasa Turki yang tidak berasimilasi
kedalam kebudayaan Cina.
Pada perkembangan selanjutnya kehidupan kaum muslimin juga terus
berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Dan salah satu
diantaranya adalah akibat dari gerakan pembaharuan yang melanda Cina pada 6
abad terakhir dikalangan kaum muslim di Cina dapat dijumpai spektrum yang luas
dari kepercayaan islam.
B.
Pola Dakwah
Kontemporer di Cina
Secara kultural terjadi kebangkitan kembali gerakan dakwah islam di
Cina, yaitu pada abad 19 dan 20. Selama periode ini orang-orang muslim banyak
membangun lebih dari 1000 sekolah dasar
dan perpustakaan dan banyak sekolah menengah.
Secara politis, umat muslim Cina membuat kemunculan kembali secara
mengesankan. Banyak diantara mereka bergabung dengan revolusi nasionalis.
Sementara itu pengorganisasian semua muslim Cina dibawah payung tunggal
dimotori oleh muslim mongolia dengan pembentukan “ Liga Lima Ma”.
Gerakan-gerakan pembaruan bersemangat Wahabiyahyang dikenal
sebagai Yihewani (ikhwan) menjadi populer berkat dukungan kaum
nasionalis dan para panglima perang. Mereka menilai bahwa islam tradisionalis
terlalu menyesuaikan diri dengan praktik-praktik cina, dan menilai sufisme
terlalu memuja wali dan makam. Sehingga aktivitas gerakan dakwahnya lebih pada
aspek pembaharuan dalam kehidupan masyarakat.
3.
PERKEMBANGAN DAKWAH
DI ASIA TENGAH DAN SELATAN
A.
Perkembangan
Dakwah di Asia Tengah
Pada abad ke-7 M, Arab berhasil membawa islam ke Trankaukasia
Timur. Walaupun ditentang oleh orang georgia dan orang yahudi kaszar diwilayah
ini, namun dakwah islam berlangsung dengan cepat sehingga pada abad ke-8,
mayoritas penduduk sudah muslim. Islamisasi berlangsung hinga abad ke-12 ketika
perlawanan orang Yahudi dan Kristen sudah tidak ada lagi.
Abad ke-13 adalah abad kegelapan bagi Islam di Asia Tengah karena
invansi mongol. Pada mulanyakekuasaan mongol sangat anti islam karena banyak
pemimpin Mongol yang beragama Budha dan Kristen Nestorian. Akan tetapi, Islam
tetap bertahan berkat usaha dakwah yang dilakukan oleh tarekat sufi yang
banyak menarik masyarakat masuk Islam dan bahkan penguasa Mongol, yaitu
kekhanan Chagatai yang berhasil diislamkan.
Abad ke-14 wilayah-wilayah penting muslim masuk kekaesaran Rusia,
seperti Khazan, Astrakhan, Siberia barat. Pada masa ini umat Islam diperlakukan
sebagai warga Rusia yang tidak mendapatkan hak seperti yang dinikmati oleh
orang Kristen. Para bangsawan muslim didorong untuk masuk Kristen, dan
dibeberapa wilayah para pemimpin agama Islam diusir kepedalaman, dan masjid-masjid
dihancurkan. Sampai akhirnya Islam dapat berkembang kembali khususnya masa
kekaesaran Chaterine Agung, yang menganggap Islam lebih berpengaruh
memberadapkan Asia dari pada orang Kristen.
Pada awal pemerintahan rusia abad ke-19, penaklukan yang di lakukan
Rusia melahirkan Asia Tengah dengan wilayah administratif organisasi yang baru.
Pada awalnya kehadiran Rusia menguntungkanbagi organisasi keagamaan muslim.
Di Bukhara, sebuah organisasi muslim
yang terorganisir secara baik dan mendapatkan dukungan dari negara mencapai
tingkat kohesi sosial dan ekonominya.[17]
B.
Perkembangan
Dakwah di Asia Selatan
Perjalanan dakwah Islam di Asia Selatan sangat luas dan heterogen.
Mayoritas dari penduduk Asia Selatan adalah mendefinisikan diri sebagai muslim
dengan berbagai kelompok bahasa yang berbeda-beda, hidup dalam beragam
lingkungan, dan menghadapi suasana sosial dan lingkungan yang heterogen. Pada
saat tertentu, Islam Asia Selatan berfungsi sebagai wahana protes simbolis,
jalan besar bagi mobilitas sosial, dan bahkan identitas religius alternatif,
inilah yang terjadi dengan pria di India Selatan yang sebagian besar masuk
Islam dalam dasawarsa terakhir ini.
Di Asia Selatan ketika Islam telah berkuasa diwilayah ini, para
penguasa baru berdakwah dengan cara mendirikan lembaga-lembaga yang membawa
kesan Islam. Ibu kota dijadikan pusat utama ketaatan muslim. Karena sultan
diharapkan mengakui kekuatan syariah, meskipun hukum itu tampaknya bertentangan
dengan hukum-hukum dinasti lokal. Para sultan juga harus membantu
lembaga-lembaga yang sangat penting bagi identitas kolektif muslim-masjid,
madrasah/sekolah agama, dan rumah sakit. Penguasa dapat mengeluarkan dana dari
perbendaharaan sentral, sedangkan para individu swasta lebih suka memberikan
wakaf untuk mendirikan dan melestarikan lembaga-lembaga seperti itu.[18]
C.
India
Masyarakat india, banyak sekali yang masuk islam tidak dengan jalan
kekerasan sebagaimana yang digambarkan dalam sejarah atau tulisan tentang
penyerbuan yang dilakukan tentara muslimin dan kekuasaan muslim di India, akan
tetapi semata-mata melalui turunan dan persuasif dakwah yang penuh dengan jalan
damai. Kelompok ini berbeda dengan mereka yang masuk Islam dengan kekerasan
atau dengan kelompok lain dari masyarakat India yang heterogen itu. Thomas W.
Arnold membagi masyarakat Islam di India menjadi dua golongan.
1.
Golongan
keturunan asing yang datang ke India membawa Islam sebagai agama.
2.
Golongan
penduduk asli yang semula memeluk agama lain dan kemudian masuk Islam melalui
berbagai cara dakwah secara bertahap dalam periode tertentu.[19]
Golongan
pertama diatas terbagi lagi menjadi 3 kelompok.
a.
Yang terbesar
dan terpenting ialah kaum pendatang yang berasal dari daerah Barat Laut,
terutama yang berdiam di Sind dan Punjab.
b.
Keturunan kaum
bangsawan dan tentara Islam, terutama berdiam dibagian utara serta sebagian
Dacca.
c.
Mereka yang
berada di sepanjang perbatasan Barat. Pada umumnya
meraka keturunan Arab yang datang ke India melalui jalan Laut.
Dakwah di India Selatan dimulai pada abad ke-7 ketika kelompok
perdagangan arab dan perjalanannya ke Tiongkok atau Cina mampir atau mengambil
barang dagangannya di India. Diantara mereka ada yang menetap dan mengawini
penduduk setempat. Mereka inilah nenek moyang dari penduduk Mapila. Sebagian
nenek moyang susku Mapila datang ke Irak
dan Persia.
Sementara itu, kebangkitan gerakan-gerakan Islam pada benua India
didasari pada revivalisme Islam
diantaranya adalah Sayyid Ahmad Khan dan gerakan Aligarh yangdipimpimnya. Dia
menumpahkan perhatiannya pada masyarakat muslim India dan bersifat loyal dalam
bidang politik. Dia percaya bahwa hal itu adalah salah satu bukti tidak ada
pertentangan antara akal, agama, dan ilmiah. Dia menegaskan bahwa akalitu
adalah agama akal dan alamiah yang tidak mungkin ada kontradiksi antara kalam
Allah (Al-Qur’an) dengan ciptaan Allah (alam semesta) disebabkan karena hukum
Islam itu sejajar dengan hukum-hukum alam, maka Islam itu pasti selaras dengan
pemikiran ilmiah modern. Gerakan Aligarh dari Ahmad Khan, dengan orientasi yang
positif kearah modernisasi, merupakan pendorong bagi perkembangan modernisme
dalam masyarakan muslim di India. Akan tetepi, pada tahun 1930 M warisan
modernisme muslim pada Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah, para pemuka
politik yang menyerukan pemisahan negara muslim yakni Pakistan.
D.
Pakistan
Negara pakistan didirikan berdasarkan gagasan bahwa umat muslim
India telah membentuk sebuah bangsa dan berhak atas Tanah Air teritorial mereka
sendiri.
Problem utama yang dihadapi
Pakistan adalah menciptakan sebuah identitas nasional yang serasi dengan
realitas perbatasan wilayah politik yang baru dan menciptakan sebuah rezim yang
mantap yang diakui oleh penduduknya yang berbeda secara etnis, ideologis,
linguistik, dan perbedaan agama yang sangat tajam. Karena semenjak pendirian
negara tersebut seruan atau dakwah terhadap Islam belum mampu mengatasi
permasalahan mengenai bentuk Islam yang harus dikembangkan.
Pemerintah memberlakukan hukum tradisional Islam, melarang
perjudian dan penggunaan alkohol, dan membentuk sistem peradilan baru. Gerakan
pembaharuan yang berlangsung di Pakistan lebih menekankan pada totalitas sistem
Islam atau Nizam-i Musthafa yang
mengisyaratkan sebuah pemerintahan dan perekonomian Islam. Dengan demikian
Islam telah digunakan untuk membangkitkan semangat solidaritas nasional.[20]
E.
Bangladesh
Islam di Bangal (Bangladesh) berawal dari penyerbuan Turki pada
1000 M. Pada tahun 1576, wilayah tersebut merupakan bagian dari kerajaan Mughol
yang menguasainya hingga 1757 dan berdirinya kerajaan Inggris di India. Tentang
masuknya Islam yang diwarnai dengan gerakan dakwah di Bangladesh para sejarah
mengklasifikasikan kedalam beberapa tahap yaitu:
Tahap pertama, islamisasi dengan penggundulan Hutan Delata Bengal oleh petani
lapar-lahan yang tidak mempunyai komitmen keagamaan yang mantap, dan dipacu
oleh para penguasa Bengal yang haus pajak, baik pada masa pra-Mughol maupun
Mughol Begal.
Tahap kedua, islamisasi di Bengal Timur dapat disaksikan dalam perkembangan
suatu tradisi yang mesin kretisitasi bentuk-bentuk Islam rakyat dan Hindu.
Tahap ketiga, munculnya beberapa gerakan kebangkitan yang menentang ragam Islam
Bengali dan paham singkritis yang tumbuh didalam negeri pada abad ke-19.
Gerakan lainnya adalah Thariqah-i
Muhammadiyah gerakan di India yang menyerupai Wahabiyah di Arab Saudi pada
abad ke-18. Ciri utama gerakan ini adalah menekankan kekuatan yang ketat pada
syariah.[21]
4.
PERKEMBANGAN
DAKWAH DI ASIA TENGGARA
A.
Proses awal
penyebaran Islam di Asia Tenggara
Asia Tenggara atau Indo-Melayu merupakan tujuh dari wilayah
kebudayaan atau peradaban Islam yang tegasnya terdiri dari wilayah kebudayaan
Arab, Islam Persia, Islam Turki, Islam Afrika (hitam), Islam anak benua India,
Islam Indo-Melayu, dan terakhir sekali wilayah peradaban Islam di western hemisphere.
Sebagai bagian integral dari kebudayaan peradaban Islam secara
keseluruhan, fenomena dan ekspresi kebudayaan Islam di wilayah Indomelayu juga
mencakupciri-ciri universal, membuat kebudayaan peradaban di wilayah tertentu
dapat disebut Islamiate (meminjam istilah Hogson).
Mengenai datangnya islam di Asia Tenggara sedikitnya ada tiga teori
besar.[22]
Teori pertama , teori yang mengatakan bahwa islam datang langsung
dari Arab, atau tepatnya Hadramaut .teori ini dikemukakan oleh Crawfurd
(1820),Kayzer (1859), Niemann (1861),de Hollander (1861), dan Veth
(1871).Crawfurd menyatakan bahwa Islam
datang langsung dari Arab,meskipun pada bagian lain menyebut adanya bagian dari
orang-orang Mohamme dan di India Timur.
Teori yang kedua adalah teori yang mengatakan Islam datang dari India
adalah teori yang pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel, berdasarkan
terjemahan prancis tentang catatan perjalanan sulaiman, Marcopolo, dan Ibnu
Battuta,ia menyimpulkan bahwa orang orang arab menyimpulkan yang bermazhab
syafi’i dan gujarat dan malabar di India yang membawa islam di Asia Tenggara.
Dan teori ketiga, adalah teori yang dikembangkan oleh fatimi bahwa
Islam datang dari Bengali (kini Bangladesh).
Sementara itu mengenai proses awal masuknya Islam di Asia Tenggara
tidak berlangsung secara serta merta, akan tetapi melalui beberapa tahap
.Penetrasi Islam Asia Tenggara secara kasar dapat dibagi ke dalam tiga tahap.
1.
Tahap petama,
Dimulai dengan kedatangan Islam yang kemudian diikuti dengan kemerosotan, akhirnya
keruntuhan kerajaan Majapahit pada kurun abad keempat belas dan lima belas.
2.
Tahap
kedua,sejak datang dan mapannya kekuasaan kolonialisme Belanda di Indonesia,
Inggris di semenanjung malaya, dan spanyol di Filipina sampai abad ke 19.
3.
Tahap ke tiga,
bermula pada abad ke 20 dengan terjadinya liberalisasi kebijakan pemerintah
kolonial terutama di Indonesia.
Dengan
demikian, dapat dianalisis bahwa keseluruhan struktur masyarakat Asia Tenggara
kontemporer mencerminkan sebuah akumulasi antara pola institusional dan wilayah
ini yang banyak di pengaruhi oleh pemerintah kolonial Inggris dan Belanda.
B.
Malaysia
Secara historis, Islam telah menjadi bagian dari negara-negara
tradisional Melayu, setidaknya dari zaman kesultanan Malaka. Peran Islam dalam
negara melayu tradisional sejak itu menjadi hak yang tak dapat diganggu gugat
meskipun naik turun, dari zaman kolonial sampai tercapainya kemerdekaan dan
suatu bangsa modern.
Sementara itu, proses kebangkitan Islam di Malaysia dimotori oleh
masuknya paham-paham yang diajarkan oleh kaum salaf yang diinspirasi oleh
gerakan-gerakan luar, seperti Jalaluddfin al-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid
Ridha.[23]
Pada periode kemerdekaan Malaysia merupakan isu penting bagi
kebijakan terhadap umat Islam. Pada masa kemerdekaan dakwah Islam berlangsung
secara bebas karena berkaitan dengan kebijakan yang diterapkan pemerintah yang
sangat mendukung dan suasana yang kondusif dalam melakukan dakwah. Karena pada periode federasi agama merupakan
kepedulian lokal, dan sebagian besar kesultanan melayu berusaha mempertahankan
sebuah departemen urusan agama meliputi tugas pembangunan Masjid, pemberlakuan
moral dan kitab hukum pidana Islam serta mengumpulkan zakat. Pada kemerdekaan
ini Islam dijadikan agama resmi pemerintah federasi.
Gerakan modern yang cukup menggemparkan adalah Darul Arqam, di samping itu Darul
Arqam telah berhasil secara mandiri menekankan gaya hidup komunal muslim
sekaligus menghadirkan kuatnya hubungan kerja sama dalam Islam.
Selain organisasi besar diatas yang mewarnai perjalanan dakwah
Malaysia juga terdapat organisasi-organisasi kecil yang kontribusinya terhadap
kemajuan Islam di negeri ini tidak sedikit. Dengan demikian walaupun gerakan
dakwah di negeri Jiran tidak monolitik atau uniliniear dalam struktur dan
perkembangan siknifikasinya untuk masyarakat dan politik Malaysia cukup kuat.[24]
C.
Singapura
Berdasarkan keadaan demografi tersebut walaupun secara umum orang
muslim Singapura merupakan kaum minoritas, namun aktivitas gerakan dakwah
disana berkembang secara dinamis. Hal ini diindikasikan dengan mulai
bermunculnya organisasi atau lembaga-lembaga keislaman. Organisasi Islam yang
terkemuka adalah masyarakat dakwah muslim,
didirikan 1932. Gerakan dakwah organisasi ini adalah antara lain mendirikan
gedung peringatan Raja Faisal (King Faisal Memorial Hall), mendirikan klinik
pengobatan dan pusat hukum.
Sementara, pada era 80-an komunitas muslim di Singapura mulai
perhatian terhadap peningkatan status sosial-ekonomi secara memadai dalam
profil yang tinggi. Gerakan dakwah Islam mulai diarahkan untuk melakukan
perbaikan dan bergeser ke prioritas-prioritas baru dalam menghadapi kebijakan
pemerintah dimana pemerintah Singapura
yang sedang memasuki tangga teknologi sampai akhirnya menjadi salah satu
“Negara-negara Indrusti Baru” (NIC’s).
Gerakan organisasi ini juga mengimbau kepada pemimpin-pemimpin
muslim (ulama) dan aktivitas-aktivitas yang berorientasi Islam agar
menanggulangi status sosial-ekonomi mereka dalam kerangka dan prinsip-prinsip
Islam.
D.
Brunei
Darussalam
Asal mula Brunei berasal dari bahasa Sansekerta Varunai yang
berarti Kalimatan. Sejarah masuknya
Islam di Brunei dibawa oleh ulama dari Tanah Arab yang sebelumnya ke Tanah Melayu
Johor. Di antara ulama Islam adalah Syarif Ali yang berasal dari Thaif sebuah
kota kecil didekat tempat arah umat Islam menuju kiblat buat bersembahyang.
Sementara itu, sebagai negara yang mengamalkan ajaran Islam, Brunei
gencar melakukan islamisasi dalam kehidupan publik. Selaras dengan kedudukan
Islam sebagai agama resmi beberapa lembaga publik yang berorientasi Islam
didirikan.
Dari situlah kemudian agama Islam berkembang di Tanah ini hingga
menjadi negara Islam yang mayoritas penduduknya adalah beragama muslim walaupun
ada sebagian kecil penduduk sebagai imigran dari Cina. Sebagai agama resmi,
Islam mendapat perlindungan penuh dari negara. Dan bahasa Melayu tetap menjadi
media pengajaran agama dan komunikasi di antara kaum muslimin Brunei.[25]
C.
Kronologi
Perkembangan Dakwah Di Indonesia
A.
Sebelum Masa
Penjajahan (Masa Wali)
Sampai dengan abad ke-8 H/14M, belum ada pengislaman penduduk
pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9H/14M., penduduk
pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk
Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abd tersebut disebabkan
saat itu kaum muslimin sudah memeilki kekuatan politik yang berarti. Yaitu
ditandai dengan berdirinya kerajaan bercorak Islam, seperti Kerajaan Aceh
Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa
kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra-Islam
dan para pendatang Arab. Pesatnya islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara
lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh Kerajaan-kerajaan
Hindu atau Budha di Nusantara, seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas
Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa, kedatangan Islam
bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam
datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan
merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang
benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.[26]
Sementara itu, dalam sejarah penyebaran ajaran agama Islam terutama
di Pulau Jawa banyak ditemukan literatur bahwa pada masa awal, da’i sebagai
penyebar Islam banyak dipegang peranannya oleh para “wali sembilan” yang
lebih dikenal dengan “walisongo”. Kata wali berasal dari
Al-Qur’an yang banyak memiliki arti antara lain: penolong, yang berhak, yang
berkuasa. Wali juga memiliki arti pengawal,
kekasih, ahli waris, dan pengurus.walisongo di sini diartikan
sebagai sekumpulan orang (semacam dewan dakwah) yang dianggap memilki hak untuk
mengajarkan Islam kepada masyarakat Islam di bumi Nusantara pada zamannya.
B.
Dakwah Pada
Masa Penjajahan (Pesantren dan Organisasi Islam)
1.
Pesantren
Pesantren
berarti tempat tinggal para santri. Istilah santri sendiri berasal dari bahasa
Tamil “sattin” yang berarti orang yang tinggal di sebuah rumah miskin atau
bangunan keagamaan secara umum. Pesantren merupakan pranata asli Islam, yang
lahir dari pola kehidupan tasawuf, yang pada perkembangannya telah merambah di
beberapa wilayah Islam. Hal ini didasari bahwa produk pesantren adalah pranata
pendidikan asli Islam, pesantren lahir dari pola kehidupan tasawuf, yang
berkembang di beberapa wilayah Islam Timur Tengah dan Afrika Utara.
2.
Organisasi
Islam
Kebangkitan
Islam semakin berkembang dengan membentuk organisasi-organisasi sosial
keagamaan, secara berurutan organisasi-organisasi tersebut lahir seperti SDI
(Serikat Dagang Islam) di Bogor tahun 1905 dan Solo 1911, Muhammadiyah di
Yogyakarta 1912, Persatuan Islam (Persis) di Bandung 1920, Nahdatul Ulama’ di
Surabaya 1926, dan Persatuan Tarbiyah Indonesia di Candung,Bukit Tinggi 1930.
Sementara itu juga berdiri partai-partai politik seperti Sarikat Islam yang
merupakan lanjutan dari SDI, Persatuan Muslim Indonesia (Permi) di Padang
Panjang (1932) yang merupakan kelanjutan dan perpanjangan dari organisasi
Thowalib Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938.
C.
Masa
Kemerdekaan
Pola dakwah yang dikembangkan pada masa ini adalah terkonsentrasi
pada peletakan ideologi Islam terhadap pemerintahan yang baru dibentuk untuk
mengakomodasi kepentingan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk
Indonesia. Dan ini akan berdampak luas terhadap perkembangan dari Islam itu
sendiri dan kemudian menata kehidupan umat dalam sebuah masyarakat yang
berdaulat, setelah lepas dari cengkraman penjajahan.
D.
Era Globalisasi
dan Modernisasi
Guna pencapaian tujuan gerakan yang kaffah dalam rangka
pembebasan umat dari tekanan kapitalisme global untuk menuju kemerdekaan sejati
sebagai hamba Allah, maka gerakan dakwah di Indonesia perlu dirancang strategi yang
akurat. Dan salah satu solusi dakwah untuk menghadapi fenomena tersebut yang
ditawarkan dan yang dirumuskan dalam KUII (Kongres Umat Islam Indonesia) yang
berlangsung di Jakarta, dengan rumusan adlah sebagai berikut:[27]
a.
Merumuskan
kembali dan membumikan tauhid sebagai pandangan dunia.
b.
Penguatan
sumber daya da’i dalam lembaga dakwah.
c.
Penciptaan
jaringan ekonomi umat berdasarkan syariah.
d.
Penguasaan
teknologi media dan komunikasi dakwah.
e.
Penguasaan
informasi dakwah untuk menyusun kurikulum dan materi dakwah Islam.
f.
Menyampaikan
Islam pada semua lingkungan dan lapisan masyarakat.
g.
Mengaktifkan
khotbah Jum’at sebagai sarana membangun kesadaran masalah bersama.
h.
Penciptaan seni
budaya Islam populer.
i.
Menyajikan
Islam sebagai agama pembebas.
D. Perkembangan
Ajaran Islam Pada Masa Modern
Menjelang dan pada awal-awal masa pembaharuan yaitu sebelum dan sesudah
tahun 1800 M, umat Islam di berbagai negara, telah menyimpang dari ajaran Islam
yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. Penyimpangan
itu terdapat dalam hal :[28]
Ajaran Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan. Hal ini
ditandai dengan banyaknya umat Islam yang selain menyembah Allah SWT juga
memuja makam yang dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib kepada
dukun-dukun dan orang-orang yang dianggap sakti. Selain itu, ada juga kelompok
umat Islam yang meng kultuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah orang suci
yang segala perintahnya harus ditaati.
Adanya kelompok umat Islam, yang selama hidup di dunia ini, hanya
mementingkan urusan akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan hahwa
memiliki harta benda yang banyak, kedudukan yang tinggi dan ilmu pengetahuan
tentang dunia adalah tidak perlu, karena hidup di dunia ini hanya sebentar dan
sementara, sedangkan hidup di akhirat bersifat kekal dan abadi. Selain itu,
banyak umat Islam yang menganut paham fatalisme, yaitu paham yang mengharuskan
berserah diri kepada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia
dikuasai dan ditentukan oleh nasib.
Penyimpangan-penyimpangan umat Islam terhadap ajaran agamanya seperti tersebut,
mendorong lahirnya para tokoh pembaharu, yang berusaha menyadarkan urnat Islam
agar kembali kepada ajaran Islam yang benar, yang bersumber kepada Al-Quran dan
As-Sunnah (Hadis). Tokoh-tokoh pembaharu yang dimaksud antara lain:
1. Muhammad bin Abdul Wahhab,[29]lahir di Nejd (Arab Saudi) pada tahun 1115 H
(1703 M) dan wafat di Daryah tahun 1201 H (1787 M). Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang ulama besar yang
produktif, karena buku-buku karangannya tentang Islam, mencapai puluhan judul.
Di antara buku bukunya berjudul “Kitab At-Tauhid” yang isinya antara lain
tentang pemberantasan syirik, khurafat, takhayul, dan bid’ah yang
terdapat di kalangan umat Islam dan mengajak umat Islam agar kembali kepada
ajaran tauhid yang murni. Para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, menamakan
kelompoknya dengan “A1-Muwahhidun” atau “Al-Muslimun”, yang artinya kelompok
yang berusaha mengesakan Allah SWT semurni-murninya. Gerakan pemurnian ajaran
Islam yang dilakukan oleh para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhah ini,
dinamakan juga gerakan “Wahabi”.
2.
Rifa’ah Badawi Rafi’ At-Tahtawi, atau At-Tahtawi,[30] lahir di Tahta pada tahun
1801 M dan meninggal di Mesir. Pemikirannya yang berkaitan dengan ajaran Islam,
antara lain, beliau menyerukan agar umat Islam dalam hidup di dunia ini tidak
hanya mementingkan urusan akhirat, tetapi juga harus mementingkan urusan dunia,
agar umat Islam tidak dijajah oleh hangsa lain.
3.
Jamahiddin Al-Afghani,[31] lahir di Asadabad tahun
1838 M dan wafat di Istanbul rahun 1897 M. Di antara pemhaharuan pemikiran yang
dimunculkan beliau adalah:
o
Agar kejayaan umat Islam dapat diraih kembali dan mampu menghadapi dunia
modern, umat Islam harus kembali kepada ajaran agamanya yang murni dan harus
memahami Islam dengan rasio dan kebebasan.
o
Jamaluddin menginginkan agar kaum wanira juga meraih kemajuan dan bekerja sama
dengan pria untuk mewujudkan masyarakat Islam yang dinamis dan maju.
o
Kepemimpinan otokrasi hendaknya diubah menjadi demokrasi. Menurut pendapatnya
Islam menghendaki pemerintahan republik yang di dalamnya terdapat kebebasan
mengemukakan pendapat dan kewajiban negara untuk tunduk kepada undang undang.
o Ajarannya
tentang Pan-Islamisme yakni persatuan dan kerjasama seluruh umat Islam harus
diwujudkan. Karena persatuan dan kerja sama seluruh umat Islam sangat penting dan di
atas segalanya.
Selain tokoh-tokoh pembaharuan tersebut, masih banyak lagi tokoh-tokoh
pembaharuan lainnya, seperti Muhammad Abduh di Mesir (1849-1905 M), Muhammad
Rasyid Ridla (1865-1935 M), Sayid Ahmad Khan di India (1817- 1898 M), dan
Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938 M).
Pada masa pembaharuan jumlah penduduk beragama Islam berkembang terus ke
seluruh pelosok dunia. Penduduk Muslim terbanyak terdapat di Benua Asia dan
Afrika. Mengacu kepada data penduduk tahun 1991 M, negara-negara yang penduduk
Muslimnya lebih dan 90 % adalah Mauritania, Sahara Barat, Maroko, Aijazair,
Tunisia, Libia, Mesir, Somalia, Turki, Irak, Yordania, Arab Saudi, Yaman, Oman,
Qatar, Bahrain, Iran, Afghanistan, dan Pakistan.
Sedangkan negara-negara yang jum!ah umat Islamnya mencapai 50—90 % adalah
Tanzania (Afrika), Turkemenistan, Uzbekistan, Kirghistan, Tajikistan (Rusia),
Bangladesh, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Kepulauan Mindanou di
Filipina. Negara-negara yang umat Islamnya 10—50 % antara lain seperti Guinea
(Afrika), Albania, Suriah, India, Gina, dan Myanmar.
Untuk mengikat negara-negara Islam di seluruh dunia, pada bulan Zulhijjah
tahun 1381 H (Mei 1962), telah didirikan Rabithah Al-Alam Al-Islami (Muslim
world League atau Liga Dunia Islam) sebuah organisasi Islam internasional
non-pemerintah yang tidak berpihak kepada suatu partai atau golongan dan
mewakili umat Islam sedunia. Liga Dunia Islam ini berkantor pusat di Mekah
(Saudi Arabia), sedangkan kantor perwakilannya tersebar di seluruh dunia,
seperti Indonesia, Amerika, Kanada, Denmark, Malaysia, dan Prancis.
Di Benua Eropa dalam Conference of Islamic Cultural Centre and
Organization of Europe (Konferensi Pusat Kebudayaan dan Organisasi Islam
Eropa) di London pada bulan Mei 1973, dengan diprakarsai oleh Sekretariat Islam
di Jeddah telah didirikan Dewan Islam Eropa, yang bertujuan untuk mengorganisir
dan memajukan usaha-usaha dakwah islamiah.
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sejarah dakwah merupakan peristiwa
masa lampau umat manusia dalam upaya mereka menyeru, memanggil dan mengajak
umat manusia dalam upaya mereka menyeru, memanggil dan mengajak umat manusia
kepada Islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan perubahan-perubahan
apa yang terjadi setelah dakwah digulirkan, baik langsung maupun tidak
langsung.
Dakwah sebagai
aktivitas sudah dilaksanakan semenjak adanya kenabian dan seruan risalah bagi
manusia. Pada periode kenabian sampai dengan jangka waktu yang sangat panjang
hingga saat ini. Sejarah dakwah di beberapa negara memiliki perkembangan maupun
strategi yang bervariasi, namun memiliki satu tujuan yang sama yakni menyerukan
agama Allah yaitu agama Islam, memperbaiki aqidah, syariah serta akhlak
manusia.
Pada abad pertengahan, terdapat tiga kerajaan Islam di
antaranya Kerajaan Ottoman di Turki, Kerajaan mogul di India dan Kerajaan
Syafawi di Persia. Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran. Hal ini
ditandai antara lain dengan tidal adanya lagi kekuasaan kerajaan islam yang
utuh.
Walaupun pada abad pertengahan ini tidak semaju seperti pada masa
periode klasik tetapi Kerajaan-Kerajaan Islam pada abad pertengahan berhasil
menghasilkan peninggalan yang bermanfaat hingga sekarang.
B.
Saran
Demikian
makalah yang bisa penulis paparkan, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca, dan semoga dapat menjadi bahan bacaan dalam menambah pengetahuan /
wawasan. Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran, penulis harapkan dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Anas,
Ahmad.Paradigma Dakwah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006)
A.
Syalabi, Sejarah
dan Kebudayaan Islam, Jilid II, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983).
A.S. Harahap.Sejarah Penyiaran Islam di Asia Tenggara,
(Medan: Islamiyah, 1951).
Ira, M. Lapidus.Sejarah Sosial Umat Islam, Bag. III, (Jakarta:
Rajawali Press, 2002).
Thomas W. Arnold.Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta: Wijaya,
1983).
Wahyu Ilahi, Harjani Hefni.Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta:
Kencana, 2007).
http://nchirewrahayu.blogspot.com/2013/10/makalah-perkembangan-islam-pada-abad.html. Diakses pada 05-06-14.
http://paisman1prambananklaten.blogspot.com/2013/01/kelas-xi-bab-13-perkembangan-islam-pada.html. Diakses pada 05-06-14.
[1]Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar
Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 1.
[3]http://nchirewrahayu.blogspot.com/2013/10/makalah-perkembangan-islam-pada-abad.html. Diakses
pada 05-06-14.
[4]http://nchirewrahayu.blogspot.com/2013/10/makalah-perkembangan-islam-pada-abad.html. Diakses pada
05-06-14.
[5]http://nchirewrahayu.blogspot.com/2013/10/makalah-perkembangan-islam-pada-abad.html. Diakses pada
05-06-14.
[6]A. Syalabi, Sejarah
dan Kebudayaan Islam, Jilid II, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983),hlm.154.
[7]Ira, M.
Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Bag. III, (Jakarta: Rajawali Press,
2002),hlm.201.
[8]Gerakan Revivalismeyang muncul di
akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 biasa dikenal dengan tajdid adalah suatu
proses yang dengannya komunitas muslim (ummah) menghidupkan kembali kerangka
social, moral, dan agama dengan kembali kepada dasar-dasar Islam, yakni
al-Quran dan al-Sunnah. Tokoh yang masuk dalam kelompok ini adalah al-Ghazali ,
Ibn Taymiyah , Ahmad Sirhindi , Syah Wali Allah Dihlawi di India, dan Muhammad
Ibn Abdul Wahhab di Arab Saudi, Muhammad Ibn Ali al-Syaukani di Yaman,
Sayyid Ahmad dari Rae Bareli di India, Hajj Syariat Allah di Bengal , Muhammad
Ibn Ali al-Sanusi di Afrika Utara dan Fulaniyah di Afrika Barat. Gerakan
Revivalis memusatkan diri pada: Kepedulian yang sangat terhadap kebobrokan
social dan masyarakat muslim. Seruan untuk kembali ke dalam Islam yang murni
dan membuang tahyul yang ditanamkan oleh bentuk-bentuk sufisme popular.
Usaha-usaha untuk membebaskan diri dari ide kemapanan dan finalitas mazhab-mazhab
fiqhi dan usaha-usaha untuk melaksanakan ijtihad, yaitu memikir ulang secara
pribadi mengenai makna risalah yang murni.
[9]orang atau kelompok orang-orang
yang ikut serta dalam suatu pertempuran fisik/verbal yang agresif, biasanya
dikarenakan suatu penyebab.
[13]Wahyu Ilahi,
Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm.
130.
[14]Wahyu Ilahi,
Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm.
132-133.
[18]Wahyu Ilahi,
Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007),hlm.
145.
[26]Wahyu Ilahi,
Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm.
171.
[28]http://paisman1prambananklaten.blogspot.com/2013/01/kelas-xi-bab-13-perkembangan-islam-pada.html.
Diakses pada 05-06-14.
0 komentar:
Post a Comment