Sejarah Peradaban Islam Asia Tenggara
ISLAM DI ASIA TENGGARA
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :
Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : M. Mudhofi,Drs.,H.,M.Ag
Disusun Oleh :
Maliyatus Zaniyah (131311121)
Muhammad Ahsanul Waro (131311122)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Islam
adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh benua. Karena memang
didalam ajaran islam itu sendiri menuntut kepada orang yang memeluk agama islam
untuk menyebarkannya kepada umat-umat yang lainnya yang belum kenal islam, di
dalam islam pun ajaranya mudah dimengerti sesuai rasional dan juga banyak
bukti-bukti alam bahwa agama islam adalah agama yang benar. Maka orang islam
yang berakhlak baik memudahkan dalam penyebaranya agar penduduk sekitar yang
non islam mau menerima, mengikuti, dan masuk agama islam.
Salah
satu fakta tentang orang yang paling berpenggaruh diseluruh dunia nomor satu
adalah nabi kita rosulullah Muhammad saw. Beliau menyebarkan islam sendirian
dimekkah yang saat itu penduduknya jahiliyah dan kemudian berubah menjadi
masyarakat yang berakhlak baik dengan memeluk agama islam yang dibawa oleh
nabi. Dari sinilah sejarah penyebaran islam semakin luas ke seluruh dunia
hingga sampai ke Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Proses Islamisasi?
2. Bagaimana pertumbuhan lembaga sosial dan lembaga politik?
3. Bagaimana perkembangan keagamaan dan peradaban?
4. Bagaimana perkembangan Islam di Asia Tenggara masa kini?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Proses Awal Penyebaran Islam Di Asia Tenggara.
Asia
Tenggara atau Indo-Melayu merupakan tujuh dari wilayah kebudayaan atau
peradaban Islam yang tegasnya terdiri dari wilayah-wilayah kebudayaan Arab,
Islam Persia, Islam Turki, Islam Afrika(hitam), Islam anak benua India, Islam
Indo-Melayu dan terakhir sekali wilayah peradaban Islam di western
hemisphere.[1]
"Islam datang" ke Asia Tenggara menurut S.M.N. Al-Attas, Fattimi, Hasyimi, dan Hamka pada abad ke-7 dan 8 M. "Islam berkembang" abad ke 13 M ke sebahagian wilayah nusantara. Sedangkan "Islam menjadi kekuatan politik" memasuki pada abad ke-15 M setelah tumbangnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
"Islam datang" ke Asia Tenggara menurut S.M.N. Al-Attas, Fattimi, Hasyimi, dan Hamka pada abad ke-7 dan 8 M. "Islam berkembang" abad ke 13 M ke sebahagian wilayah nusantara. Sedangkan "Islam menjadi kekuatan politik" memasuki pada abad ke-15 M setelah tumbangnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
1)
INDONESIA
Masuknya Islam ke Indonesia,
yang menurut sebagian orang diperkirakan pada abad ke-13 M, telah menandai
perubahan besar dalam khazanah kebudayaan di bumi Nusantara. Agama Islam yang
dibawa para imigran Arab juga turut mempengaruhi penggunaan bahasa dalam
pergaulan sehari-hari. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia terbagi atas lima
babak penting yang perlu diperhatikan secara historikal.
1. Periode Pertama Abad 7 Masehi.
Menurut Zainal Arifin, agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi (684 M) yang dibawa oleh seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan sudah mempunyai pengikut dari Sumatra Utara. Jadi menurut beliau, Islam sudah masuk pertama kali ke Indonesia yakni di Sumatra Utara. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan Hamka, bahwa Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M.
2. Periode kedua, Abad 13 Masehi
Pada masa ini kerajaan-kerajaan Islam sudah mulai berdiri, seperti Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Selanjutnya kerajaan Majapahit. Pada masa ini perkembangan Islam semakin meluas hingga ke penjuru tanah jawa dan menyebar ke pulau-pulau lain, seiring dengan jayanya masa kerajaan Demak dan Majapahit
3. Periode ketiga, Masa kolonial Belanda
Sekitar abad 17 Masehi, tepatnya tahun 1601, kerajaan Hindia Belanda mulai mendatangi dan menguasai hampir segenap wilayah Indonesia. Walaupun pada awalnya kedatangan mereka hanya untuk berdagangan.
4. Periode keempat, Abad 20 M
Sekitar awal abad 20 Masehi, pemerintahan Hindia Belanda mulai melakukan politik balas budi yang sebenarnya bagi Belanda merupakan politik untuk mempertahankan kekuasaannya. Politik balas budi ini memberikan kesempatan dalam pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia untuk mensosialisasikan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-Quran dan Hadits.
5. Periode kelima, abad 20 dan 21 Masehi
Lepas dari penjajahan Belanda, Indonesia kembali terus terkungkung dalam gengaman penjajah lainnya, yakni pemerintahan Jepang yang meneruskan strategi Belanda. Pada masa ini, penduduk Indonesia semakin dibatasi ruang geraknya, terutama kaum muslim.
Setelah terumusnya Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 yang merupakan konsensus tertinggi yang menggambarkan keberagaman bangsa Indonesia. Piagam ini memberi kesempatan bagi para pemeluknya yang termaktub dalam alinia keempat, bahwa Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.[2]
1. Periode Pertama Abad 7 Masehi.
Menurut Zainal Arifin, agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi (684 M) yang dibawa oleh seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan sudah mempunyai pengikut dari Sumatra Utara. Jadi menurut beliau, Islam sudah masuk pertama kali ke Indonesia yakni di Sumatra Utara. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan Hamka, bahwa Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M.
2. Periode kedua, Abad 13 Masehi
Pada masa ini kerajaan-kerajaan Islam sudah mulai berdiri, seperti Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Selanjutnya kerajaan Majapahit. Pada masa ini perkembangan Islam semakin meluas hingga ke penjuru tanah jawa dan menyebar ke pulau-pulau lain, seiring dengan jayanya masa kerajaan Demak dan Majapahit
3. Periode ketiga, Masa kolonial Belanda
Sekitar abad 17 Masehi, tepatnya tahun 1601, kerajaan Hindia Belanda mulai mendatangi dan menguasai hampir segenap wilayah Indonesia. Walaupun pada awalnya kedatangan mereka hanya untuk berdagangan.
4. Periode keempat, Abad 20 M
Sekitar awal abad 20 Masehi, pemerintahan Hindia Belanda mulai melakukan politik balas budi yang sebenarnya bagi Belanda merupakan politik untuk mempertahankan kekuasaannya. Politik balas budi ini memberikan kesempatan dalam pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia untuk mensosialisasikan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-Quran dan Hadits.
5. Periode kelima, abad 20 dan 21 Masehi
Lepas dari penjajahan Belanda, Indonesia kembali terus terkungkung dalam gengaman penjajah lainnya, yakni pemerintahan Jepang yang meneruskan strategi Belanda. Pada masa ini, penduduk Indonesia semakin dibatasi ruang geraknya, terutama kaum muslim.
Setelah terumusnya Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 yang merupakan konsensus tertinggi yang menggambarkan keberagaman bangsa Indonesia. Piagam ini memberi kesempatan bagi para pemeluknya yang termaktub dalam alinia keempat, bahwa Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.[2]
3) MALAYSIA
Masuknya Islam di Malaysia pada tahun 1501, yang dibawa oleh ulama Arab Syekh Abdullah Yamani. Abdullah Yamani kemudian melakukan misi dakwah hingga akhirnya berhasil mengislamkan masyarakat Keddah, raja, pejabat, dan keluarga istana. Pada masa itu dipegang oleh Raja Prawangsa yang kemudian berganti nama dengan Sultan Muzafar Syakh.[3]
Sementara itu, proses kebangkitan Islam di Malaysia dimotori oleh masuknya paham-paham yang diajarkan oleh kaum salaf yang diinspirasi oleh gerakan-gerakan luar, seperti Jalaluddin al-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Pengaruhnya terasa di negeri Malaysia yang menjadi pelopornya adalah:
Syekh Toher Jalaluddin.
Syekh Muhammad al-Khalili.
Syaid Abdullah bin Agil.
Sayid Syekh al-Hadi.
Sumber-sumber bagi penyegaran Islam atau dakwah Islam dalam politik dan masyarakat Islam dapat dijelaskan melalui perspektif sejarah atau realitas sekarang.
Pertama secara historis dapat dilihat sejak kelahiran koran reformis al-iman 1906. Malaysia menyaksikan masa-masa aktivitas keislaman yang intensif pada tahun 30-an dan 40-an. Dunia keislaman banyak diwarnai dengan debat-debat yang terdiri dari dua kelompok besar, yakni kelompok reformis (kaum muda) dan kelompok tradisionalis (kaum tua). Dan inilah yang kemudian menambah khazanah pemikiran di negeri Jiran tersebut.
Kedua, adalah perkembangan dari lokal negeri ini dalam artian peristiwa-peristiwa lokal yang mendorong mobilisasi peredaran umat muslim dalam skala yang besar, serta naiknya Islam ke pusat masyarakat dan politik malaysia [4] Pada tingkat lokal patronasi pemerintahan Malaysia atas Islam juga telah menjadikan dirinya sebagai alat dalam penyelenggaraan etos Islam di negeri itu, hal ini dikuatkan dengan kebijakan yang sangat mendukung aktivitas keislaman.
Masuknya Islam di Malaysia pada tahun 1501, yang dibawa oleh ulama Arab Syekh Abdullah Yamani. Abdullah Yamani kemudian melakukan misi dakwah hingga akhirnya berhasil mengislamkan masyarakat Keddah, raja, pejabat, dan keluarga istana. Pada masa itu dipegang oleh Raja Prawangsa yang kemudian berganti nama dengan Sultan Muzafar Syakh.[3]
Sementara itu, proses kebangkitan Islam di Malaysia dimotori oleh masuknya paham-paham yang diajarkan oleh kaum salaf yang diinspirasi oleh gerakan-gerakan luar, seperti Jalaluddin al-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Pengaruhnya terasa di negeri Malaysia yang menjadi pelopornya adalah:
Syekh Toher Jalaluddin.
Syekh Muhammad al-Khalili.
Syaid Abdullah bin Agil.
Sayid Syekh al-Hadi.
Sumber-sumber bagi penyegaran Islam atau dakwah Islam dalam politik dan masyarakat Islam dapat dijelaskan melalui perspektif sejarah atau realitas sekarang.
Pertama secara historis dapat dilihat sejak kelahiran koran reformis al-iman 1906. Malaysia menyaksikan masa-masa aktivitas keislaman yang intensif pada tahun 30-an dan 40-an. Dunia keislaman banyak diwarnai dengan debat-debat yang terdiri dari dua kelompok besar, yakni kelompok reformis (kaum muda) dan kelompok tradisionalis (kaum tua). Dan inilah yang kemudian menambah khazanah pemikiran di negeri Jiran tersebut.
Kedua, adalah perkembangan dari lokal negeri ini dalam artian peristiwa-peristiwa lokal yang mendorong mobilisasi peredaran umat muslim dalam skala yang besar, serta naiknya Islam ke pusat masyarakat dan politik malaysia [4] Pada tingkat lokal patronasi pemerintahan Malaysia atas Islam juga telah menjadikan dirinya sebagai alat dalam penyelenggaraan etos Islam di negeri itu, hal ini dikuatkan dengan kebijakan yang sangat mendukung aktivitas keislaman.
3) MUANGTHAI/ THAILAND
Umat Islam memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan Thailand. Hubungan mereka dengan masyarakat Thailand serta peran mereka dalam negara dapat ditelusuri ke zaman Kerajaan Ayyuthaya. Kedatangan Islam di negeri Muangthai telah terasa pada masa kerajaan Sukhothai di abad 13 , yang merupakan buah dari hubungan dagang yang dibangun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula pada dua orang bersaudara dari persia, yaitu Syekh Ahmad dan Muhammad Syaid yang juga disebut Khaek Chao sen ( suatu cabang mazhab syi’ah), menetap dikerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam.[5]I
Islam masuk ke Thailand sejak pertengahan abad ke-19. Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakui sisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thailand sebagai Pattani Darussalam). Pattani berasal dari kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan
muslim terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak pula yang menjadi pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab Islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.
Perkembangan Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan sistem perairan di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa keluarga muslim bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan masjid sebagai sarana ibadah.
Umat Islam memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan Thailand. Hubungan mereka dengan masyarakat Thailand serta peran mereka dalam negara dapat ditelusuri ke zaman Kerajaan Ayyuthaya. Kedatangan Islam di negeri Muangthai telah terasa pada masa kerajaan Sukhothai di abad 13 , yang merupakan buah dari hubungan dagang yang dibangun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula pada dua orang bersaudara dari persia, yaitu Syekh Ahmad dan Muhammad Syaid yang juga disebut Khaek Chao sen ( suatu cabang mazhab syi’ah), menetap dikerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam.[5]I
Islam masuk ke Thailand sejak pertengahan abad ke-19. Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakui sisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thailand sebagai Pattani Darussalam). Pattani berasal dari kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan
muslim terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak pula yang menjadi pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab Islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.
Perkembangan Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan sistem perairan di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa keluarga muslim bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan masjid sebagai sarana ibadah.
4) SINGAPURA
Dalam perjalanan
sejarahnya, dahulu Singapura mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam
di Asia Tenggara. Posisi stategis yang merupakan nilai lebih Singapura
menjadikannya sebagai transit bagi perdagangan dari berbagai kawasan. Pada sisi
lain, selain sebagai transit perdagangan letaknya yang strategis ini juga telah
memungkinkannya menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam.
Singapura menjadi sebuah Negara Republik yang merdeka
setelah melepaskan diri dari Malaysia pada tanggal 17 Agustus 1965. Saat ini,
Singapura merupakan Negara paling maju diantara Negara-negara tetangganya di
kawasan Asia Tenggara. Namun demikian, Islam relative tidak berkembang di
Negara ini, baik bila dibandingkan dengan sejarah masa lalunya, maupun bila
dibandingkan dengan perkembangan Islam di Negara-negara lainnya di kawasan Asia
Tenggara.
Sejak abad ke-15, pedagang Muslim menjadi unsur
penting dalam perniagaan wilayah Timur, tidak terkecuali Singapura. Beberapa
diantara para pedagang ada yang menetap, dan menjalin hubungan perkawinan
dengan penduduk setempat. Lama-kelamaan mereka membentuk suatu komunitas
tersendiri. Para pedagang tersebut tidak jarang menjadi guru agama dan imam.
Dalam komunitas Muslim ini juga sudah terdapat sistem pendidikan agama yang
bersifat tradisional. Pada umumnya mereka belajar agama dirumah-rumah, yang
kemudian dilanjutkan di surau-surau dan mesjid. Pada tahun 1800 di kampong Glam
dan kawasan Rocor menjadi pusat pendidikan tradisional. Dalam hal ini,
guru-guru dan imam sangat penting peranannya dalam memupuk penghayatan
keagamaan pada masyarakat Muslim Singapura. Sama dengan Muslim di kawasan Asia
Tenggara lainnya, Muslim di Singapura pada masa awal menganut mazhab Syafi'I
dan berpaham teologi Asy'ariyah.
Pada abad-19 di kalangan komunitas muslim Singapura
juga terdapat kelompok pendatang yang berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi,
Riau, dan Bawean serta kelompok Imigran yang berasal dari luar seperti muslim
India, dan keturunan Arab khususnya Hadramaut.
Kedatangan imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah membuat pelabuhan Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang penting di Selat Melaka. Pada abad ke-19 hal ini telah menjadikan [6]kota Singapura selain sebagai sentral ekonomi juga menjadikan Singapura punya peranan penting selain sebagai pusat perdagangan juga sebagai pusat informasi dan dakwah Islam.
Kedatangan imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah membuat pelabuhan Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang penting di Selat Melaka. Pada abad ke-19 hal ini telah menjadikan [6]kota Singapura selain sebagai sentral ekonomi juga menjadikan Singapura punya peranan penting selain sebagai pusat perdagangan juga sebagai pusat informasi dan dakwah Islam.
5)
FILIPHINA
Islam telah memiliki sejarah yang panjang di Filipina, sejak zaman prakolonial, Masyarakat muslim di bagian Selatan tercatat sebagai masyarakat yang mampu mempertahankan diri dari potensi Spanyol selama 300 tahun. Sjak permulaan abad ke-20 wilayah kaum muslimin di Selatan mulai disatukan secara administratif dan sistematis di dalam politik yang lebih luas.
Pengaruh Arab dan penyebaran Islam di Filipina bermula dari sulu yang dibawa oleh seorang Syekh yang kemudian menikah dengan putri Raja pada awal abad ke-8/14 M. Setelah itu dikutip pula seorang bangsa Arab keturunan syekh yang bernama Makdhum Karim atau Tuan syarif awliya’. Beliau tiba di sulu pada pertengahan abad ke-14 . Setelah itu datang seorang pendakwah atau da’i Arab yang bernama syekh Abbu Bakar atau syarif al-Hashim yang berasal dari mekkah. Kemudian beliau dilantik menjadi sultan di sulu dan memerintah selam 30 tahun pada tahun 1450-1480. Kesultanan di sulu kemudian diwarisi oleh 32 sultan dan yang terakhir adalah Sultan Jumal al-Karim II (1884-1936).[7] Dari sulu inilah kemudian Islam tersebar ke mindanau pada abad 10 H yang dibawa oleh Ali Zainal yang bergelar “Kabungsuwan” yang merupakan keturunan syed awlawiyyah yang memiliki hubungan keluarga dengan kerabat raja di Johor.
Islam telah memiliki sejarah yang panjang di Filipina, sejak zaman prakolonial, Masyarakat muslim di bagian Selatan tercatat sebagai masyarakat yang mampu mempertahankan diri dari potensi Spanyol selama 300 tahun. Sjak permulaan abad ke-20 wilayah kaum muslimin di Selatan mulai disatukan secara administratif dan sistematis di dalam politik yang lebih luas.
Pengaruh Arab dan penyebaran Islam di Filipina bermula dari sulu yang dibawa oleh seorang Syekh yang kemudian menikah dengan putri Raja pada awal abad ke-8/14 M. Setelah itu dikutip pula seorang bangsa Arab keturunan syekh yang bernama Makdhum Karim atau Tuan syarif awliya’. Beliau tiba di sulu pada pertengahan abad ke-14 . Setelah itu datang seorang pendakwah atau da’i Arab yang bernama syekh Abbu Bakar atau syarif al-Hashim yang berasal dari mekkah. Kemudian beliau dilantik menjadi sultan di sulu dan memerintah selam 30 tahun pada tahun 1450-1480. Kesultanan di sulu kemudian diwarisi oleh 32 sultan dan yang terakhir adalah Sultan Jumal al-Karim II (1884-1936).[7] Dari sulu inilah kemudian Islam tersebar ke mindanau pada abad 10 H yang dibawa oleh Ali Zainal yang bergelar “Kabungsuwan” yang merupakan keturunan syed awlawiyyah yang memiliki hubungan keluarga dengan kerabat raja di Johor.
6)
BRUNEI DARUSSALAM .
Asal mula Brunei berasal dari Bahasa Sanskerta Varunai yang berarti Kalimantan. Sejarah masuknya Islam di Brunei dibawa oleh ulama dari Tanah Arab yang sebelumnya ke Tanah melayu Johor. Di antara ulama Islam adalah Syarif Ali yang berasal dari Thaif sebuah kota kecil didekat tempat arah umata Islam menuju kiblat buat bersembahyang. Kemudian syariuf Ali ini mengadakan dakwah Islam ke seluruh penjuru Islam.
Brunei Darusslam adalah wilayah yang terletak di Barat Daya Pulau Borneo (Sabah). Brunei merdeka dari jajahan Inggeris tanggal 1 Januari 1984.
Asal mula Brunei berasal dari Bahasa Sanskerta Varunai yang berarti Kalimantan. Sejarah masuknya Islam di Brunei dibawa oleh ulama dari Tanah Arab yang sebelumnya ke Tanah melayu Johor. Di antara ulama Islam adalah Syarif Ali yang berasal dari Thaif sebuah kota kecil didekat tempat arah umata Islam menuju kiblat buat bersembahyang. Kemudian syariuf Ali ini mengadakan dakwah Islam ke seluruh penjuru Islam.
Brunei Darusslam adalah wilayah yang terletak di Barat Daya Pulau Borneo (Sabah). Brunei merdeka dari jajahan Inggeris tanggal 1 Januari 1984.
Filosofi politik Brunei adalah penerapan yang begitu
ketat terhadap Melayu Islam Beraja (MIB) yang terdiri dari dua dasar yaitu
Islam sebagai Guiding Principle dan Islam sebagai Form of Fortification. Dari
dua dasar ini kemudian muncul penanaman nilai-nilai keislaman kenegaraan dengan
tiga konsep. Yaitu :
1. Mengekalkan Negara melayu.
2. Mengekalkan Negara Islam.
3. Mengekalkan Negara beraja.
2. Mengekalkan Negara Islam.
3. Mengekalkan Negara beraja.
Berkaitan dengan masuknya Islam pertama, dapat
diketahui berdasarkan bukti sejarah Brunei, yaitu batu di perkuburan Islam
Rangas, Tutong Bandar Sri Begawan bertuliskan Cina bernama P'kung Chih-Mu
meninggal 1264 M, ia adalah orang Cina yang masuk Islam.
Untuk menunjukkan identitas ideologi negara, sultan
dalam beberapa kesempatan mengeluarkan dekrit yang isinya:
1. Membuat garis pemisah antara Islam pribumi dan
Islam luar, terutama kaum fundamentalis, termasuk gerakan Al-Arqam dari
Malaysia.
2. Sultan mengharuskan warga Melayu mampu membaca
al-quran dengan mengeluarkan dana 2 juta dolar Brunei untuk merealisasikan
kebijakan ini.
3. Memerintahkan pentingnya pengajaran bahasa Melayu
dalam aksara jawi, agar masyarakat memahami hubungan antara bahasa melayu
dengan warisan budaya Islamnya.
4. Tahun 1991 didirikan tabungan Amanah Islam Brunei
(TAIB). Lembaga keuangan yang didasarkan syariat Islam guna mendukung investasi
dan perdagangan meliputi bursa dan pasar uang serta pembangunan ekonomi atau
industri di dalam dan luar negeri.
5. Pemerintah juga melarang jual beli minuman keras di
toko-toko atau hotel, dan tempat lain.
2. Pertumbuhan lembaga sosial dan lembaga politik
Awalnya
pemerintah kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya sepanjang tidak mengganggu
kekuasaan pemerintah Belanda. Sedangkan dalam bidang politik, pemerintah
melarang keras orang islam membahas hokum islam baik dari Al-Qur’an maupun
Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.
Pengaruh
politik islam yang semakin kuat serta posisi ekonomi Indonesia yang berkembang,
akibat pelayaran internasional dengan pedagang muslim arab, membuat pemerintah
Portugis dan Belanda mulai tergoda untuk menjalin hubungan dengan penguasa
pedagang di Indonesia (Asia Tenggara). Lambat laun mereka berkeinginan
menguasai Indonesia dengan cara permainan politik. Dengan pengalaman itu, orang Islam bangkit dengan menggunakan taktik
baru, bukan dengan perlawanan fisik tetapi dengan membangun organisasi.
Akibat dari situasi ini timbullah perkumpulan-perkumpulan politik baru dan muncullah pemikir-pemikir-pemikir
politik yang sadar diri. SepertiBudi Utomo, Serikat Islam, Taman Siswa,
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama dan Dll.
Perkembangan keagamaan dan peradaban
Ketika islam
datang, sebenarnya kepulauan nusantara (Indonesia) sudah mempunyai peradaban
yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari kebudayaan peradaban Hindhu-Buddha
di india. Meskipun demikian islam cepat menyebar. Hal
ini disebbkan Islam yang dibawa oleh kaum pedagang maupun para Da’I dan ulama masa awal, mereka semua menyiarkan suatu
rangkaian ajaran dan cara serta gaya gaya hidup yang secara kuantitatif lebih
maju dari peradaban yang ada. Bukti-bukti Perkembangan peradaban dan
keagamaan di Indonesia adalah :
1. Sebelum kemerdekaan
Sebelum Indonesia merdeka, islam telah
berkembang dan mempunyai peradaban yang mencerminkank emuliaan agama Islam,
diantaranya:
1) Adanya birokrasi keagamaan, dimana
kedudukan ulama’ sebagai penasehat raja,
terutama dalam bidang keagamaan terdapat di kerajaan-kerajaan islam.
2) Ulama dan ilmu-ilmu keagamaan
Penyebaran dan pertumbuhan kebudayaan
islam di Indonesia terletak di pundak
para ulama’. Ada dua cara yang dilakukan para ulama’ dalam pengembangan
ilmu-ilmu keagamaan, yaitu: membentuk kader-kader ulama’ dan menyebarkan
karya-karya ke berbagai tempat yang jauh.
3) Adanya
arsitek bangunan yang menghasilkan seni-seni bangunan yang bercorak islam
seperti masjid, ukiran, candi dan lain sebagainya.
2.. Setelah
kemerdekaan
1) Berdirinya
departemen agama
2) Berdirinya
lembaga-lembaga pendidikan
3) Adanya
hukum islam
4) Terlaksananya
haji
5) Berdirinya
majlis ulama’ Indonesia (MUI).
3. Perkembangan Keagamaan dan Peradaban
Pada term
penyebaran Islam di Asia Tenggara yang tidak terlepas dari kaum pedagang
Muslim. Hingga kontrol ekonomi pun di monopoli oleh mereka. Disamping itu
pengaruh ajaran Islam sendiripun telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
Masyarakat Asia Tenggara. Islam mentransformasikan budaya masyarakat yang telah
di-Islamkan di kawasan ini, secara bertahap. Islam dan etos yang lahir darinya
muncul sebagai dasar kebudayaan.
Namun dari masyarakat yang
telah di-Islamkan dengan sedikit muatan lokal. Islamisasi dari kawasan Asia
Tenggara ini membawa persamaan di bidang pendidikan. Pendidikan tidak lagi
menjadi hak istimewa kaum bangsawan. Tradisi pendidikan Islam melibatkan
seluruh lapisan masyarakat. Setiap Muslim diharapkan mampu membaca al Qur’an
dan memahami asas-asas Islam secara rasional dan dengan belajar huruf Arab
diperkenalkan dan digunakan di seluruh wilayah dari Aceh hingga Mindanao. Bahasa-bahasa
lokal diperluasnya dengan kosa-kata dan gaya bahasa Arab. Bahasa Melayu secara
khusus dipergunakan sebagai bahasa sehari-hari di Asia Tenggara dan menjadi
media pengajaran agama. Bahasa Melayu juga punya peran yang penting bagi
pemersatu seluruh wilayah itu.
Sejumlah karya bermutu di
bidang teologi, hukum, sastra dan sejarah, segera bermunculan. Banyak daerah di
wilayah ini seperti Pasai, Malaka dan Aceh juga Pattani muncul sebagai pusat
pengajaran agama yang menjadi daya tarik para pelajar dari sejumlah penjuru
wilayah ini.
System pendidikan Islam
kemudian segera di rancang. Dalam banyak batas, Masjid atau Surau menjadi
lembaga pusat pengajaran. Namun beberapa lembaga seperti pondok pesantren di
Jawa dan di Semenanjung Melaya segera berdiri. Hubungan dengan pusat-pusat
pendidikan di Dunia Islam segera di bina. Tradisi pengajaran Paripatetis yang
mendahului kedatangan Islam di wilayah ini tetap berlangsung. Ibadah Haji ke
Tanah Suci di selenggarakan, dan ikatan emosional, spritual, psikologis, dan intelektual
dengan kaum Muslim Timur Tengah segera terjalin. Lebih dari itu arus imigrasi
masyarakat Arab ke wilayah ini semakin deras.
Di bawah bimbingan para
ulama Arab dan dukungan negara, wilayah ini melahirkan ulama-ulama pribumi yang
segera mengambil kepemimpinan lslam di wilayah ini. Semua perkembangan bisa
dikatakan karena lslam, kemudian melahirkan pandangan hidup kaum Muslim yang
unik di wilayah ini. Sambil tetap memberi penekanan pada keunggulan lslam,
pandangan hdup ini juga memungkinkan unsur-unsur local masuk dalam pemikiran
para ulama pribumi. Mengenai masalah identitas, internalisasi Islam, atau
paling tidak aspek luarnya, oleh pendudukan kepulauan membuat Islam muncul
sebagai kesatuan yang utuh dari jiwa dan identitas subyektif mereka. Namun fragmentasi
politik yang mewarnai wilayah ini, di sisi lain, juga melahirkan perasaan akan
perbedaan identitas politik diantara penduduk yang telah di Islamkan.[8]
5. Asia Tenggara pada Masa Kini
Asia Tenggara
modern memiliki ciri-ciri pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada sebagian besar
negara-negara anggotanya dan semakin dekatnya integrasi regional. Singapura, Brunei,
dan Malaysia
secara tradisional mengalami pertumbuhan yang tinggi dan pada umumnya dianggap
sebagai negara-negara yang lebih maju di wilayah ini. Thailand,
Indonesia
dan Filipina
dapat dianggap sebagai negara-negara berpenghasilan menengah di Asia Tenggara,
sementara Vietnam pada
beberapa waktu terakhir juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Beberapa
negara yang masih tertinggal pertumbuhannya adalah Myanmar, Kamboja,
Laos,
dan Timor Timur
yang baru merdeka.
Pada tanggal 8
Agustus 1967, Association of Southeast
Asian Nations (ASEAN) didirikan oleh Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapura,
dan Filipina. Setelah diterimanya Kamboja ke dalam kelompok ini pada tahun
1999, Timor Timur adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang bukan
merupakan anggota ASEAN. Tujuan ASEAN adalah untuk meningkatkan kerjasama antar
komunitas Asia Tenggara. ASEAN Free Trade Area
(AFTA) telah didirikan untuk mendorong peningkatan perdagangan antara
anggota-anggota ASEAN. ASEAN juga menjadi pendukung utama dalam terciptanya
integrasi yang lebih luas untuk wilayah Asia-Pasifik melalui East Asia Summit.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Asia Tenggara atau Indo-Melayu merupakan
tujuh dari wilayah kebudayaan atau peradaban Islam yang tegasnya terdiri dari
wilayah-wilayah kebudayaan Arab, Islam Persia, Islam Turki, Islam
Afrika(hitam), Islam anak benua India, Islam Indo-Melayu dan terakhir sekali
wilayah peradaban Islam di western hemisphere.
Kawasan Asia Tenggara
meliputi beberapa negara yaitu insonesia, malasyia, thailand, singapura, filiphina
dan brunei darussalam.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana
dan kekuasaan. Bandung: Rosdakarya. 1999
Suhaimi, H. Sejarah
peradaban Islam. Pekanbaru Unri Press. Cetakan Kedua. 2010
Harahap, A.S. Sejarah Penyiaran Islam di Asia Tenggara . Medan:
Islamiyah. 1951
Muzani, Sayful. Membangun dan kebangkitan Islam di Asia Tenggara.
Jakarta: Pustaka LP3S 1993
Nurwahid, Hidayat. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta: Prenada
Media Group. 2007
Haji Yahya, Mahayudin. Islam di Alam melayu. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka. 1998
http://bussines-anwar.blogspot.com/2012/05/islam-di-asia-tenggara.html
diakses pada tanggal 7 juni 2014 pukul 12.04 wib
[1] Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan
kekuasaan,(Bandung: Rosdakarya, 1999), hlm.30.
[3] A.S. Harahap, Sejarah Penyiaran Islam di Asia Tenggara,
(Medan: Islamiyah,1951),hlm.20-21.
[4] Sayful Muzani(Editor), Membangun dan kebangkitan Islam di Asia
Tenggara,(Jakarta: Pustaka LP3S,1993),hlm,113.
[5] Dr.H. M. Hidayat Nurwahid, M.A. Pengantar Sejarah Dakwah
(Jakarta:Prenada Media Group,2007),hlm,161.
[7] Mahayudin Haji Yahya, Islam di Alam melayu,(Kuala Lumpur:Dewan
Bahasa dan Pustaka , 1998), hlm.11-12.
[8] http://bussines-anwar.blogspot.com/2012/05/islam-di-asia-tenggara.html
diakses pada tanggal 7 juni 2014 pukul 12.04 wib
0 komentar:
Post a Comment